"Paman Supri, apa kamu benar-benar ingin memaksaku sampai mati, tanpa memedulikan hubungan keluarga kita?" tanya Dian dengan sorot mata memancarkan kesedihan yang tak terungkapkan!"Kamu yang lebih dulu memaksaku!" balas Supri. Dia berkata dengan percaya diri, "Kalau kamu menyerahkan kedua resep rahasia ini sejak awal, aku sama sekali nggak perlu berbasa-basi dengan bajingan ini. Sekarang, kamu hanya punya dua pilihan. Pertama, serahkan resep rahasia atau kedua, bersiap untuk dipenjara."Dengan didukung oleh Fadil, kini Supri bisa memenjarakan siapa pun yang diinginkannya! Dian berseru, "Kamu!" Melihat Supri yang makin keterlaluan, wanita itu sangat emosi hingga tidak tahu apa yang harus dikatakannya lagi."Ada beberapa orang yang akan makin menindasmu ketika kamu terus mengalah. Mereka berpikir bahwa mereka bisa mengendalikanmu!" ucap Wira. Dia melihat ke arah Dian dengan tajam, lalu berkata dengan serius, "Bawa Josua ke belakang. Aku akan menangani situasi ini di sini."Sembari menat
Wira berbicara dengan ekspresi datar, "Patahkan satu kakinya lagi!""Ka … kamu ...," ucap Supri yang benar-benar terkejut. Dia segera mengulurkan tangannya sambil berseru, "Aku nggak menginginkan resep rahasiamu lagi. Kamu boleh membawa Dian pergi dan aku nggak akan mengusikmu lagi!"Supri berencana untuk mengulur waktu dan menahan Wira dahulu. Begitu Fadil datang, dia baru akan membuat perhitungan dengan bocah ini. Doddy langsung menginjak kakinya yang satu lagi! Suara retakan tulang terdengar jelas. Supri pun menjerit memilukan dengan tubuh bagian atasnya yang bergetar tanpa henti.Di dalam rumah, tatapan dari Dian yang sudah menutup telinga Josua tampak sedikit tidak tega. Namun, dia juga merasakan kepuasan yang tak terucapkan di dalam hatinya.Dian dan adiknya telah berulang kali dicelakai oleh Supri. Dia sudah ingin melakukan hal ini sejak awal, tetapi tak pernah mampu melakukannya!"Aaahhh!" seru Supri. Keringat dan air mata telah bercampur di wajah Supri dan dia terus menjerit
"Sudahlah, semuanya sudah berlalu!" ucap Wira seraya menepuk bahu Dian dengan lembut. Dia mencoba menenangkan wanita itu. Raut wajahnya tampak bisa memahami perasaan Dian.Ketika wanita merasa sedih, mereka selalu memerlukan bahu seseorang untuk bersandar! Sebagai seorang teman, ini adalah bantuan yang bisa diberikan oleh Wira! Tepat pada saat ini, Doddy berjalan masuk dan berkata, "Kak Wira, Tuan Fadil datang dengan pasukan penjaganya!""Tuan!" ujar Dian yang segera melepaskan pelukannya, lalu berkata dengan ekspresi penuh kekhawatiran, "Tuan memang memiliki reputasi, tapi belum pernah diumumkan secara resmi. Tuan Fadil pasti belum tahu tentang ini!'"Wira berkata, "Baiklah, jangan khawatir. Aku akan menanganinya!" Pria itu mengusap hidung kecil Dian yang mancung itu, lalu mengelus kepala Josua dan berjalan keluar dari rumah.Begitu keluar, Wira mendapati Fadil datang dengan sekelompok pasukan penjaga bersenjatakan busur dan mengenakan zirah. Mereka tampak mengepung halaman.Supri ya
Plak! Doddy yang tidak berbelaskasihan kembali menampar Fadil sambil berkata, "Kalau kamu berani kurang ajar lagi pada Kak Wira, aku akan membunuhmu, bahkan kalau aku nggak menjadi pejabat!""Ya, ya, ya!" jawab Fadil. Ada bekas tamparan di masing-masing pipinya, tetapi dia justru mengangguk berulang kali.Sikap pengecut Fadil ini membuat Doddy sangat kesal, lalu dia berkata lagi, "Aku makin naik darah melihatmu. Cepat bawa orang-orangmu pergi!""Ya, ya, ya!" jawab Fadil sambil mengangguk dan membungkuk. Kemudian, dia segera memimpin pasukan penjaga dan pergi dengan menyedihkan.Supri yang masih tinggal di halaman langsung pucat pasi. Setelah tertegun sejenak, dia merangkak ke arah Wira dan berkata, "Tuan Wira, aku salah. Wawasanku terlalu sempit untuk mengenali orang hebat sepertimu. Tolong ampuni aku!"Wira menyeringai dan berkata, "Kamu menyuruhku mengampuni dan memberimu kesempatan lagi, jadi kamu bisa terus mencelakai kami?""Nggak, aku nggak akan mencelakai siapa pun lagi. Aku pas
Namun, Fadil tidak memedulikan hal-hal ini. Dia pergi ke ruang petugas patroli dan menunggu Regan di sana. Sekarang, dia sangat kebingungan.Zabran sudah menjadi jenderal batalion tingkat keenam atas, tetapi dia masih menjadi pengawal Wira. Iqbal sebelumnya adalah pejabat tinggi kerajaan dan Kaesang adalah inspektur istana. Namun, mereka semua sangat sopan kepada Wira.Hal ini membuat Fadil merasa bahwa dia mungkin sudah salah memahami latar belakang Wira. Sekarang, dia harus mencari tahu semuanya dengan jelas. Jika tidak, dia tidak akan bisa tenang.Tidak lama kemudian, Regan kembali ke pengadilan daerah bersama sekelompok petugas patroli. Saat melihat bekas tamparan di wajah Fadil, sekelompok petugas patroli itu mengerucutkan bibir dan menahan tawa. Jelas terlihat bahwa mereka semua mengetahui kejadian di Kediaman Wibowo.Fadil berkata, "Regan, aku ingin bicara empat mata denganmu!"Regan melambaikan tangannya dan menyuruh para petugas patroli itu keluar. Kemudian, dia berkata dengan
Levon berkata dengan penuh semangat, "Cepat katakan!"Putu yang bertubuh bungkuk berkata, "Jenderal, Wira itu pelajar dari Dusun Darmadi. Dia menikah dengan putri Keluarga Linardi dari kota tiga tahun lalu!""Apa! Jadi dia pria yang sudah menikah?" ujar Levon sambil mengerutkan alis dan mengepalkan tinjunya. Nona Dian jatuh cinta pada pria yang sudah menikah, tetapi dia memandang rendah aku yang jago seni bela diri, berani, dan berwawasan ini, batin Levon.Putu mengangguk dan berbisik, "Awalnya, Wira biasa-biasa saja. Tapi, sekitar dua bulan yang lalu, dia tiba-tiba menunjukkan bakat menulis puisinya dengan menyusun 'Empat Kalimat Wahyudi' dan memenangkan hati Iqbal, Patih Kabupaten Uswal. Dia juga menghancurkan Desa Tiga Harimau di Kabupaten Uswal. Selain itu, dengan dukungan dari Iqbal, dia menghancurkan Keluarga Silali yang merupakan keluarga kaya kabupaten dengan cara kejam. Setelah kembali kali ini, dia membawa banyak anak buah yang kuat. Nggak hanya menghancurkan Keluarga Sutedja
"Tommy, setelah bertahun-tahun nggak ketemu, keterampilan seni bela dirimu sudah meningkat!" puji Levon sambil tersenyum. Dia lalu mengganti topik pembicaraan dengan berkata, "Nona Dian yang memintamu datang, ya?"Tommy langsung bicara ke intinya, "Iya! Nona Dian bilang, dia nggak bisa mengantarkan gandum sampai ke Kabupaten Hiloka. Gandum cuma bisa diantar ke desa dekat Kabupaten Hiloka. Kamu harus mengambilnya sendiri dan nggak boleh menyakiti siapa pun!"Levon mengerutkan alis dan berkata, "Apa benar Nona Dian yang bilang begitu?"Lantaran meminta Levon mengambil gandum sendiri, Dian pasti sudah tahu identitas Levon. Selain untuk meminjam makanan pada Dian, Levon memiliki tujuan lain dengan mendatangi Dian. Dia ingin mengikat hubungan mereka berdua. Namun, jika dia mendapatkan makanan dengan cara ini, rencananya tidak akan berhasil."Ya," jawab Tommy sambil mengangguk setelah terdiam sesaat.Awalnya, Dian memang berencana mengirim orang Keluarga Wibowo untuk mengangkut gandum. A
Levon berkata dengan ekspresi masam, "Tommy, sepertinya kamu sudah nggak menganggapku sebagai saudara. Sia-sia saja aku mengajarimu seni bela diri!""Kak Levon, aku sangat berterima kasih padamu karena sudah mengajariku seni bela diri. Tapi, utang budiku pada Nona Dian lebih besar!" ujar Tommy.Hati Tommy bergetar saat dia terpaksa berkata, "Kamu diselamatkan oleh Nona Dian dan dilatih menjadi pengawalnya. Aku juga dipilih dan dihidupi oleh Nona Dian selama ini. Apa pun bahaya yang mengancam keselamatan dari Nona Dian, aku akan setia melindunginya!""Kamu!" ujar Levon dengan mata berkilat dingin, dia tanpa sadar meraih gagang pedangnya."Jenderal!" Putu menghampiri mereka dan menghentikan Levon, lalu tersenyum dan berkata, "Dik, beri tahu kami lokasi lumbung sesuai dengan keinginan tuanmu. Kami akan menyuruh orang-orang kami sendiri mengangkutnya!"Setelah memberikan sebuah alamat, Tommy berbalik dan pergi. Sebelum pergi, dia berkata, "Kak Levon, Tuan Wira bilang, setelah mengambil
Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala. Melihat Joko hendak pergi, dia baru teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Oh ya. Setelah selesai mengatur semuanya, datang lagi ke sini. Aku harus merencanakan beberapa hal lagi untuk langkah selanjutnya.""Baik!" jawab Joko.Setelah Joko pergi, Darsa mengernyitkan alis. Pada saat itu, dia melihat Zaki masuk dari luar. Dia langsung tertegun sejenak saat melihat Zaki, lalu bertanya, "Bagaimana? Pikiranmu sudah jernih?"Mendengar pertanyaan Darsa, Zaki menganggukkan kepala dan langsung berkata sambil memberi hormat, "Tuan Darsa, maaf, sebelumnya aku memang terlalu gegabah. Tapi, kali ini ada begitu banyak saudara kita yang tewas, aku benar-benar merasa nggak rela."Darsa tersenyum, lalu berkata, "Hehe. Ini bukan masalah, kita akan membalasnya lain kali. Kali ini mereka memang menang, tapi menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam dunia peperangan. Kalau kamu putus asa dan hanya memikirkan soal balas dendam karena kekalahan k
Setelah pasukan utara kembali ke kemah, Darsa tidak bisa menahan amarahnya saat melihat ekspresi Zaki dan berkat, "Zaki, sebagai jenderal garis depan, kenapa kamu begitu gegabah? Musuh pasti sudah menyiapkan jebakan di depan makanya mereka mundur, tapi kamu malah masih ingin membawa pasukan untuk mengejar mereka."Mendengar perkataan itu, wajah Zaki langsung memerah. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, "Kali ini memang aku yang salah perhitungan. Tapi, musuh kita benar-benar licik. Kalau kita terus membiarkan mereka begitu, kita akan terus dipermainkan mereka."Ekspresi Darsa langsung terlihat kecewa dan berkata dengan marah, "Tipu muslihat adalah hal yang biasa dalam perang dan ini sudah menjadi aturan sejak dulu. Apa yang kamu pikirkan? Aku beri tahu kamu, aku akan melupakan kesalahanmu kali ini kalau kamu bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik."Darsa mendengus, lalu menoleh pada Joko dan berkata dengan pelan, "Bawa orang-orangmu untuk menghitung jumlah korban dan pasukan
Pengirim pesan itu segera memberi hormat, lalu langsung berjalan keluar.Setelah pengirim pesan itu pergi, Darsa baru menghela napas. Saat ini, semuanya sudah direncanakan, tetapi tergantung pada takdir apakah ini akan berhasil atau tidak. Jika 10 ribu pasukan ini masih tidak bisa membawa kembali Joko dan Zaki, situasinya akan makin merepotkan.Saat itu, Wira yang berada di medan perang tiba-tiba menoleh dan melihat musuh sudah mengerahkan tambahan 10 ribu pasukan pun terkejut karena hal ini di luar perkiraannya. Dia tidak menyangka musuh masih memiliki pasukan sebanyak ini dan sebelumnya mereka juga sudah menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Mengapa mereka tidak langsung mengerahkan seluruh pasukan?Sebelumnya, Wira dan pasukannya sudah berhasil menghancurkan semangat bertarung pasukan utara. Namun, begitu melihat musuh mendapat pasukan tambahan lagi sekarang, mereka langsung terkejut. Mereka tidak menduga musuh mereka ternyata begitu hebat.Tepat pada saat itu, salah seorang yang te
Begitu kedua belah pihak bertabrakan, suara benturannya langsung bergema dan kekuatan yang dahsyat membuat keduanya terlempar dari kuda mereka.Joko bisa begitu dipercaya Darsa karena ternyata kekuatannya memang luar biasa. Dia mendengus, dan segera memutar tubuhnya sambil mengayunkan senjatanya, lalu mendarat di tanah. Serangannya seharusnya sudah sangat cepat, tetapi dia tidak menyangka Arhan malah lebih cepat. Saat kakinya menyentuh tanah, Arhan sudah kembali menyerangnya.Keduanya bertarung dengan sangat sengit, membuat suasana medan perang menjadi makin kacau.Namun, pertarungan antara kedua orang itu malah membuat pasukan utara makin terdesak. Menurut mereka, kekuatan musuh mereka ini benar-benar luar biasa. Bahkan ada salah seorang prajurit yang berkata, "Kenapa pasukan musuh begitu kuat? Ini benar-benar merepotkan."Banyak prajurit lainnya yang menganggukkan kepala juga. Menurut mereka, kemampuan pasukan musuh kali ini benar-benar sangat hebat dan di luar perkiraan mereka. Bahk
Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu
Adegan ini benar-benar sama dengan situasi saat pasukan utara disergap sebelumnya, bahkan Zaki sendiri pun tidak menyangka hal ini akan menjadi seperti ini. Setelah terdiam beberapa saat, dia langsung berteriak agar semuanya mundur. Namun, para prajurit di bagian belakang tidak bisa mendengar suaranya, sehingga para kavaleri pun bertabrakan.Melihat adegan itu, Darsa yang merupakan komandan pasukan utara juga tercengang. Dia tidak menyangka para kavaleri yang tiba-tiba muncul ini begitu ganas, pasukan utara jelas tidak bisa menandingi kekuatan mereka. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, cepat pergi bantu Zaki, jangan biarkan dia jatuh ke tangan musuh."Joko yang terus mengamati situasi di medan perang pun langsung menyadari ada yang tidak beres dan segera maju ke depan.Melihat pasukan utara dikepung pasukan besar, Wira tersenyum dan langsung berteriak, "Semuanya, cepat serang mereka sekarang juga dan pastikan untuk menghabisi mereka semuanya."Semua orang merasa sangat berse
Begitu para pemanah menghentikan serangan mereka, banyak orang yang terkejut. Beberapa saat kemudian, seseorang berkata, "Jenderal, waktunya sudah hampir tiba."Mendengar ini, Zaki mengangguk dan berseru dengan penuh antusiasme, "Kavaleri, serbu!"Gelombang besar pasukan berkuda langsung melesat ke depan, menyerbu dengan kekuatan penuh. Melihat ini, Wira tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Di sisinya, Nafis dan Arhan tampak agak heran. Menurut mereka, jika kavaleri musuh sudah mulai menyerang, ini adalah waktu terbaik untuk menumpas mereka.Namun, ketika melihat Wira tetap tenang dan tidak segera menurunkan perintah, keduanya sempat tertegun.Beberapa saat kemudian, seolah-olah telah memperhitungkan sesuatu, Wira tersenyum tipis dan berkata dengan suara pelan, "Kalian berdua jangan terburu-buru. Tunggu sebentar lagi. Biarkan mereka mencapai puncak semangat mereka terlebih dahulu."Awalnya, Nafis dan Arhan masih kebingungan. Namun, mereka segera memahami maksud Wira. Tidak heran W
Tak jauh dari Pulau Hulu, Wira bersama pasukannya menunggu dengan sabar. Saat ini, seorang mata-mata yang dikirim sebelumnya berlari kembali dan melaporkan dengan hormat, "Tuan, pasukan utara sedang berkumpul. Sepertinya kali ini mereka akan melakukan serangan kavaleri."Mendengar laporan itu, wajah Wira langsung berseri-seri. Dia mengangguk paham. Akhirnya kavaleri pasukan utara mulai bergerak. Jika mereka sudah mengambil langkah ini, sisanya akan lebih mudah ditangani.Segera, dia melambaikan tangannya dan berseru, "Kavaleri, bersiap!"Di barisan belakang, Arhan dan Nafis langsung mengepalkan tangan mereka sebagai tanda hormat dan merespons dengan lantang.Meskipun Wira membawa pasukan dalam jumlah besar, kavaleri yang dimilikinya sebenarnya tidak terlalu banyak. Selain 3.000 kavaleri dari Pasukan Harimau, dia hanya memiliki 5.000 kavaleri di bawah komando Nafis, sementara sebagian besar adalah pasukan infanteri.Itu sebabnya, Wira begitu menantikan pertempuran ini.Setelah beberapa
Bahkan, ada yang begitu bersemangat hingga berkata, "Kita sendiri pun nggak nyangka kekuatan kita kali ini akan begitu luar biasa. Kalau kita bisa menyelesaikan ini, yang lainnya pun pasti bisa kita atasi juga."Mendengar itu, para prajurit pasukan utara mengangguk setuju. Setelah berhasil menumpas musuh, wajah para bandit yang masih bertahan di garis depan pun berubah drastis, menjadi pucat.Beberapa dari mereka pun mulai bersuara, "Ini benar-benar di luar dugaan! Ternyata pasukan utara sekuat ini!"Ada yang tetap tenang, tetapi ada yang sangat bersemangat. Mereka merasa bahwa kemenangan sudah pasti di tangan pasukan utara.Melihat situasi ini, para prajurit tersenyum. Setelah menyelesaikan gelombang serangan ini, mereka mengangguk puas. Seseorang bahkan berkata dengan penuh semangat, "Ternyata para bandit ini nggak sekuat yang kita kira. Mereka bisa dilenyapkan secepat ini? Lemah sekali!"Di sisi pasukan utara, sorak-sorai kemenangan bergema. Menurut mereka, kekuatan mereka kali ini