Plak! Doddy yang tidak berbelaskasihan kembali menampar Fadil sambil berkata, "Kalau kamu berani kurang ajar lagi pada Kak Wira, aku akan membunuhmu, bahkan kalau aku nggak menjadi pejabat!""Ya, ya, ya!" jawab Fadil. Ada bekas tamparan di masing-masing pipinya, tetapi dia justru mengangguk berulang kali.Sikap pengecut Fadil ini membuat Doddy sangat kesal, lalu dia berkata lagi, "Aku makin naik darah melihatmu. Cepat bawa orang-orangmu pergi!""Ya, ya, ya!" jawab Fadil sambil mengangguk dan membungkuk. Kemudian, dia segera memimpin pasukan penjaga dan pergi dengan menyedihkan.Supri yang masih tinggal di halaman langsung pucat pasi. Setelah tertegun sejenak, dia merangkak ke arah Wira dan berkata, "Tuan Wira, aku salah. Wawasanku terlalu sempit untuk mengenali orang hebat sepertimu. Tolong ampuni aku!"Wira menyeringai dan berkata, "Kamu menyuruhku mengampuni dan memberimu kesempatan lagi, jadi kamu bisa terus mencelakai kami?""Nggak, aku nggak akan mencelakai siapa pun lagi. Aku pas
Namun, Fadil tidak memedulikan hal-hal ini. Dia pergi ke ruang petugas patroli dan menunggu Regan di sana. Sekarang, dia sangat kebingungan.Zabran sudah menjadi jenderal batalion tingkat keenam atas, tetapi dia masih menjadi pengawal Wira. Iqbal sebelumnya adalah pejabat tinggi kerajaan dan Kaesang adalah inspektur istana. Namun, mereka semua sangat sopan kepada Wira.Hal ini membuat Fadil merasa bahwa dia mungkin sudah salah memahami latar belakang Wira. Sekarang, dia harus mencari tahu semuanya dengan jelas. Jika tidak, dia tidak akan bisa tenang.Tidak lama kemudian, Regan kembali ke pengadilan daerah bersama sekelompok petugas patroli. Saat melihat bekas tamparan di wajah Fadil, sekelompok petugas patroli itu mengerucutkan bibir dan menahan tawa. Jelas terlihat bahwa mereka semua mengetahui kejadian di Kediaman Wibowo.Fadil berkata, "Regan, aku ingin bicara empat mata denganmu!"Regan melambaikan tangannya dan menyuruh para petugas patroli itu keluar. Kemudian, dia berkata dengan
Levon berkata dengan penuh semangat, "Cepat katakan!"Putu yang bertubuh bungkuk berkata, "Jenderal, Wira itu pelajar dari Dusun Darmadi. Dia menikah dengan putri Keluarga Linardi dari kota tiga tahun lalu!""Apa! Jadi dia pria yang sudah menikah?" ujar Levon sambil mengerutkan alis dan mengepalkan tinjunya. Nona Dian jatuh cinta pada pria yang sudah menikah, tetapi dia memandang rendah aku yang jago seni bela diri, berani, dan berwawasan ini, batin Levon.Putu mengangguk dan berbisik, "Awalnya, Wira biasa-biasa saja. Tapi, sekitar dua bulan yang lalu, dia tiba-tiba menunjukkan bakat menulis puisinya dengan menyusun 'Empat Kalimat Wahyudi' dan memenangkan hati Iqbal, Patih Kabupaten Uswal. Dia juga menghancurkan Desa Tiga Harimau di Kabupaten Uswal. Selain itu, dengan dukungan dari Iqbal, dia menghancurkan Keluarga Silali yang merupakan keluarga kaya kabupaten dengan cara kejam. Setelah kembali kali ini, dia membawa banyak anak buah yang kuat. Nggak hanya menghancurkan Keluarga Sutedja
"Tommy, setelah bertahun-tahun nggak ketemu, keterampilan seni bela dirimu sudah meningkat!" puji Levon sambil tersenyum. Dia lalu mengganti topik pembicaraan dengan berkata, "Nona Dian yang memintamu datang, ya?"Tommy langsung bicara ke intinya, "Iya! Nona Dian bilang, dia nggak bisa mengantarkan gandum sampai ke Kabupaten Hiloka. Gandum cuma bisa diantar ke desa dekat Kabupaten Hiloka. Kamu harus mengambilnya sendiri dan nggak boleh menyakiti siapa pun!"Levon mengerutkan alis dan berkata, "Apa benar Nona Dian yang bilang begitu?"Lantaran meminta Levon mengambil gandum sendiri, Dian pasti sudah tahu identitas Levon. Selain untuk meminjam makanan pada Dian, Levon memiliki tujuan lain dengan mendatangi Dian. Dia ingin mengikat hubungan mereka berdua. Namun, jika dia mendapatkan makanan dengan cara ini, rencananya tidak akan berhasil."Ya," jawab Tommy sambil mengangguk setelah terdiam sesaat.Awalnya, Dian memang berencana mengirim orang Keluarga Wibowo untuk mengangkut gandum. A
Levon berkata dengan ekspresi masam, "Tommy, sepertinya kamu sudah nggak menganggapku sebagai saudara. Sia-sia saja aku mengajarimu seni bela diri!""Kak Levon, aku sangat berterima kasih padamu karena sudah mengajariku seni bela diri. Tapi, utang budiku pada Nona Dian lebih besar!" ujar Tommy.Hati Tommy bergetar saat dia terpaksa berkata, "Kamu diselamatkan oleh Nona Dian dan dilatih menjadi pengawalnya. Aku juga dipilih dan dihidupi oleh Nona Dian selama ini. Apa pun bahaya yang mengancam keselamatan dari Nona Dian, aku akan setia melindunginya!""Kamu!" ujar Levon dengan mata berkilat dingin, dia tanpa sadar meraih gagang pedangnya."Jenderal!" Putu menghampiri mereka dan menghentikan Levon, lalu tersenyum dan berkata, "Dik, beri tahu kami lokasi lumbung sesuai dengan keinginan tuanmu. Kami akan menyuruh orang-orang kami sendiri mengangkutnya!"Setelah memberikan sebuah alamat, Tommy berbalik dan pergi. Sebelum pergi, dia berkata, "Kak Levon, Tuan Wira bilang, setelah mengambil
Wira berdeham dan tubuhnya menegang. Dia berkata, "Apa ini caramu bicara baik-baik?"Dian menjawab sambil tersipu, "Tuan, setelah kembali dari Dusun Darmadi, aku nggak bisa bertemu denganmu setiap hari. Aku juga nggak bisa tidur malam harinya."Entah sejak kapan, Wira mulai menjadi begitu penting bagi Dian. Setiap hari, Dian akan merasa tidak tenang jika tidak bertemu Wira. Sebelum peperangan dengan bangsa Agrel dimulai, Dian pernah berniat untuk menyatakan perasaannya kepada Wira. Namun, pada saat itu dia tidak cukup berani.Sekarang, Dian tidak ingin menundanya lagi. Dia ingin mendapatkan jawaban yang pasti. Kalaupun Wira tidak menyukainya, Dian juga akan bekerja keras. Hanya saja, dia tidak akan mengharapkan hal lain dari Wira lagi.Wira tertegun, lalu menyahut, "Kamu ... kamu yakin bukan karena banyak pikiran atau tekanan besar makanya kamu nggak bisa tidur?"Wanita pada zaman ini sangat pemalu sehingga tidak berani menyatakan perasaan mereka. Jadi, apa yang dilakukan Dian sekarang
Setelah berucap, Dian berjinjit dan mencium Wira. Sementara itu, Wira membelalakkan matanya. Dia dicium oleh Dian, rasanya juga sangat lembut.Wajah cantik Dian memerah sesudah dia mencium Wira. Kemudian, dia berbalik dan hendak pergi. Hanya saja, baru berjalan beberapa langkah, Dian ditarik.Wira berujar, "Kamu nggak bilang dulu, tapi langsung cium saja. Mana boleh wanita yang cium pria dulu?" Kemudian, Wira membalas dengan ciuman intens.Wira dan Dian terus berciuman dengan mesra dan penuh gairah. Tiba-tiba, suara yang canggung terdengar. "Kak Wira, Kak Dian, apa yang kalian lakukan?"Wira dan Dian langsung berpisah. Dian yang tersipu malu benar-benar ingin bersembunyi. Dia berkata, "Josua, aku ... aku ...."Wira tersenyum seraya berucap dengan serius, "Josua, gigi kakakmu rusak karena kebanyakan makan permen. Jadi, aku mau bantu dia cabut. Ingat, jangan makan terlalu banyak permen. Gigi bisa rusak.""Kak Wira, kalau begitu, kamu lanjut bantu Kak Dian cabut gigi. Aku pergi main dulu,
Fandi mendesah, lalu berkata, "Mereka menganggap kita perampok yang sedang mencari informasi."Fandi tinggal di gunung. Itulah sebabnya, dia tahu apa yang dipikirkan penduduk desa ketika melihat orang luar.Meri mengatupkan bibirnya. Dia juga seorang perampok, jadi tahu para penduduk desa sangat takut dengan perampok. Kemudian, mereka berdua turun dari kuda dan berjalan, lalu menemukan rumah seorang penduduk.Fandi berdiri di luar tembok halaman sembari berteriak, "Halo, kami ini pengusaha dan kami belum sempat mencari penginapan karena sudah malam. Bolehkah kami menumpang tidur di sini semalam? Kamu nggak perlu menyediakan makanan, kami hanya minta air hangat. Aku akan membayar 500 gabak."Tidak ada suara yang terdengar dari dalam rumah. Fandi berteriak lagi, tetapi tetap tidak mendapatkan balasan dari pemilik rumah.Meri dan Fandi mencari rumah lain lagi. Namun, tetap saja tidak ada penghuni yang keluar setelah mereka mencari beberapa rumah. Kemudian, mereka mendatangi sebuah rumah d