Setelah berucap, Dian berjinjit dan mencium Wira. Sementara itu, Wira membelalakkan matanya. Dia dicium oleh Dian, rasanya juga sangat lembut.Wajah cantik Dian memerah sesudah dia mencium Wira. Kemudian, dia berbalik dan hendak pergi. Hanya saja, baru berjalan beberapa langkah, Dian ditarik.Wira berujar, "Kamu nggak bilang dulu, tapi langsung cium saja. Mana boleh wanita yang cium pria dulu?" Kemudian, Wira membalas dengan ciuman intens.Wira dan Dian terus berciuman dengan mesra dan penuh gairah. Tiba-tiba, suara yang canggung terdengar. "Kak Wira, Kak Dian, apa yang kalian lakukan?"Wira dan Dian langsung berpisah. Dian yang tersipu malu benar-benar ingin bersembunyi. Dia berkata, "Josua, aku ... aku ...."Wira tersenyum seraya berucap dengan serius, "Josua, gigi kakakmu rusak karena kebanyakan makan permen. Jadi, aku mau bantu dia cabut. Ingat, jangan makan terlalu banyak permen. Gigi bisa rusak.""Kak Wira, kalau begitu, kamu lanjut bantu Kak Dian cabut gigi. Aku pergi main dulu,
Fandi mendesah, lalu berkata, "Mereka menganggap kita perampok yang sedang mencari informasi."Fandi tinggal di gunung. Itulah sebabnya, dia tahu apa yang dipikirkan penduduk desa ketika melihat orang luar.Meri mengatupkan bibirnya. Dia juga seorang perampok, jadi tahu para penduduk desa sangat takut dengan perampok. Kemudian, mereka berdua turun dari kuda dan berjalan, lalu menemukan rumah seorang penduduk.Fandi berdiri di luar tembok halaman sembari berteriak, "Halo, kami ini pengusaha dan kami belum sempat mencari penginapan karena sudah malam. Bolehkah kami menumpang tidur di sini semalam? Kamu nggak perlu menyediakan makanan, kami hanya minta air hangat. Aku akan membayar 500 gabak."Tidak ada suara yang terdengar dari dalam rumah. Fandi berteriak lagi, tetapi tetap tidak mendapatkan balasan dari pemilik rumah.Meri dan Fandi mencari rumah lain lagi. Namun, tetap saja tidak ada penghuni yang keluar setelah mereka mencari beberapa rumah. Kemudian, mereka mendatangi sebuah rumah d
Perampok Wolpin terus merampok persediaan makanan penduduk desa sehingga membuat para penduduk ketakutan.Meri membatin, 'Kenapa Levon nggak mengatur bawahannya? Pahlawan sejati nggak akan membiarkan bawahannya merampok rakyat miskin.' Meri dan kawanannya memang meminta uang jalan di Yispohan, tapi semua itu uang pengusaha kaya dan mereka tidak mengambil uang rakyat miskin sepeser pun.Fandi mendesah, lalu berkata, "Salman, apa kamu pernah berpikir untuk mencari jalan lain?"Salman tersenyum getir seraya menimpali, "Di sini, tempat untuk bertanam nggak banyak dan nggak ada tambang besi atau batu bara yang bernilai. Hanya ada tambang giok air yang nggak bernilai. Biasanya, aku mengumpulkan tanaman di pegunungan dan menjualnya, tapi uang yang dihasilkan sangat sedikit."Fandi bertanya sembari menyipitkan mata, "Kalau begitu, apa kamu mau menghasilkan uang?"Mata Salman berbinar-binar ketika menjawab, "Tentu saja aku mau. Kalau kamu punya cara untuk menjadi kaya, tolong ajari aku."Fandi
Fauzan dan Farid tampak sangat murka. Yang satunya memegang tombak, yang satunya lagi memegang garpu. Sementara itu, Meri mengeluarkan pedang dan hendak menyerang.Biasanya, mengumpulkan makanan hanya dilakukan sekali dalam jangka waktu tertentu. Namun, perampok Wolpin mengambilnya 2 kali. Ini sama saja dengan mendesak para penduduk desa hingga mati.Fandi melambaikan tangan dan menghentikan mereka bertiga, lalu menarik Meri untuk memanjat tembok ke bagian belakang rumah.Salman baru membuka pintu sembari tersenyum dan berkata, "Tuan-tuan sekalian, persediaan makanan di rumah kami memang tinggal sedikit. Kalau nggak percaya, silakan periksa.""Minggir, biar aku lihat sendiri!" bentak kepala perampok. Dia memakai baju zirah dan 2 orang di sampingnya memegang obor. Kelompok yang beranggotakan 8 orang membawa pedang."Wah, kalian memelihara seekor keledai dan 2 ekor kuda. Ternyata kalian cukup kaya!" seru pemimpin perampok saat melihat kandang kuda yang diterangi obor. Kemudian, dia melam
Perampok gunung Wolpin menyerbu dari segala arah! Saat tengkurap di tanah untuk mendengar suara, raut wajah Fandi sontak berubah. Awalnya, dia ingin segera pergi, tetapi ketika melihat keluarga Salman yang terkejut, Fandi tak punya pilihan selain mengangkat mayat-mayat itu dan melemparkannya keluar dari halaman satu per satu!Meri mengernyit seraya bertanya, "Paman Fandi, perampok Wolpin sudah mau datang. Apa yang kamu lakukan?""Orang-orang ini mati di halaman. Kalau perampok Wolpin murka, mereka akan membunuh seluruh keluarga ini!" jawab Fandi. Dia melanjutkan dengan ekspresi serius, "Kembalilah dan beri tahu alamat tambangnya kepada Tuan Wahyudi. Aku akan tinggal di sini untuk mengadang mereka!"Meri mengernyit sembari berkata, "Paman Fandi, kita datang bersama, jadi tentu harus pergi bersama!" Sebagai perampok gunung, yang terpenting adalah setia dan tidak meninggalkan sesama rekan!"Kita mungkin bisa melarikan diri, tapi bagaimana dengan keluarga ini?" tanya Fandi seraya menunjuk
Wanita ini sudah terlalu cantik, bahkan jauh lebih cantik daripada para nona muda dan istri pejabat!"Paman Fandi adalah veteran Pasukan Zirah Hitam!" seru Meri. Dia mengeluarkan zirah hitam dan meletakkannya di tubuh Fandi. Wajahnya berseri-seri saat berkata, "Dia dulunya bertempur dengan Panglima Dirga untuk menghadapi musuh Kerajaan Nuala dari berbagai penjuru dunia.""Baru-baru ini, dia juga berpartisipasi dalam pertempuran besar melawan bangsa Agrel di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu. Tanpa pengorbanannya, Kabupaten Hiloka juga akan dikuasai oleh para bangsa Agrel. Bagaimana mungkin kalian masih bisa merampok di sini?" tanya Meri."Veteran Pasukan Zirah Hitam!" Begitu sekelompok perampok itu melihat zirah hitam tersebut, mereka pun memandang Fandi dengan terkesima dan kagum! Mereka yang pernah mendengar tentang Pasukan Zirah Hitam, pasti tahu betapa hebatnya pasukan ini!Blackie melompat dari kuda, lalu bergegas ke hadapan Fandi. Dia memegang zirah hitam itu sambil mengernyit dan
Teropong tampak jatuh. Wira yang yang sudah menduga hal ini segera menangkapnya! Suryadi berkata dengan cemas, "Lestari, apa yang kamu lihat?""Aku, aku melihat mata Kak Wira se ... sebesar baskom itu!" jawab Lestari. Dia menutupi dadanya dan berekspresi ketakutan. Wanita itu benar-benar terkejut barusan!Orang-orang di sekitarnya sangat penasaran. "Bagaimana mungkin mata bisa menjadi sebesar baskom?" Suryadi pun bertanya dengan heran, "Wira, apa yang sebenarnya terjadi?""Ini namanya teropong. Benda ini bisa memperbesar apa yang dilihatnya. Dengan ini, kita bisa melihat benda-benda yang jauh dan membuat benda-benda di dekat kita tampak besar!" Wira menjelaskannya sambil tersenyum, lalu memberikan teropong itu kepada Lestari lagi seraya berkata, "Coba lihat lebih jauh, jangan melihat yang dekat!"Setelah beberapa hari mencoba, mereka berhasil membuat teropong dengan pembesaran delapan kali, yang bisa melihat hingga delapan kilometer jauhnya.Meskipun di zaman modern, teropong tangan bi
"Penjelasanku nggak akan bisa dimengerti oleh kalian saat ini," ucap Wira. Dia melanjutkan dengan serius, "Tapi ingatlah, kalian nggak boleh menggunakan teropong ini untuk melihat matahari. Kalau nggak, mata kalian akan buta. Kalian harus mengingat ini, terutama ketika anak-anak bermain dengan benda ini, harus ada orang dewasa yang mengawasi mereka!""Baik, kami mengerti!" Semua orang mengangguk tegas setelah mendengar bahwa melihat matahari bisa membuat mereka buta.Wira menarik tangannya, lalu berkata, "Oke, lanjutkan!" Doddy tidak berani melihat matahari lagi. Dia segera mengalihkan pandangannya ke tempat lain!Sekelompok orang itu berperilaku seperti anak-anak dan tampak sangat gembira. Ketika teropong sampai di tangan Rudi, dia melihat sekeliling dan ekspresinya menjadi serius!Setelah beberapa saat, Rudi berbisik, "Tuan Wahyudi, barang ini adalah harta karun. Ini seharusnya nggak boleh ditunjukkan kepada orang lain. Kalau diberikan kepada pengintai di medan perang, itu bisa memba
Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala. Melihat Joko hendak pergi, dia baru teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Oh ya. Setelah selesai mengatur semuanya, datang lagi ke sini. Aku harus merencanakan beberapa hal lagi untuk langkah selanjutnya.""Baik!" jawab Joko.Setelah Joko pergi, Darsa mengernyitkan alis. Pada saat itu, dia melihat Zaki masuk dari luar. Dia langsung tertegun sejenak saat melihat Zaki, lalu bertanya, "Bagaimana? Pikiranmu sudah jernih?"Mendengar pertanyaan Darsa, Zaki menganggukkan kepala dan langsung berkata sambil memberi hormat, "Tuan Darsa, maaf, sebelumnya aku memang terlalu gegabah. Tapi, kali ini ada begitu banyak saudara kita yang tewas, aku benar-benar merasa nggak rela."Darsa tersenyum, lalu berkata, "Hehe. Ini bukan masalah, kita akan membalasnya lain kali. Kali ini mereka memang menang, tapi menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam dunia peperangan. Kalau kamu putus asa dan hanya memikirkan soal balas dendam karena kekalahan k
Setelah pasukan utara kembali ke kemah, Darsa tidak bisa menahan amarahnya saat melihat ekspresi Zaki dan berkat, "Zaki, sebagai jenderal garis depan, kenapa kamu begitu gegabah? Musuh pasti sudah menyiapkan jebakan di depan makanya mereka mundur, tapi kamu malah masih ingin membawa pasukan untuk mengejar mereka."Mendengar perkataan itu, wajah Zaki langsung memerah. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, "Kali ini memang aku yang salah perhitungan. Tapi, musuh kita benar-benar licik. Kalau kita terus membiarkan mereka begitu, kita akan terus dipermainkan mereka."Ekspresi Darsa langsung terlihat kecewa dan berkata dengan marah, "Tipu muslihat adalah hal yang biasa dalam perang dan ini sudah menjadi aturan sejak dulu. Apa yang kamu pikirkan? Aku beri tahu kamu, aku akan melupakan kesalahanmu kali ini kalau kamu bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik."Darsa mendengus, lalu menoleh pada Joko dan berkata dengan pelan, "Bawa orang-orangmu untuk menghitung jumlah korban dan pasukan
Pengirim pesan itu segera memberi hormat, lalu langsung berjalan keluar.Setelah pengirim pesan itu pergi, Darsa baru menghela napas. Saat ini, semuanya sudah direncanakan, tetapi tergantung pada takdir apakah ini akan berhasil atau tidak. Jika 10 ribu pasukan ini masih tidak bisa membawa kembali Joko dan Zaki, situasinya akan makin merepotkan.Saat itu, Wira yang berada di medan perang tiba-tiba menoleh dan melihat musuh sudah mengerahkan tambahan 10 ribu pasukan pun terkejut karena hal ini di luar perkiraannya. Dia tidak menyangka musuh masih memiliki pasukan sebanyak ini dan sebelumnya mereka juga sudah menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Mengapa mereka tidak langsung mengerahkan seluruh pasukan?Sebelumnya, Wira dan pasukannya sudah berhasil menghancurkan semangat bertarung pasukan utara. Namun, begitu melihat musuh mendapat pasukan tambahan lagi sekarang, mereka langsung terkejut. Mereka tidak menduga musuh mereka ternyata begitu hebat.Tepat pada saat itu, salah seorang yang te
Begitu kedua belah pihak bertabrakan, suara benturannya langsung bergema dan kekuatan yang dahsyat membuat keduanya terlempar dari kuda mereka.Joko bisa begitu dipercaya Darsa karena ternyata kekuatannya memang luar biasa. Dia mendengus, dan segera memutar tubuhnya sambil mengayunkan senjatanya, lalu mendarat di tanah. Serangannya seharusnya sudah sangat cepat, tetapi dia tidak menyangka Arhan malah lebih cepat. Saat kakinya menyentuh tanah, Arhan sudah kembali menyerangnya.Keduanya bertarung dengan sangat sengit, membuat suasana medan perang menjadi makin kacau.Namun, pertarungan antara kedua orang itu malah membuat pasukan utara makin terdesak. Menurut mereka, kekuatan musuh mereka ini benar-benar luar biasa. Bahkan ada salah seorang prajurit yang berkata, "Kenapa pasukan musuh begitu kuat? Ini benar-benar merepotkan."Banyak prajurit lainnya yang menganggukkan kepala juga. Menurut mereka, kemampuan pasukan musuh kali ini benar-benar sangat hebat dan di luar perkiraan mereka. Bahk
Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu
Adegan ini benar-benar sama dengan situasi saat pasukan utara disergap sebelumnya, bahkan Zaki sendiri pun tidak menyangka hal ini akan menjadi seperti ini. Setelah terdiam beberapa saat, dia langsung berteriak agar semuanya mundur. Namun, para prajurit di bagian belakang tidak bisa mendengar suaranya, sehingga para kavaleri pun bertabrakan.Melihat adegan itu, Darsa yang merupakan komandan pasukan utara juga tercengang. Dia tidak menyangka para kavaleri yang tiba-tiba muncul ini begitu ganas, pasukan utara jelas tidak bisa menandingi kekuatan mereka. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, cepat pergi bantu Zaki, jangan biarkan dia jatuh ke tangan musuh."Joko yang terus mengamati situasi di medan perang pun langsung menyadari ada yang tidak beres dan segera maju ke depan.Melihat pasukan utara dikepung pasukan besar, Wira tersenyum dan langsung berteriak, "Semuanya, cepat serang mereka sekarang juga dan pastikan untuk menghabisi mereka semuanya."Semua orang merasa sangat berse
Begitu para pemanah menghentikan serangan mereka, banyak orang yang terkejut. Beberapa saat kemudian, seseorang berkata, "Jenderal, waktunya sudah hampir tiba."Mendengar ini, Zaki mengangguk dan berseru dengan penuh antusiasme, "Kavaleri, serbu!"Gelombang besar pasukan berkuda langsung melesat ke depan, menyerbu dengan kekuatan penuh. Melihat ini, Wira tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Di sisinya, Nafis dan Arhan tampak agak heran. Menurut mereka, jika kavaleri musuh sudah mulai menyerang, ini adalah waktu terbaik untuk menumpas mereka.Namun, ketika melihat Wira tetap tenang dan tidak segera menurunkan perintah, keduanya sempat tertegun.Beberapa saat kemudian, seolah-olah telah memperhitungkan sesuatu, Wira tersenyum tipis dan berkata dengan suara pelan, "Kalian berdua jangan terburu-buru. Tunggu sebentar lagi. Biarkan mereka mencapai puncak semangat mereka terlebih dahulu."Awalnya, Nafis dan Arhan masih kebingungan. Namun, mereka segera memahami maksud Wira. Tidak heran W
Tak jauh dari Pulau Hulu, Wira bersama pasukannya menunggu dengan sabar. Saat ini, seorang mata-mata yang dikirim sebelumnya berlari kembali dan melaporkan dengan hormat, "Tuan, pasukan utara sedang berkumpul. Sepertinya kali ini mereka akan melakukan serangan kavaleri."Mendengar laporan itu, wajah Wira langsung berseri-seri. Dia mengangguk paham. Akhirnya kavaleri pasukan utara mulai bergerak. Jika mereka sudah mengambil langkah ini, sisanya akan lebih mudah ditangani.Segera, dia melambaikan tangannya dan berseru, "Kavaleri, bersiap!"Di barisan belakang, Arhan dan Nafis langsung mengepalkan tangan mereka sebagai tanda hormat dan merespons dengan lantang.Meskipun Wira membawa pasukan dalam jumlah besar, kavaleri yang dimilikinya sebenarnya tidak terlalu banyak. Selain 3.000 kavaleri dari Pasukan Harimau, dia hanya memiliki 5.000 kavaleri di bawah komando Nafis, sementara sebagian besar adalah pasukan infanteri.Itu sebabnya, Wira begitu menantikan pertempuran ini.Setelah beberapa
Bahkan, ada yang begitu bersemangat hingga berkata, "Kita sendiri pun nggak nyangka kekuatan kita kali ini akan begitu luar biasa. Kalau kita bisa menyelesaikan ini, yang lainnya pun pasti bisa kita atasi juga."Mendengar itu, para prajurit pasukan utara mengangguk setuju. Setelah berhasil menumpas musuh, wajah para bandit yang masih bertahan di garis depan pun berubah drastis, menjadi pucat.Beberapa dari mereka pun mulai bersuara, "Ini benar-benar di luar dugaan! Ternyata pasukan utara sekuat ini!"Ada yang tetap tenang, tetapi ada yang sangat bersemangat. Mereka merasa bahwa kemenangan sudah pasti di tangan pasukan utara.Melihat situasi ini, para prajurit tersenyum. Setelah menyelesaikan gelombang serangan ini, mereka mengangguk puas. Seseorang bahkan berkata dengan penuh semangat, "Ternyata para bandit ini nggak sekuat yang kita kira. Mereka bisa dilenyapkan secepat ini? Lemah sekali!"Di sisi pasukan utara, sorak-sorai kemenangan bergema. Menurut mereka, kekuatan mereka kali ini