Fauzan dan Farid tampak sangat murka. Yang satunya memegang tombak, yang satunya lagi memegang garpu. Sementara itu, Meri mengeluarkan pedang dan hendak menyerang.Biasanya, mengumpulkan makanan hanya dilakukan sekali dalam jangka waktu tertentu. Namun, perampok Wolpin mengambilnya 2 kali. Ini sama saja dengan mendesak para penduduk desa hingga mati.Fandi melambaikan tangan dan menghentikan mereka bertiga, lalu menarik Meri untuk memanjat tembok ke bagian belakang rumah.Salman baru membuka pintu sembari tersenyum dan berkata, "Tuan-tuan sekalian, persediaan makanan di rumah kami memang tinggal sedikit. Kalau nggak percaya, silakan periksa.""Minggir, biar aku lihat sendiri!" bentak kepala perampok. Dia memakai baju zirah dan 2 orang di sampingnya memegang obor. Kelompok yang beranggotakan 8 orang membawa pedang."Wah, kalian memelihara seekor keledai dan 2 ekor kuda. Ternyata kalian cukup kaya!" seru pemimpin perampok saat melihat kandang kuda yang diterangi obor. Kemudian, dia melam
Perampok gunung Wolpin menyerbu dari segala arah! Saat tengkurap di tanah untuk mendengar suara, raut wajah Fandi sontak berubah. Awalnya, dia ingin segera pergi, tetapi ketika melihat keluarga Salman yang terkejut, Fandi tak punya pilihan selain mengangkat mayat-mayat itu dan melemparkannya keluar dari halaman satu per satu!Meri mengernyit seraya bertanya, "Paman Fandi, perampok Wolpin sudah mau datang. Apa yang kamu lakukan?""Orang-orang ini mati di halaman. Kalau perampok Wolpin murka, mereka akan membunuh seluruh keluarga ini!" jawab Fandi. Dia melanjutkan dengan ekspresi serius, "Kembalilah dan beri tahu alamat tambangnya kepada Tuan Wahyudi. Aku akan tinggal di sini untuk mengadang mereka!"Meri mengernyit sembari berkata, "Paman Fandi, kita datang bersama, jadi tentu harus pergi bersama!" Sebagai perampok gunung, yang terpenting adalah setia dan tidak meninggalkan sesama rekan!"Kita mungkin bisa melarikan diri, tapi bagaimana dengan keluarga ini?" tanya Fandi seraya menunjuk
Wanita ini sudah terlalu cantik, bahkan jauh lebih cantik daripada para nona muda dan istri pejabat!"Paman Fandi adalah veteran Pasukan Zirah Hitam!" seru Meri. Dia mengeluarkan zirah hitam dan meletakkannya di tubuh Fandi. Wajahnya berseri-seri saat berkata, "Dia dulunya bertempur dengan Panglima Dirga untuk menghadapi musuh Kerajaan Nuala dari berbagai penjuru dunia.""Baru-baru ini, dia juga berpartisipasi dalam pertempuran besar melawan bangsa Agrel di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu. Tanpa pengorbanannya, Kabupaten Hiloka juga akan dikuasai oleh para bangsa Agrel. Bagaimana mungkin kalian masih bisa merampok di sini?" tanya Meri."Veteran Pasukan Zirah Hitam!" Begitu sekelompok perampok itu melihat zirah hitam tersebut, mereka pun memandang Fandi dengan terkesima dan kagum! Mereka yang pernah mendengar tentang Pasukan Zirah Hitam, pasti tahu betapa hebatnya pasukan ini!Blackie melompat dari kuda, lalu bergegas ke hadapan Fandi. Dia memegang zirah hitam itu sambil mengernyit dan
Teropong tampak jatuh. Wira yang yang sudah menduga hal ini segera menangkapnya! Suryadi berkata dengan cemas, "Lestari, apa yang kamu lihat?""Aku, aku melihat mata Kak Wira se ... sebesar baskom itu!" jawab Lestari. Dia menutupi dadanya dan berekspresi ketakutan. Wanita itu benar-benar terkejut barusan!Orang-orang di sekitarnya sangat penasaran. "Bagaimana mungkin mata bisa menjadi sebesar baskom?" Suryadi pun bertanya dengan heran, "Wira, apa yang sebenarnya terjadi?""Ini namanya teropong. Benda ini bisa memperbesar apa yang dilihatnya. Dengan ini, kita bisa melihat benda-benda yang jauh dan membuat benda-benda di dekat kita tampak besar!" Wira menjelaskannya sambil tersenyum, lalu memberikan teropong itu kepada Lestari lagi seraya berkata, "Coba lihat lebih jauh, jangan melihat yang dekat!"Setelah beberapa hari mencoba, mereka berhasil membuat teropong dengan pembesaran delapan kali, yang bisa melihat hingga delapan kilometer jauhnya.Meskipun di zaman modern, teropong tangan bi
"Penjelasanku nggak akan bisa dimengerti oleh kalian saat ini," ucap Wira. Dia melanjutkan dengan serius, "Tapi ingatlah, kalian nggak boleh menggunakan teropong ini untuk melihat matahari. Kalau nggak, mata kalian akan buta. Kalian harus mengingat ini, terutama ketika anak-anak bermain dengan benda ini, harus ada orang dewasa yang mengawasi mereka!""Baik, kami mengerti!" Semua orang mengangguk tegas setelah mendengar bahwa melihat matahari bisa membuat mereka buta.Wira menarik tangannya, lalu berkata, "Oke, lanjutkan!" Doddy tidak berani melihat matahari lagi. Dia segera mengalihkan pandangannya ke tempat lain!Sekelompok orang itu berperilaku seperti anak-anak dan tampak sangat gembira. Ketika teropong sampai di tangan Rudi, dia melihat sekeliling dan ekspresinya menjadi serius!Setelah beberapa saat, Rudi berbisik, "Tuan Wahyudi, barang ini adalah harta karun. Ini seharusnya nggak boleh ditunjukkan kepada orang lain. Kalau diberikan kepada pengintai di medan perang, itu bisa memba
Fandi mengangkat mangkuk anggurnya dan menegaknya sampai habis. Lantaran khawatir dengan Meri, dia pun tidak akan kembali. Fandi hanya meminta tolong Salman untuk menyampaikan kabar mereka kepada Wira, lalu dirinya pun ikut naik gunung.Ketika tiba di sana, Fandi menemukan bahwa Blackie tidak memiliki niat jahat pada mereka! Sebaliknya, dia agak tertarik pada Meri."Kak Blackie, aku bersalah karena sudah membunuh rekanmu!" ucap Meri. Dia mengangkat semangkuk anggur dan meminumnya sampai habis. Kemudian, wanita itu melanjutkan, "Aku akan menebus dosaku dengan menghabiskan anggur ini. Setelah itu, terserah kamu ingin melakukan apa terhadapku. Aku nggak akan keberatan!""Meri, mereka melecehkan wanita, jadi tindakanmu yang membunuh mereka adalah penegakan keadilan. Kamu nggak berdosa!" ujar Blackie yang tampak tersenyum lebar. Seluruh aura ganasnya tiba-tiba lenyap.Blackie benar-benar menyukai wanita ini. Ketika tiba di gunung, Meri sama sekali tidak ketakutan, melainkan seperti kembali
"Kamu juga bandit rupanya!" ujar Blackie tercengang. Pantas saja Meri kelihatan sangat familier dengan sarang bandit, ternyata dia juga seorang bandit terkenal. Detik berikutnya, Blackie makin bersemangat. Bandit pria dan bandit wanita adalah pasangan serasi yang ditakdirkan bersama.Mendengar bahwa Meri juga seorang bandit, bandit lain di desa bandit itu pun bersikap ramah padanya. Ini merupakan bentuk penghormatan bagi orang yang memiliki identitas sama, berasal dari kasta yang sama, dan memiliki mata pencaharian sama. Itu tidak ada hubungannya dengan kecantikan dan bentuk tubuh Meri yang bagus.Sekelompok orang mengelilingi Meri dan pergi bersamanya ke tempat pertemuan dengan Levon. Fandi mengikuti mereka dari belakang dengan cemas. Tugas gadis ini berkaitan dengan bisnis garam Wira. Poin terpentingnya, dia adalah seorang sandera. Jika terjadi kesalahan, Yispohan akan mendapat banyak masalah.Pegunungan Jatta sangat besar, setiap kepala bandit menempati tempat strategis yang menyeba
"Kasih tahu dari awal atau belakangan, itu sama saja kok. Kak Junet, Kak Jaka, aku keliling dulu sebentar!" ujar Meri. Dia terkekeh-kekeh, lalu pergi dengan menaiki kudanya."Hei, dia memang gadis yang baik, pintar, dan pengertian!" puji Jupiter.Melihat kepergian Meri, ekspresi Blackie menjadi serius. "Juputih, aku peringatkan padamu. Aku sudah putuskan untuk mendapatkan Meri. Kalau kamu berani berebut denganku, aku akan bertarung mati-matian denganmu!" ujar Blackie.Jupiter mengomel dengan ekspresi sinis, "Sialan! Bisnis kita sudah mau direbut, tapi kamu masih saja memikirkan wanita!""Apa maksudmu?" tanya Blackie bertanya dengan alis berkerut.Jupiter menggertakkan gigi dan menjelaskan, "Wolfie mendapat 150 ton gandum dari Kabupaten Uswal. Dia bilang, dia membayar 100 juta, lalu menyuruh kita masing-masing bayar 200 juta lagi!""Apa!" Blackie menggertakkan gigi dan berkata, "Sialan, 150 ton gandum paling banyak juga 600 juta. Kita berdua masing-masing sudah bayar 200 juta, lalu dia
Senia segera menyahut, "Coba beri tahu aku apa keuntungannya kalau Raja Kresna menemui Wira?"Senia seketika menjadi berminat."Sebenarnya sederhana saja. Aku tahu Ratu mencemaskan Raja Kresna, Raja Ararya, dan Raja Tanuwi. Raja Byakta sudah disingkirkan, tapi ketiga orang ini masih memiliki kekuasaan besar.""Selama masih ada Ratu, mereka tentu nggak berani bertindak sembarangan. Tapi, kalau Ratu menyerahkan takhta kepada salah satu pangeran, pangeran mungkin akan kesulitan menahan mereka.""Jadi, kita bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk menyingkirkan Raja Kresna. Gimana menurutmu?"Harus diakui bahwa ini adalah ide yang sangat kejam. Guru Agung ingin memanfaatkan Wira untuk menyingkirkan Raja Kresna."Kalau Raja Kresna benar-benar mengalami masalah di Provinsi Yonggu dan kabar ini tersebar, sepertinya seluruh rakyat Kerajaan Agrel akan menganggap Wira sebagai musuh. Benar, 'kan? Lagi pula, semua orang di Kerajaan Agrel adalah pejuang sejati," jelas Guru Agung.Seketika, Senia mema
"Siapa?" Tatapan Senia tertuju pada Guru Agung.Kerajaan Agrel memang memiliki banyak genius, tetapi semuanya tidak punya hubungan darah dengan Senia. Masalah kali ini berkaitan dengan Dahlan. Mereka tentu harus mengutus lebih banyak orang yang berkemampuan untuk memberi Wira penjelasan.Bagaimanapun, Wira telah menulis dengan jelas di surat bahwa dirinya ingin bertemu Senia. Jika Senia tidak menampakkan diri, setidaknya dia harus mengutus orang-orang berkemampuan sebagai tanda hormatnya kepada Wira.Guru Agung memicingkan mata dan berkata, "Aku rasa Pangeran Pertama adalah pilihan tepat.""Maksudmu Delon? Dia memang pangeran pertama, tapi aku yakin kamu juga tahu dia nggak bisa diandalkan. Kalau nggak, mana mungkin aku menaruh harapan pada Dahlan?""Di antara putra-putraku, Dahlan memang yang paling nakal, tapi juga yang paling cerdas. Kelak, dia bisa menjadi pemimpin. Jika menyerahkan Kerajaan Agrel kepada Delon, aku khawatir dia akan dilengserkan, bahkan keselamatan rakyat nggak ter
"Guru Agung, akhirnya kamu datang. Coba lihat ini dulu." Senia menyerahkan surat itu kepada pria di depannya. Kemudian, dia menyesap tehnya sambil mengernyit, seperti sedang memikirkan sesuatu.Setelah membaca sesaat, ekspresi Guru Agung itu menjadi sangat suram. "Pangeran Dahlan ditangkap oleh Wira? Hubungan kita dengan Wira baik-baik saja. Dia seharusnya nggak berani menyakiti Pangeran Dahlan, 'kan?""Tapi, kalaupun terjadi sesuatu pada Pangeran Dahlan, kita bisa menjadikannya alasan untuk bernegosiasi dengan Wira. Orang lain mungkin takut pada Wira, tapi kita nggak perlu takut padanya."Senia tak kuasa termangu. "Kenapa kamu bisa bicara begitu?"Guru Agung itu menjelaskan, "Sepertinya Ratu sudah lupa. Kita berbeda dengan kesembilan provinsi itu. Kerajaan lainnya tentu takut pada Wira karena wilayah mereka tergolong dalam sembilan provinsi. Para rakyat menyukai Wira, ditambah lagi Wira punya banyak pasukan. Wira juga cerdas, terutama di bidang militer.""Osman sekalipun menganggap Wi
"Tuan Wira, kenapa kamu harus mencari ibuku?" Ekspresi Dahlan tampak suram. Tangannya terkepal erat. Dia tidak menyangka Wira akan mencari ibunya secepat ini. Ini sama saja dengan membahayakan posisi Dahlan.Kali ini, Dahlan benar-benar frustrasi. Dia gagal menyelesaikan masalah di Desa Damaro. Untuk kembali ke Kerajaan Agrel, dia bahkan membutuhkan ibunya turun tangan. Semua hal ini tentu membuat Dahlan kecewa."Nggak ada gunanya membahas ini denganku. Sepertinya ibumu bakal segera kemari. Nanti kalian bicara saja setelah berkumpul kembali."Usai berbicara, Wira melambaikan tangannya kepada dua orang di sampingnya. Prajurit segera membawa Dahlan ke kamar.Wira tidak lupa memperingatkan, "Dahlan adalah Pangeran Kerajaan Agrel. Kalian harus memperlakukannya dengan baik. Kalau sampai dia kenapa-kenapa, ibunya bisa meminta pertanggungjawaban dari kalian lho!"Jelas sekali, ucapan ini mengandung ejekan. Dahlan bukan orang bodoh. Dia tentu memahami maksud ucapan Wira."Tuan Wira, metodemu i
Dahlan menggertakkan giginya dan tidak bisa berkata-kata."Sepertinya kamu nggak tahu harus bilang apa ya? Kalau begitu, biar aku yang menjelaskan." Wira berkata, "Sebenarnya aku sudah menyuruh Lucy menyelidiki tentang Desa Damaro sejak awal. Sekarang akhirnya ada petunjuk.""Kudengar Kerajaan Agrel membentuk sebuah organisasi untuk bersaing dengan jaringan mata-mata. Aku nggak tahu apa yang kalian rencanakan, tapi kalian seharusnya membantai Desa Damaro untuk mendapatkan sesuatu, 'kan? Hanya saja, aku nggak tahu kalian sudah mendapatkannya atau belum.""Aku sudah berjanji kepada seseorang akan memberinya penjelasan yang memuaskan. Aku pasti akan menyelidiki pembantaian di Desa Damaro hingga kebenarannya terungkap. Karena kamu sudah ketahuan, seharusnya kamu memberiku penjelasan sekarang, 'kan?"Seketika, napas Dahlan memburu. Dia tidak menyangka Wira akan mengetahui semua ini. Sungguh menyebalkan! Namun, bukan berarti Dahlan harus mengakui semuanya. Dia harus membuat Wira percaya bahw
"Baik!" Lucy segera mengiakan, lalu langsung menuju ke luar. Jika ditunda, takutnya Dahlan akan meninggalkan wilayah Provinsi Yonggu duluan.Pada saat yang sama, Dahlan dan lainnya terus menuju ke luar Provinsi Yonggu dengan kecepatan paling tinggi. Ketika mereka hampir menerobos perbatasan, tiba-tiba muncul beberapa sosok yang menghalangi jalan mereka.Orang-orang ini tidak lain adalah anggota jaringan mata-mata. Baru saja, mereka menerima sinyal dari Lucy. Itu sebabnya, mereka langsung menghalangi Dahlan."Siapa kalian?" Dahlan turun dari kereta kudanya dan menatap orang-orang itu dengan tatapan dingin. Nada bicaranya pun terdengar sangat galak."Kalian tahu aku siapa? Aku tamu terhormat Wira! Tempat ini adalah Provinsi Yonggu, wilayah Wira. Kalau terjadi sesuatu padaku, nggak peduli siapa pun kalian, Wira nggak bakal melepaskan kalian!" ancam Dahlan.Orang-orang di belakang Dahlan pun menghunuskan pedang masing-masing. Mereka siap untuk bertarung.Salah satu anggota jaringan mata-ma
"Utus orang untuk membuntuti mereka diam-diam. Jangan sampai ketahuan oleh Dahlan. Begitu mendapat sinyal dariku, kalian harus langsung menaklukkannya. Kalau nggak ada sinyal dariku, itu artinya kalian nggak boleh mengambil tindakan.""Aku akan menemui Tuan Wira dulu. Aku harus memberitahunya situasi di sini." Setelah berpesan kepada bawahannya, Lucy langsung pergi.Setengah jam kemudian, di kediaman jenderal, Wira masih duduk di aula utama sambil merenung. Dia terus memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi tidak ada ide apa pun.Sampai jam makan, ketika Wira hendak makan, Lucy tiba-tiba datang. Wira langsung bertanya, "Bukannya kamu sedang menyelidiki para pengungsi? Kenapa tiba-tiba ada waktu kemari? Apa kamu dengar tentang pemberontakan itu?"Para pengungsi tiba-tiba memberontak dan memaksa membuka gudang pangan. Hal ini membuat Wira kewalahan dan tidak tahu harus bagaimana menyikapinya. Apalagi, ada beberapa kelompok yang ingin mengambil tindakan terhadap para pengun
Di pinggiran kota Provinsi Yonggu, ketika Wira dan lainnya sedang membahas strategi, Dahlan telah diam-diam keluar.Sejam lalu, Dahlan menerima surat dari wilayah utara. Dia langsung datang ke lokasi yang dijanjikan.Terdengar gemeresik daun di hutan. Sebuah sosok tiba-tiba muncul dan berdiri di hadapan Dahlan. "Yang Mulia, Ratu menyuruhmu untuk segera pergi. Kapan kita akan meninggalkan tempat ini?"Sambil berbicara, orang itu menunjukkan token miliknya untuk membuktikan identitasnya.Ekspresi Dahlan terlihat masam. Setelah ragu-ragu sejenak, dia menyahut dengan alis berkerut, "Wira mengawasiku. Sekarang aku juga tinggal di kediaman jenderal. Aku bisa keluar sebentar juga karena mencari alasan.""Kalau aku tiba-tiba pergi, takutnya Wira akan mengutus orang untuk menangkapku. Kalau aku gagal kabur dan ditangkap, hubungan Kerajaan Agrel dengan Wira akan retak.""Aku tahu hubungan Ibu dan Wira sangat baik. Untuk sementara waktu ini, mereka nggak mungkin berperang. Sebaiknya aku jadi sand
Beberapa hari ini, karena terjadi terlalu banyak masalah, Agha tidak punya waktu untuk mencari Fadela. Kebetulan, dia bisa menggunakan momen ini untuk memberi ruang terhadap satu sama lain. Mereka bisa sama-sama menenangkan diri.Agha dan Fadela akhirnya mencapai kesepakatan, bahkan menyetujui pernikahan, hanya karena Fadela kalah duel.Sebagai seorang pria, meskipun Agha hanya beberapa tahun lebih tua daripada Fadela, dia tetap harus bersikap dewasa dan bertanggung jawab. Apalagi, Agha menyandang gelar Orang Terkuat di Dunia! Dia harus bisa menjadi suami yang baik! Dia tidak boleh mengecewakan Wira ataupun Fadela."Danu, aku tahu kamu kesal. Tapi, jangan lupa yang kukatakan tadi. Para rakyat memberontak juga karena terpaksa. Kita nggak perlu menyulitkan mereka.""Turuti saja perkataanku kali ini. Kamu cuma perlu menjaga kota utama Provinsi Yonggu, menjamin keamanan di sini. Sisanya bakal kuatasi sendiri," hibur Wira.Seperti yang dipikirkan Osmaro, Wira dan Danu adalah sahabat yang su