Share

Bab 440

Author: Arif
Fandi mengangkat mangkuk anggurnya dan menegaknya sampai habis. Lantaran khawatir dengan Meri, dia pun tidak akan kembali. Fandi hanya meminta tolong Salman untuk menyampaikan kabar mereka kepada Wira, lalu dirinya pun ikut naik gunung.

Ketika tiba di sana, Fandi menemukan bahwa Blackie tidak memiliki niat jahat pada mereka! Sebaliknya, dia agak tertarik pada Meri.

"Kak Blackie, aku bersalah karena sudah membunuh rekanmu!" ucap Meri. Dia mengangkat semangkuk anggur dan meminumnya sampai habis. Kemudian, wanita itu melanjutkan, "Aku akan menebus dosaku dengan menghabiskan anggur ini. Setelah itu, terserah kamu ingin melakukan apa terhadapku. Aku nggak akan keberatan!"

"Meri, mereka melecehkan wanita, jadi tindakanmu yang membunuh mereka adalah penegakan keadilan. Kamu nggak berdosa!" ujar Blackie yang tampak tersenyum lebar. Seluruh aura ganasnya tiba-tiba lenyap.

Blackie benar-benar menyukai wanita ini. Ketika tiba di gunung, Meri sama sekali tidak ketakutan, melainkan seperti kembali
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 441

    "Kamu juga bandit rupanya!" ujar Blackie tercengang. Pantas saja Meri kelihatan sangat familier dengan sarang bandit, ternyata dia juga seorang bandit terkenal. Detik berikutnya, Blackie makin bersemangat. Bandit pria dan bandit wanita adalah pasangan serasi yang ditakdirkan bersama.Mendengar bahwa Meri juga seorang bandit, bandit lain di desa bandit itu pun bersikap ramah padanya. Ini merupakan bentuk penghormatan bagi orang yang memiliki identitas sama, berasal dari kasta yang sama, dan memiliki mata pencaharian sama. Itu tidak ada hubungannya dengan kecantikan dan bentuk tubuh Meri yang bagus.Sekelompok orang mengelilingi Meri dan pergi bersamanya ke tempat pertemuan dengan Levon. Fandi mengikuti mereka dari belakang dengan cemas. Tugas gadis ini berkaitan dengan bisnis garam Wira. Poin terpentingnya, dia adalah seorang sandera. Jika terjadi kesalahan, Yispohan akan mendapat banyak masalah.Pegunungan Jatta sangat besar, setiap kepala bandit menempati tempat strategis yang menyeba

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 442

    "Kasih tahu dari awal atau belakangan, itu sama saja kok. Kak Junet, Kak Jaka, aku keliling dulu sebentar!" ujar Meri. Dia terkekeh-kekeh, lalu pergi dengan menaiki kudanya."Hei, dia memang gadis yang baik, pintar, dan pengertian!" puji Jupiter.Melihat kepergian Meri, ekspresi Blackie menjadi serius. "Juputih, aku peringatkan padamu. Aku sudah putuskan untuk mendapatkan Meri. Kalau kamu berani berebut denganku, aku akan bertarung mati-matian denganmu!" ujar Blackie.Jupiter mengomel dengan ekspresi sinis, "Sialan! Bisnis kita sudah mau direbut, tapi kamu masih saja memikirkan wanita!""Apa maksudmu?" tanya Blackie bertanya dengan alis berkerut.Jupiter menggertakkan gigi dan menjelaskan, "Wolfie mendapat 150 ton gandum dari Kabupaten Uswal. Dia bilang, dia membayar 100 juta, lalu menyuruh kita masing-masing bayar 200 juta lagi!""Apa!" Blackie menggertakkan gigi dan berkata, "Sialan, 150 ton gandum paling banyak juga 600 juta. Kita berdua masing-masing sudah bayar 200 juta, lalu dia

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 443

    Levon mengibaskan tangannya dan berkata dengan bangga, "Hei, aku ini berteman baik dengan Kak Molika. Karena kamu adik perempuannya, itu artinya kamu juga saudaraku. Bukan masalah besar bagiku untuk memberimu satu jabatan. Kalau kamu menolak, itu artinya kamu malah nggak menghargaiku!"Meri tersenyum pahit dan mengangguk seraya berkata, "Terima kasih, Kak!""Saudara-saudara sekalian, kita sudah memberontak dan nggak ada jalan untuk mundur lagi!" seru Levon.Levon melihat ke sekeliling dan berteriak, "Sekarang, kita harus bekerja sama dan terus berjuang! Kalau sukses, kita semua akan menjadi pahlawan di masa depan. Kalau gagal, seenggaknya hidup kita nggak sia-sia. Seenggaknya kita sudah membunuh tuan tanah, bangsawan tiran, dan pejabat korup yang menindas kita!"Orang-orang Pasukan Wolpin merespons dengan suara pelan. Setelah antusiasme memberontak di awal berlalu, yang tersisa di hati tiap-tiap orang sekarang hanyalah ketakutan.Mereka takut kerajaan tiba-tiba mengirim pasukan untuk m

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 444

    "Apa? Wira?" seru Levon. Sorot matanya menjadi muram dan niat membunuhnya melonjak keluar.Pria itu mengandalkan kemampuannya menulis beberapa puisi buruk untuk merayu Nona Dian. Sekarang, bahkan Meri juga jatuh ke dalam cengkeramannya. Dia benar-benar pantas dibunuh!Meri bertanya, "Kak Wolfie, kamu sepertinya mengenal dia, ya?"Levon terkekeh-kekeh dan menjawab, "Aku pernah mendengar namanya, tapi aku belum pernah bertemu secara pribadi. Karena dia temanmu, aku tentu akan membantunya!""Kak Wolfie, kamu salah paham. Dia bukan temanku, ini hanya kesepakatan di antara kami," jelas Meri. Setelah itu, dia menoleh dan berkata, "Paman Fandi, aku sudah melakukan tugasku. Perjanjian antara aku dan Wira sudah selesai. Kamu bisa kembali dan beri tahu Wira. Aku akan kembali sendiri ke Yispohan."Fandi mengepalkan tinjunya tanda hormat, lalu berbalik dan pergi dari situ. Dia harus segera kembali dan memberi tahu Wira bahwa janji Wolfie ini tidak bisa dipercaya. Barusan, dia bahkan merasakan nia

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 445

    Putu mengernyit dan berkata, "Jenderal, apa kamu menangkap Fandi untuk menjebak Wira?""Ya," jawab Levon.Sambil mengayunkan Pedang Treksha di tangannya, Levon berkata dengan angkuh, "Aku mau membuatnya datang ke Pegunungan Jatta. Kalau dia berani datang, aku akan mengambil kesempatan untuk membunuhnya. Tapi, kalau dia nggak berani datang, aku akan menulis surat untuk memberi tahu Nona Dian kalau Wira itu sangat pengecut. Dia bahkan nggak memedulikan anak buahnya. Jadi, dia bukan orang yang bisa dipercayai untuk menjaga Nona Dian seumur hidup!"Putu tertegun beberapa saat, lalu menggelengkan kepalanya dan berkata, "Jenderal, kamu nggak boleh membunuhnya!""Kenapa?" tanya Levon sambil mengangkat alisnya.Putu menghela napas dan menjawab, "Wira pernah menulis 'Empat Kalimat Wahyudi', serta membuat 'Selamat Sampai di Tujuan' untuk Iqbal. Keduanya adalah puisi yang akan terkenal selama berabad-abad dan mendapat tempat di dunia sastra. Kalau kamu membunuhnya, kamu akan mendapat reputasi bur

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 446

    "Kamu benar!" ujar Molika. Kemudian, dia mengangguk dan melambaikan tangan sembari berkata, "Ayo, kita cari Tuan Wahyudi dan jangan bermain trik apa pun."....Ketika pulang, Wira melihat seorang pria tua dan 2 pemuda. Dia bertanya, "Apa kalian datang dari Kabupaten Hiloka?""Tuan, aku Salman dan mereka anakku, Fauzan dan Farid," ucap Salman. Dia berlutut dan menunjuk kedua putranya, lalu menceritakan kejadian malam itu sambil menangis.Sementara itu, Fauzan dan Farid melihat sekeliling dengan terkejut dan juga kebingungan. Menurut mereka, seharusnya orang yang mereka temui adalah orang kaya yang tinggal di rumah besar.Namun, rumah ini hanya terlihat sedikit lebih bagus dari rumah biasa. Hanya saja, banyak rumah bata yang sedang dibangun di luar dan banyak orang terlihat sangat senang. Ini adalah pemandangan yang tidak bisa ditemukan di desa biasa.Wira segera memapah Salman, lalu berujar, "Pak, cepat berdiri. Aku sangat senang kalian bisa datang memberitahuku kabar ini." Jarak antara

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 447

    Doddy membaca dengan terbata-bata, "Na ... ga ... ja ... ngan ... da ... tang." Belakangan ini, dia juga sedang belajar membaca. Namun, Doddy tidak bisa membaca semua tulisan yang dilingkar dengan lancar.Danu yang bisa membaca lebih lancar berucap, "Naga biru ... ada bahaya ... jangan datang."Wira membacakannya seraya mengerutkan dahi, "Ngarai Naga Biru ada bahaya, jangan datang."Awalnya, Wira membaca surat ini seperti biasa. Namun, dia tiba-tiba melihat kata-kata ini di bagian awal beberapa barisan kalimat.Doddy yang terbelalak berkata, "Kak Wira, apa maksud dari surat ini? Jelas-jelas mereka mengundangmu pergi, tapi ternyata isi surat ini menyiratkan agar kamu jangan pergi.""Selain itu, bukannya Paman Fandi dan Meri ada di Gunung Beruang Hitam? Kenapa mereka bisa pindah ke Ngarai Naga Biru? Itu daerah kekuasaan Wolfie," lanjut Doddy.Danu yang khawatir berkomentar, "Kak Wira, Wolfie mengerahkan pasukan untuk memberontak. Kalau Paman Fandi ada di sana, dia pasti nggak akan membia

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 448

    Sepertinya Wolfie sudah gila. Beraninya dia mencelakai Wira, benar-benar cari mati.Jamal segera berkata, "Tuan, aku juga akan mendukungmu."Wira menyahut seraya menyipitkan mata, "Kalau begitu, aku akan memberi kalian tugas."Molika dan Jamal berujar, "Kami akan mendengar perintah Tuan!"....Sementara itu, Gavin membawa Salman, Fauzan, dan Farid ke kantin. Setelah berpesan kepada koki, Gavin membawa mereka bertiga ke bak air di samping kantin. Gavin mengambilkan air hangat dan sabun, lalu mengajari Salman dan anaknya cara mencuci tangan.Sekarang, ini adalah kebiasaan warga Dusun Darmadi. Sebelum makan, harus cuci tangan untuk menjaga kebersihan. Begitu Salman dan anaknya mengambil sabun untuk cuci tangan, air dalam baskom langsung menjadi hitam. Mereka bertiga pun tertegun."Sabun ini sangat enak dipakai, bisa mencuci kotoran sampai sebersih ini. Apa kalian memakai sabun ini untuk mencuci muka?" ujar Salman yang terkejut. Dia teringat dengan wajah dan tangan warga Dusun Darmadi yang

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3196

    Mendengar perkataan itu, Darsa menganggukkan kepala. Melihat Joko hendak pergi, dia baru teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Oh ya. Setelah selesai mengatur semuanya, datang lagi ke sini. Aku harus merencanakan beberapa hal lagi untuk langkah selanjutnya.""Baik!" jawab Joko.Setelah Joko pergi, Darsa mengernyitkan alis. Pada saat itu, dia melihat Zaki masuk dari luar. Dia langsung tertegun sejenak saat melihat Zaki, lalu bertanya, "Bagaimana? Pikiranmu sudah jernih?"Mendengar pertanyaan Darsa, Zaki menganggukkan kepala dan langsung berkata sambil memberi hormat, "Tuan Darsa, maaf, sebelumnya aku memang terlalu gegabah. Tapi, kali ini ada begitu banyak saudara kita yang tewas, aku benar-benar merasa nggak rela."Darsa tersenyum, lalu berkata, "Hehe. Ini bukan masalah, kita akan membalasnya lain kali. Kali ini mereka memang menang, tapi menang dan kalah adalah hal yang biasa dalam dunia peperangan. Kalau kamu putus asa dan hanya memikirkan soal balas dendam karena kekalahan k

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3195

    Setelah pasukan utara kembali ke kemah, Darsa tidak bisa menahan amarahnya saat melihat ekspresi Zaki dan berkat, "Zaki, sebagai jenderal garis depan, kenapa kamu begitu gegabah? Musuh pasti sudah menyiapkan jebakan di depan makanya mereka mundur, tapi kamu malah masih ingin membawa pasukan untuk mengejar mereka."Mendengar perkataan itu, wajah Zaki langsung memerah. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, "Kali ini memang aku yang salah perhitungan. Tapi, musuh kita benar-benar licik. Kalau kita terus membiarkan mereka begitu, kita akan terus dipermainkan mereka."Ekspresi Darsa langsung terlihat kecewa dan berkata dengan marah, "Tipu muslihat adalah hal yang biasa dalam perang dan ini sudah menjadi aturan sejak dulu. Apa yang kamu pikirkan? Aku beri tahu kamu, aku akan melupakan kesalahanmu kali ini kalau kamu bisa menyelesaikan masalah ini dengan baik."Darsa mendengus, lalu menoleh pada Joko dan berkata dengan pelan, "Bawa orang-orangmu untuk menghitung jumlah korban dan pasukan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3194

    Pengirim pesan itu segera memberi hormat, lalu langsung berjalan keluar.Setelah pengirim pesan itu pergi, Darsa baru menghela napas. Saat ini, semuanya sudah direncanakan, tetapi tergantung pada takdir apakah ini akan berhasil atau tidak. Jika 10 ribu pasukan ini masih tidak bisa membawa kembali Joko dan Zaki, situasinya akan makin merepotkan.Saat itu, Wira yang berada di medan perang tiba-tiba menoleh dan melihat musuh sudah mengerahkan tambahan 10 ribu pasukan pun terkejut karena hal ini di luar perkiraannya. Dia tidak menyangka musuh masih memiliki pasukan sebanyak ini dan sebelumnya mereka juga sudah menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Mengapa mereka tidak langsung mengerahkan seluruh pasukan?Sebelumnya, Wira dan pasukannya sudah berhasil menghancurkan semangat bertarung pasukan utara. Namun, begitu melihat musuh mendapat pasukan tambahan lagi sekarang, mereka langsung terkejut. Mereka tidak menduga musuh mereka ternyata begitu hebat.Tepat pada saat itu, salah seorang yang te

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3193

    Begitu kedua belah pihak bertabrakan, suara benturannya langsung bergema dan kekuatan yang dahsyat membuat keduanya terlempar dari kuda mereka.Joko bisa begitu dipercaya Darsa karena ternyata kekuatannya memang luar biasa. Dia mendengus, dan segera memutar tubuhnya sambil mengayunkan senjatanya, lalu mendarat di tanah. Serangannya seharusnya sudah sangat cepat, tetapi dia tidak menyangka Arhan malah lebih cepat. Saat kakinya menyentuh tanah, Arhan sudah kembali menyerangnya.Keduanya bertarung dengan sangat sengit, membuat suasana medan perang menjadi makin kacau.Namun, pertarungan antara kedua orang itu malah membuat pasukan utara makin terdesak. Menurut mereka, kekuatan musuh mereka ini benar-benar luar biasa. Bahkan ada salah seorang prajurit yang berkata, "Kenapa pasukan musuh begitu kuat? Ini benar-benar merepotkan."Banyak prajurit lainnya yang menganggukkan kepala juga. Menurut mereka, kemampuan pasukan musuh kali ini benar-benar sangat hebat dan di luar perkiraan mereka. Bahk

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3192

    Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3191

    Adegan ini benar-benar sama dengan situasi saat pasukan utara disergap sebelumnya, bahkan Zaki sendiri pun tidak menyangka hal ini akan menjadi seperti ini. Setelah terdiam beberapa saat, dia langsung berteriak agar semuanya mundur. Namun, para prajurit di bagian belakang tidak bisa mendengar suaranya, sehingga para kavaleri pun bertabrakan.Melihat adegan itu, Darsa yang merupakan komandan pasukan utara juga tercengang. Dia tidak menyangka para kavaleri yang tiba-tiba muncul ini begitu ganas, pasukan utara jelas tidak bisa menandingi kekuatan mereka. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, cepat pergi bantu Zaki, jangan biarkan dia jatuh ke tangan musuh."Joko yang terus mengamati situasi di medan perang pun langsung menyadari ada yang tidak beres dan segera maju ke depan.Melihat pasukan utara dikepung pasukan besar, Wira tersenyum dan langsung berteriak, "Semuanya, cepat serang mereka sekarang juga dan pastikan untuk menghabisi mereka semuanya."Semua orang merasa sangat berse

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3190

    Begitu para pemanah menghentikan serangan mereka, banyak orang yang terkejut. Beberapa saat kemudian, seseorang berkata, "Jenderal, waktunya sudah hampir tiba."Mendengar ini, Zaki mengangguk dan berseru dengan penuh antusiasme, "Kavaleri, serbu!"Gelombang besar pasukan berkuda langsung melesat ke depan, menyerbu dengan kekuatan penuh. Melihat ini, Wira tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Di sisinya, Nafis dan Arhan tampak agak heran. Menurut mereka, jika kavaleri musuh sudah mulai menyerang, ini adalah waktu terbaik untuk menumpas mereka.Namun, ketika melihat Wira tetap tenang dan tidak segera menurunkan perintah, keduanya sempat tertegun.Beberapa saat kemudian, seolah-olah telah memperhitungkan sesuatu, Wira tersenyum tipis dan berkata dengan suara pelan, "Kalian berdua jangan terburu-buru. Tunggu sebentar lagi. Biarkan mereka mencapai puncak semangat mereka terlebih dahulu."Awalnya, Nafis dan Arhan masih kebingungan. Namun, mereka segera memahami maksud Wira. Tidak heran W

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3189

    Tak jauh dari Pulau Hulu, Wira bersama pasukannya menunggu dengan sabar. Saat ini, seorang mata-mata yang dikirim sebelumnya berlari kembali dan melaporkan dengan hormat, "Tuan, pasukan utara sedang berkumpul. Sepertinya kali ini mereka akan melakukan serangan kavaleri."Mendengar laporan itu, wajah Wira langsung berseri-seri. Dia mengangguk paham. Akhirnya kavaleri pasukan utara mulai bergerak. Jika mereka sudah mengambil langkah ini, sisanya akan lebih mudah ditangani.Segera, dia melambaikan tangannya dan berseru, "Kavaleri, bersiap!"Di barisan belakang, Arhan dan Nafis langsung mengepalkan tangan mereka sebagai tanda hormat dan merespons dengan lantang.Meskipun Wira membawa pasukan dalam jumlah besar, kavaleri yang dimilikinya sebenarnya tidak terlalu banyak. Selain 3.000 kavaleri dari Pasukan Harimau, dia hanya memiliki 5.000 kavaleri di bawah komando Nafis, sementara sebagian besar adalah pasukan infanteri.Itu sebabnya, Wira begitu menantikan pertempuran ini.Setelah beberapa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3188

    Bahkan, ada yang begitu bersemangat hingga berkata, "Kita sendiri pun nggak nyangka kekuatan kita kali ini akan begitu luar biasa. Kalau kita bisa menyelesaikan ini, yang lainnya pun pasti bisa kita atasi juga."Mendengar itu, para prajurit pasukan utara mengangguk setuju. Setelah berhasil menumpas musuh, wajah para bandit yang masih bertahan di garis depan pun berubah drastis, menjadi pucat.Beberapa dari mereka pun mulai bersuara, "Ini benar-benar di luar dugaan! Ternyata pasukan utara sekuat ini!"Ada yang tetap tenang, tetapi ada yang sangat bersemangat. Mereka merasa bahwa kemenangan sudah pasti di tangan pasukan utara.Melihat situasi ini, para prajurit tersenyum. Setelah menyelesaikan gelombang serangan ini, mereka mengangguk puas. Seseorang bahkan berkata dengan penuh semangat, "Ternyata para bandit ini nggak sekuat yang kita kira. Mereka bisa dilenyapkan secepat ini? Lemah sekali!"Di sisi pasukan utara, sorak-sorai kemenangan bergema. Menurut mereka, kekuatan mereka kali ini

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status