Gavin menyeringai, lalu menjawab, "Nggak ada acara perayaan. Ini memang kehidupan kami sehari-hari.""Setiap hari kalian makan begini?" kata Salman yang tampak tidak percaya. Fauzan dan Farid juga curiga.Semua makanan ini bahkan lebih enak dari makanan tuan tanah. Rakyat biasa yang bisa makan nasi sampai kenyang setiap hari saja sudah cukup beruntung, mana ada yang bisa makan daging setiap hari?Gavin menimpali seraya tersenyum, "Tuan takut kami nggak rela beli makanan enak, jadi dia membangun kantin ini. Dia menyediakan makanan 2 kali sehari. Satu macam sayur, sup, beberapa macam daging, nasi, dan roti isi daging. Kami boleh makan sepuasnya.""Ah!" seru Salman yang tercengang. Sebenarnya, mereka tidak percaya. Namun, setelah mengamati para penduduk desa, Salman dan anaknya langsung percaya.Wajah semua penduduk tampak berseri-seri dan berisi. Tidak seperti rakyat biasa yang kurus kerempeng.Fauzan berdecak, lalu berkomentar, "Pantas saja banyak orang datang bekerja untuk Tuan Wira. M
Sekarang Gavin juga sedang belajar membaca dan menulis. Bahkan, dia sudah bisa memahami sebagian besar dari buku Teknik Pedang Seratus dan Teknik Tombak Keluarga Wutari yang dibawa Wira dari Kota Pusat Pemerintahan Jagabu."Wah!" seru Salman dan kedua anaknya yang tampak iri. Di Dusun Darmadi, setiap orang bisa menjalani kehidupan yang nyaman asalkan mau bekerja. Mereka juga akan mempunyai masa depan yang cerah.Tidak seperti desa tempat Salman tinggal, yang dikelilingi oleh perampok dan pejabat. Kalaupun mereka sekeluarga bekerja keras selama setahun, hidup mereka tetap kekurangan setelah membayar pajak dan menyerahkan makanan.Salman berdecak, lalu berkata, "Aku benar-benar iri sama kalian. Di desa kalian ada orang baik seperti Tuan Wira."Gavin menyeringai dan menimpali, "Nggak perlu iri. Besok Tuan Wira akan pergi ke Kabupaten Hiloka, kehidupan kalian akan makin baik.""Apa mungkin itu bisa terjadi?" tanya Salman yang tidak percaya. Sejujurnya, kalaupun para penduduk desa mengumpul
"Meminjam zirah!" seru Fadil. Ini bukanlah masalah kecil sehingga Fadil tampak ragu-ragu. Ketika melihat ekspresi merendahkan dari Regan yang seolah-olah menganggapnya orang bodoh, Fadil segera mengangguk sembari menjawab, "Kalau boleh tahu, berapa banyak zirah yang dibutuhkan Tuan? Aku akan segera mengutus orang untuk mengumpulkannya!"Wira mengernyit seraya berkata, "Cukup kumpulkan 150 set saja!" Kota ini juga tidak memiliki banyak zirah yang bagus. Semuanya hanya berupa zirah kulit dengan potongan-potongan besi di dalamnya. Akan tetapi, itu sudah cukup efektif untuk melindungi diri dari perampok gunung."Nggak masalah. Mohon tunggu sebentar, Tuan!" Setelah berjanji pada Wira, Fadil sontak merasa lega dan bergegas mengumpulkan zirah.Kota ini berada di perbatasan. Selain membayar pajak kepada pemerintah pusat setiap tahunnya, mereka juga bertanggung jawab untuk memproduksi sebagian senjata, termasuk pedang, panah, dan zirah. Persediaan dalam gudang di pengadilan daerah, ditambah den
Sesosok bayangan wanita cantik berdiri di belakangnya. Dian berkata dengan ekspresi khawatir, "Tuan, kamu nggak perlu mengambil risiko itu. Biarkan aku yang pergi ke Ngarai Naga Biru. Aku jamin pasti akan membiarkan Levon melepaskan Paman Fandi."Dian tahu bahwa Levon tertarik padanya, tetapi dia tidak pernah menyangka bahwa pria itu ternyata begitu posesif hingga menargetkan Wira."Nggak boleh!" tolak Wira. Pria itu menggeleng seraya menjawab tanpa ragu, "Kalau kamu pergi ke Ngarai Naga Biru, apakah dia masih akan membiarkanmu pulang?"Dian tercengang di tempat! Berdasarkan karakter Levon, dia memang mungkin akan menahan Dian jika dia pergi ke Ngarai Naga Biru! Wira pun berkata, "Kamu jangan ikut campur dalam masalah ini. Aku pasti akan menyelamatkan Paman Fandi."Namun, Dian berkata dengan khawatir, "Tapi, ada ribuan perampok gunung yang keji di bawah komandonya. Sementara itu, kamu hanya punya sekitar 200 pasukan, jadi bagaimana kamu bisa melawannya?"Wira berkata dengan nada merem
Ucup berkata sambil tersenyum, "Jenderal, jangan khawatir. Jenderal Meri nggak akan menyadari ini. Dia sedang pergi berlibur ke Gunung Rubah Putih bersama Jupiter selama beberapa hari ini!"Tatapan Wolfie berubah menjadi serius. Dia berkata, "Serahkan semua rekan dari Gunung Beruang Hitam dan Gunung Rubah Putih kepadanya. Beri wanita itu kekuasaan sepenuhnya agar dia nggak bolak-balik di antara kedua gunung itu!"Dengan alasan mengendalikan pasokan makanan, baik Jupiter maupun Blackie, mereka telah setuju untuk mengirimkan bawahannya untuk direorganisasi. Hanya dalam beberapa hari, 1.000 orang telah dikirim kemari.Ucup berkata dengan terkejut, "Itu adalah 1.000 orang. Pemimpin mereka akan menjadi kekuatan terbesar kedua di pegunungan ini!"Putu menasihati, "Jenderal, jangan biarkan Jenderal Meri mengendalikan mereka. Keputusan mengenai kekuatan militer adalah masalah hidup dan mati, juga harus tetap berada di tangan kita. Jenderal Meri baru datang dan mungkin nggak selaras dengan kita
Molika terus menyanjung mereka. Dia mengalihkan topik pembicaraan dan berkata, "Kali ini, aku bukan hanya datang untuk menemui adikku, tapi juga mengunjungi pahlawan hebat!" Dadan bertanya dengan terkejut, "Pahlawan hebat?"Molika menjelaskan dengan nada tinggi, "Dia adalah veteran Pasukan Zirah Hitam. Belum lama ini, dia diundang oleh Panglima Yudha untuk kembali ke medan perang di utara dan membunuh Raja Tanuwi dengan misil besar."Dadan bertanya, "Apa? Pahlawan hebat yang membunuh Raja Tanuwi dengan misil? Di mana dia sekarang?"Para perampok mulai gempar. Mereka mungkin membenci pasukan pemerintah yang sering mengejar mereka, tetapi mereka selalu menghormati Pasukan Zirah Hitam yang menumpaskan bangsa Agrel, bangsa Lokus, bangsa Monoma, dan bangsa Yorat, terutama pahlawan hebat yang membunuh Raja Tanuwi!"Karena adikku ada di sini, kalian seharusnya juga pernah bertemu dengannya!" jawab Molika. Dia melanjutkan sembari tersenyum lebar, "Dia adalah pria yang mendampingi adikku. Awaln
"Apa?" seru Levon. Di dalam ruang rapat, ekspresi dari Levon yang memiliki julukan Wolfie itu tampak tak menentu setelah menerima kabar tersebut.Dengan membunuh 30 orang menggunakan senjata ajaib yang bisa menghancurkan besi dengan mudah, Levon tahu bahwa Fandi bukanlah orang biasa. Namun, dia tidak pernah menduga bahwa Fandi ternyata adalah pengawal pribadi Pasukan Zirah Hitam. Dia juga terlibat dalam pembunuhan Raja Tanuwi dan memiliki hubungan dengan Panglima Yudha.Akan tetapi, Levon juga memiliki keraguan! Bagaimana mungkin pahlawan hebat seperti Fandi bersedia menjadi bawahan dari penyair dan gigolo rendahan seperti Wira? Selain itu, pertemuan kembali antara Meri dan Molika dengan Wira juga membuatnya merasa sangat aneh.Ketua kedua dari Ngarai Naga Biru yang kini menjadi letnan jenderal, Ucup, berkata seraya berkeringat dingin, "Jenderal, cepat lepaskan Fandi. Molika memang mengatakan yang sebenarnya. Fandi benar-benar adalah pengawal pribadi dari Pasukan Zirah Hitam.""Dia bah
Para bandit di Pegunungan Jatta bahkan tidak bisa mengalahkan pasukan komando daerah di Kota Pusat Pemerintahan Lokana. Jadi, bagaimana mereka punya nyali melawan pasukan perbatasan Panglima Yudha?"Pak Putu, pada akhirnya kamu tetap menyuruhku melepaskan Fandi untuk mencegah Wira datang ke Ngarai Naga Biru," ujar Levon.Levon berbalik dan melanjutkan dengan ekspresi dingin, "Aku tahu semua sastrawan menyukai pelajar yang bisa menulis puisi bagus. Pelajar bernama Wira itu sudah menarik perhatianmu. Tapi, ada satu hal yang ingin kuingatkan padamu. Pelajar bernama Wira itu pasti akan aku bunuh, nggak ada yang bisa menghentikanku. Kalau nggak, rasakan saja amarahku!"Putu tertegun sembari mengerutkan alisnya. Sementara itu, Levon keluar dari ruang pertemuan dan berkata dengan wajah datar, "Dengarkan perintahku. Nggak ada yang boleh membahas masalah ini. Semua yang ikut dalam penangkapan Fandi harus tutup mulut. Pastikan juga Jenderal Meri nggak mengetahui masalah ini. Orang yang melanggar
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m