"Apa? Wira?" seru Levon. Sorot matanya menjadi muram dan niat membunuhnya melonjak keluar.Pria itu mengandalkan kemampuannya menulis beberapa puisi buruk untuk merayu Nona Dian. Sekarang, bahkan Meri juga jatuh ke dalam cengkeramannya. Dia benar-benar pantas dibunuh!Meri bertanya, "Kak Wolfie, kamu sepertinya mengenal dia, ya?"Levon terkekeh-kekeh dan menjawab, "Aku pernah mendengar namanya, tapi aku belum pernah bertemu secara pribadi. Karena dia temanmu, aku tentu akan membantunya!""Kak Wolfie, kamu salah paham. Dia bukan temanku, ini hanya kesepakatan di antara kami," jelas Meri. Setelah itu, dia menoleh dan berkata, "Paman Fandi, aku sudah melakukan tugasku. Perjanjian antara aku dan Wira sudah selesai. Kamu bisa kembali dan beri tahu Wira. Aku akan kembali sendiri ke Yispohan."Fandi mengepalkan tinjunya tanda hormat, lalu berbalik dan pergi dari situ. Dia harus segera kembali dan memberi tahu Wira bahwa janji Wolfie ini tidak bisa dipercaya. Barusan, dia bahkan merasakan nia
Putu mengernyit dan berkata, "Jenderal, apa kamu menangkap Fandi untuk menjebak Wira?""Ya," jawab Levon.Sambil mengayunkan Pedang Treksha di tangannya, Levon berkata dengan angkuh, "Aku mau membuatnya datang ke Pegunungan Jatta. Kalau dia berani datang, aku akan mengambil kesempatan untuk membunuhnya. Tapi, kalau dia nggak berani datang, aku akan menulis surat untuk memberi tahu Nona Dian kalau Wira itu sangat pengecut. Dia bahkan nggak memedulikan anak buahnya. Jadi, dia bukan orang yang bisa dipercayai untuk menjaga Nona Dian seumur hidup!"Putu tertegun beberapa saat, lalu menggelengkan kepalanya dan berkata, "Jenderal, kamu nggak boleh membunuhnya!""Kenapa?" tanya Levon sambil mengangkat alisnya.Putu menghela napas dan menjawab, "Wira pernah menulis 'Empat Kalimat Wahyudi', serta membuat 'Selamat Sampai di Tujuan' untuk Iqbal. Keduanya adalah puisi yang akan terkenal selama berabad-abad dan mendapat tempat di dunia sastra. Kalau kamu membunuhnya, kamu akan mendapat reputasi bur
"Kamu benar!" ujar Molika. Kemudian, dia mengangguk dan melambaikan tangan sembari berkata, "Ayo, kita cari Tuan Wahyudi dan jangan bermain trik apa pun."....Ketika pulang, Wira melihat seorang pria tua dan 2 pemuda. Dia bertanya, "Apa kalian datang dari Kabupaten Hiloka?""Tuan, aku Salman dan mereka anakku, Fauzan dan Farid," ucap Salman. Dia berlutut dan menunjuk kedua putranya, lalu menceritakan kejadian malam itu sambil menangis.Sementara itu, Fauzan dan Farid melihat sekeliling dengan terkejut dan juga kebingungan. Menurut mereka, seharusnya orang yang mereka temui adalah orang kaya yang tinggal di rumah besar.Namun, rumah ini hanya terlihat sedikit lebih bagus dari rumah biasa. Hanya saja, banyak rumah bata yang sedang dibangun di luar dan banyak orang terlihat sangat senang. Ini adalah pemandangan yang tidak bisa ditemukan di desa biasa.Wira segera memapah Salman, lalu berujar, "Pak, cepat berdiri. Aku sangat senang kalian bisa datang memberitahuku kabar ini." Jarak antara
Doddy membaca dengan terbata-bata, "Na ... ga ... ja ... ngan ... da ... tang." Belakangan ini, dia juga sedang belajar membaca. Namun, Doddy tidak bisa membaca semua tulisan yang dilingkar dengan lancar.Danu yang bisa membaca lebih lancar berucap, "Naga biru ... ada bahaya ... jangan datang."Wira membacakannya seraya mengerutkan dahi, "Ngarai Naga Biru ada bahaya, jangan datang."Awalnya, Wira membaca surat ini seperti biasa. Namun, dia tiba-tiba melihat kata-kata ini di bagian awal beberapa barisan kalimat.Doddy yang terbelalak berkata, "Kak Wira, apa maksud dari surat ini? Jelas-jelas mereka mengundangmu pergi, tapi ternyata isi surat ini menyiratkan agar kamu jangan pergi.""Selain itu, bukannya Paman Fandi dan Meri ada di Gunung Beruang Hitam? Kenapa mereka bisa pindah ke Ngarai Naga Biru? Itu daerah kekuasaan Wolfie," lanjut Doddy.Danu yang khawatir berkomentar, "Kak Wira, Wolfie mengerahkan pasukan untuk memberontak. Kalau Paman Fandi ada di sana, dia pasti nggak akan membia
Sepertinya Wolfie sudah gila. Beraninya dia mencelakai Wira, benar-benar cari mati.Jamal segera berkata, "Tuan, aku juga akan mendukungmu."Wira menyahut seraya menyipitkan mata, "Kalau begitu, aku akan memberi kalian tugas."Molika dan Jamal berujar, "Kami akan mendengar perintah Tuan!"....Sementara itu, Gavin membawa Salman, Fauzan, dan Farid ke kantin. Setelah berpesan kepada koki, Gavin membawa mereka bertiga ke bak air di samping kantin. Gavin mengambilkan air hangat dan sabun, lalu mengajari Salman dan anaknya cara mencuci tangan.Sekarang, ini adalah kebiasaan warga Dusun Darmadi. Sebelum makan, harus cuci tangan untuk menjaga kebersihan. Begitu Salman dan anaknya mengambil sabun untuk cuci tangan, air dalam baskom langsung menjadi hitam. Mereka bertiga pun tertegun."Sabun ini sangat enak dipakai, bisa mencuci kotoran sampai sebersih ini. Apa kalian memakai sabun ini untuk mencuci muka?" ujar Salman yang terkejut. Dia teringat dengan wajah dan tangan warga Dusun Darmadi yang
Gavin menyeringai, lalu menjawab, "Nggak ada acara perayaan. Ini memang kehidupan kami sehari-hari.""Setiap hari kalian makan begini?" kata Salman yang tampak tidak percaya. Fauzan dan Farid juga curiga.Semua makanan ini bahkan lebih enak dari makanan tuan tanah. Rakyat biasa yang bisa makan nasi sampai kenyang setiap hari saja sudah cukup beruntung, mana ada yang bisa makan daging setiap hari?Gavin menimpali seraya tersenyum, "Tuan takut kami nggak rela beli makanan enak, jadi dia membangun kantin ini. Dia menyediakan makanan 2 kali sehari. Satu macam sayur, sup, beberapa macam daging, nasi, dan roti isi daging. Kami boleh makan sepuasnya.""Ah!" seru Salman yang tercengang. Sebenarnya, mereka tidak percaya. Namun, setelah mengamati para penduduk desa, Salman dan anaknya langsung percaya.Wajah semua penduduk tampak berseri-seri dan berisi. Tidak seperti rakyat biasa yang kurus kerempeng.Fauzan berdecak, lalu berkomentar, "Pantas saja banyak orang datang bekerja untuk Tuan Wira. M
Sekarang Gavin juga sedang belajar membaca dan menulis. Bahkan, dia sudah bisa memahami sebagian besar dari buku Teknik Pedang Seratus dan Teknik Tombak Keluarga Wutari yang dibawa Wira dari Kota Pusat Pemerintahan Jagabu."Wah!" seru Salman dan kedua anaknya yang tampak iri. Di Dusun Darmadi, setiap orang bisa menjalani kehidupan yang nyaman asalkan mau bekerja. Mereka juga akan mempunyai masa depan yang cerah.Tidak seperti desa tempat Salman tinggal, yang dikelilingi oleh perampok dan pejabat. Kalaupun mereka sekeluarga bekerja keras selama setahun, hidup mereka tetap kekurangan setelah membayar pajak dan menyerahkan makanan.Salman berdecak, lalu berkata, "Aku benar-benar iri sama kalian. Di desa kalian ada orang baik seperti Tuan Wira."Gavin menyeringai dan menimpali, "Nggak perlu iri. Besok Tuan Wira akan pergi ke Kabupaten Hiloka, kehidupan kalian akan makin baik.""Apa mungkin itu bisa terjadi?" tanya Salman yang tidak percaya. Sejujurnya, kalaupun para penduduk desa mengumpul
"Meminjam zirah!" seru Fadil. Ini bukanlah masalah kecil sehingga Fadil tampak ragu-ragu. Ketika melihat ekspresi merendahkan dari Regan yang seolah-olah menganggapnya orang bodoh, Fadil segera mengangguk sembari menjawab, "Kalau boleh tahu, berapa banyak zirah yang dibutuhkan Tuan? Aku akan segera mengutus orang untuk mengumpulkannya!"Wira mengernyit seraya berkata, "Cukup kumpulkan 150 set saja!" Kota ini juga tidak memiliki banyak zirah yang bagus. Semuanya hanya berupa zirah kulit dengan potongan-potongan besi di dalamnya. Akan tetapi, itu sudah cukup efektif untuk melindungi diri dari perampok gunung."Nggak masalah. Mohon tunggu sebentar, Tuan!" Setelah berjanji pada Wira, Fadil sontak merasa lega dan bergegas mengumpulkan zirah.Kota ini berada di perbatasan. Selain membayar pajak kepada pemerintah pusat setiap tahunnya, mereka juga bertanggung jawab untuk memproduksi sebagian senjata, termasuk pedang, panah, dan zirah. Persediaan dalam gudang di pengadilan daerah, ditambah den
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m