Share

Bab 380

Penulis: Arif
"Cari mati!" Sorot mata Pasukan Zirah Hitam dan veteran lainnya penuh dengan niat membunuh. Di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, dari prefektur tingkat keempat hingga wakil prefektur tingkat kelima harus bersikap hormat ketika bertemu dengan Wira.

Kini, beraninya seorang keluarga kaya kabupaten mengancam Wira hanya karena dia merupakan pejabat sipil tingkat kedelapan! Lantaran sudah memutuskan untuk mengikuti Wira, merasa sontak emosi atas kelakuan Husni yang tidak menghormati Wira!

"Oh, ya?" tanya Wira sembari tersenyum. Kemudian, dia melanjutkan, "Aku akan dipenjara karena menerobos ke rumah Keluarga Sutedja, lalu bagaimana dengan menghajarmu hingga lumpuh?"

Husni menggertakkan giginya dan memelotot seraya menjawab, "Memangnya kamu berani?" Tatapan Wira tampak sangat suram, lalu dia berkata, "Patahkan kedua kakinya!"

Krak! Krak! Sebelum orang lain bertindak, Fandi dan Rudi yang berjarak paling dekat segera mematahkan kedua kakinya!

"Aahhh ...." Jeritan melengking bergema di jalanan. Se
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 381

    Dilihat dari perlakuan Iqbal terhadap Wira, Wira pasti bukan orang biasa. Namun, apa yang hendak dilakukannya sekarang, yakni menjebak orang secara terang-terangan, sudah terlalu angkuh.Rudi mendengkus pelan dan berkata, "Huh, nggak semua orang punya kesempatan untuk menjadi orangnya Tuan Wahyudi. Nggak semua orang juga punya kesempatan bekerja bagi Tuan Wahyudi.""Tuan Wahyudi?" ujar Regan dengan mata berbinar. Setelah itu, dia buru-buru menangkupkan tinjunya tanda hormat dan berkata, "Jangan khawatir, Tuan. Saya akan kerjakan sekarang juga!"Sebelumnya, Regan bertugas melayani iring-iringan kereta para pejabat yang melakukan perjalanan ke selatan. Dia pernah mendengar cerita orang-orang tentang kondisi perang di utara.Panglima Yudha menunjuk seorang pria sebagai penasihat militer. Penasihat militer bernama Tuan Wahyudi itulah yang membuat strategi perang, menembak mati Raja Tanuwi, membakar 30.000 infanteri bangsa Agrel , dan menggunakan formasi kerbau api untuk menyerang markas b

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 382

    "Kupikir aku nggak akan pernah melihatmu lagi di kehidupan ini. Kak Wira, apa kamu tahu aku sangat merindukanmu akhir-akhir ini? Kenapa kamu baru kembali sekarang?" ujar Lestari."Ayah sudah dibawa mereka ke penjara. Orang Keluarga Sutedja selalu datang mengancamku setiap hari, para preman ini menggedor pintuku setiap malam. Aku sangat takut dan hampir menyerah. Aku terus bertanya-tanya, kapan kamu akan pulang? Sekarang, kamu sudah pulang, tapi aku nggak sedang bermimpi, 'kan? Huhuhu!" keluh Lestari bertubi-tubi.Rasa tertekan, kesedihan, dan tersiksa yang sudah lama ditanggung Lestari akhirnya bisa dilampiaskannya saat ini. Di dunia ini, dia hanya punya dua kerabat, yakni ayah dan kakak sepupunya. Meskipun Lestari sering mengomel pada Wira, dia selalu menyayangi kakak sepupunya itu."Maaf, aku pulang terlambat. Ini semua salahku, seharusnya aku kembali lebih awal!" ujar Wira.Wira menyampirkan jubah ke tubuh Lestari, lalu menyeka air mata yang terus mengalir di wajah sepupunya yang ma

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 383

    Terdapat ukiran perunggu monster dalam legenda pada pintu ruang penjara yang tertutup rapat. Ukiran monster itu tampak bengis dan mengintimidasi.Di sel penjara terakhir, Lisun, Hendra, dan perajin gula mengepung Suryadi yang sekujur tubuhnya penuh memar."Kamu nggak akan bisa keluar sebelum menyerahkan resep rahasia gula kristal!" Hendra berkata dengan ekspresi jengkel, "Putrimu sama keras kepalanya denganmu. Anak buahku sudah menyiksanya dengan bermacam cara, tapi dia tetap nggak mau buka mulut! Kuakui, orang Keluarga Saling memang berani!"Suryadi mendongak, air mata mengalir tanpa henti di wajahnya. Saat ini, dia merasa lega tetapi juga sedih saat memikirkan betapa putrinya telah banyak menderita.Hendra tersenyum tipis, lalu berkata, "Tapi, aku menyuruh empat preman tinggal di sana. Mereka akan terus menginterogasi putrimu dengan cara apa pun.""Bajingan, kalau terjadi sesuatu pada Lestari, aku akan menghabisimu!" ancam Suryadi naik pitam. Dia benar-benar ingin membunuh orang di d

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 384

    Namun, tidak ada satu pun di antara kelompok Wira yang bisa diremehkan. Dilihat dari mata dingin dan aura membunuh mereka, sudah pasti mereka pernah mengotori tangan mereka dengan darah. Orang seperti ini kemungkinan telah berhadapan dengan situasi yang mempertaruhkan hidup dan mati di medan perang atau pernah menjadi bandit pembunuh.Namun, ini di pengadilan daerah, jadi Lisun sama sekali tidak takut. Dia memimpin empat petugas patroli untuk memblokir jalan dengan membawa golok sambil berkata, "Wira, lancang sekali kamu. Berani-beraninya kamu menerobos penjara pengadilan daerah! Apa kamu nggak tahu kalau ini kejahatan serius? Ini perbuatan keji yang akan membuat seluruh kerabatmu dibantai!"Wira bertanya dengan sorot mata muram, "Siapa kamu?""Dia Lisun, kepala petugas patroli!" Lestari menggertakkan gigi dan berkata, "Dialah yang membawa orang-orang ke toko besi, lalu langsung mencari sesuatu di bawah tempat tidur, seolah-olah dia tahu ada sesuatu yang disembunyikan di sana!"Lisun m

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 385

    Dahi keempat petugas patroli lainnya bercucuran keringat dingin. Wira terlalu kejam. Setelah memotong jari Lisun, dia juga melarang Lisun untuk berteriak.Wira memandang keempat petugas patroli itu sambil bertanya, "Kalian juga terlibat dalam masalah pamanku, 'kan?""Tuan, tolong ampuni kami. Pak Lisun yang menyuruh kami melakukannya. Dia memberi kami 100 ribu!""Benda itu sengaja disembunyikan oleh Pak Lisun. Aku tahu di mana pencurinya!""Jangan bunuh kami. Kami masih punya banyak tanggungan di rumah. Kami juga terpaksa melakukannya!""Kami bersalah, tolong ampuni kami!"Keempat petugas patroli itu bersujud dan mengaku dengan ketakutan. Wira bahkan berani menyerang Lisun dan Husni. Jadi, mana mungkin dia tidak berani menyerang petugas patroli rendahan seperti mereka? Jika jari mereka dipotong dan mereka sudah benar-benar cacat, semuanya sudah terlambat!Wira menoleh pada Lisun, lalu berkata tanpa ekspresi, "Apa ada hal lain yang mau kamu jelaskan?""Pak Radit memberiku 2 juta dan men

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 386

    Menerobos penjara sama saja dengan pemberontakan. Asalkan bisa menangkap Wira dan melibatkan Iqbal, Radit bisa menguasai Kabupaten Uswal. Dia juga bisa menjadi pemimpin dan berkuasa seperti 2 tahun yang lalu.Di dalam penjara, Lestari dan Suryadi sangat ketakutan sampai wajah mereka pucat pasi. Saat ini, mereka baru menyadari keseriusan dari menerobos penjara. Sementara itu, Lisun, Hendra, dan 4 petugas patroli tampak senang, seolah-olah melihat seorang penyelamat.Wira yang marah langsung membentak, "Radit, sebagai pejabat penting pemerintahan, seharusnya kamu menegakkan hukum secara adil. Tapi, kamu malah menerima uang dari keluarga kaya kabupaten dan melanggar aturan hukum demi kepentingan pribadi.""Kamu bekerja sama dengan orang lain untuk melakukan kejahatan dan menjebak warga yang nggak bersalah. Uang sogokan sebesar 2 juta gabak cukup untuk membuatmu dipecat," lanjut Wira.Terakhir kali, Radit menerima uang dari Keluarga Silali. Kali ini, dia menerima uang dari Keluarga Sutedja

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 387

    Wira berani menghajar pejabat penting pemerintahan, apa dia ingin memberontak? Lestari dan Suryadi pun terperangah."Ah, darah!" teriak Radit yang terjatuh ke tanah. Bahkan, hidungnya juga berdarah. Kemudian, dia membentak, "Wira, kamu ... beraninya kamu pukul aku. Kamu mau memberontak .... Ah!""Memberontak? Pukul kamu berarti mau memberontak? Memangnya kamu siapa? Jangankan memukul, sekalipun aku membunuh pejabat koruptor sepertimu, juga nggak salah!" ujar Wira.Wira yang berang terus menendang Radit dan sama sekali tidak berbelaskasihan. Kalau bukan karena dia datang tepat waktu, Suryadi dan Lestari pun belum tentu bisa hidup setelah menyerahkan resep rahasia.Setiap pejabat koruptor seperti ini menerima uang sogokan, pasti ada warga yang meninggal. Jika terus membiarkan Radit tetap menduduki di posisinya saat ini, entah berapa banyak lagi warga yang menderita."Ah, kamu ... jangan pukul lagi ... ah!" teriak Radit sambil menutupi kepalanya dengan kedua tangan. Dia meringkuk dan teru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 388

    Pada saat itu, kertas ini akan dihancurkan sehingga sama sekali tidak bisa dijadikan bukti untuk membuat Radit mengakui kesalahannya.Sebaliknya, Wira akan ditangkap karena menjadi pemimpin dalam penangkapan orang dan pemberontakan. Kemudian, Radit akan menurunkan Iqbal dari jabatannya. Dengan demikian, dia tetap akan menguasai Kabupaten Uswal.Melihat surat pengakuan yang sangat detail, bahkan dibubuhi cap jari dengan darah, Wira sangat puas. Dia melambaikan tangan seraya memberi perintah, "Tahan dia aula utama!"Tentara pensiun pun membawa Radit, Lisun, dan para petugas patroli masuk ke aula utama. Tak lama kemudian, Fandi membawa petugas patroli untuk menangkap pencuri yang menyimpan liontin giok.Sementara itu, Regan dan beberapa tentara pensiun mengangkat Husni yang cacat, serta baju zirah dan busur panah ke aula utama pengadilan daerah.Wira yang memegang setumpuk surat pengakuan menunggu di depan pintu pengadilan dengan tenang. Di luar pengadilan daerah, banyak warga celingak-ce

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3192

    Hayam menganggukkan kepala setelah mendengar Adjie berkata seperti itu, lalu segera berbalik dan memimpin pasukannya mendekati Wira.Saat melihat Agha juga memimpin pasukan untuk datang mengepung, Darsa yang berada di dalam tenda langsung terkejut. Dia selalu mengira bala bantuan dari pihak musuh hanya pasukan kavaleri yang bersembunyi di kegelapan, tetapi ternyata masih ada begitu banyak infanteri.Ekspresi Darsa langsung menjadi muram saat teringat dengan banjir yang tiba-tiba terjadi sebelumnya. Setelah tertegun sesaat, dia akhirnya menyadari semua itu adalah bagian dari jebakan yang sudah direncanakan musuh. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, bantu Zaki untuk mundur, sekarang bukan saatnya untuk menyerang."Ekspresi Joko berubah, lalu menganggukkan kepala dan berkata, "Baik, kita akan segera menerobos keluar."Namun, saat melihat pasukan musuh, seseorang yang berada di samping Joko berkata, "Sialan. Kita benar-benar nggak menyangka hal ini, tapi kekuatan mereka memang lu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3191

    Adegan ini benar-benar sama dengan situasi saat pasukan utara disergap sebelumnya, bahkan Zaki sendiri pun tidak menyangka hal ini akan menjadi seperti ini. Setelah terdiam beberapa saat, dia langsung berteriak agar semuanya mundur. Namun, para prajurit di bagian belakang tidak bisa mendengar suaranya, sehingga para kavaleri pun bertabrakan.Melihat adegan itu, Darsa yang merupakan komandan pasukan utara juga tercengang. Dia tidak menyangka para kavaleri yang tiba-tiba muncul ini begitu ganas, pasukan utara jelas tidak bisa menandingi kekuatan mereka. Dia langsung berteriak dengan lantang, "Joko, cepat pergi bantu Zaki, jangan biarkan dia jatuh ke tangan musuh."Joko yang terus mengamati situasi di medan perang pun langsung menyadari ada yang tidak beres dan segera maju ke depan.Melihat pasukan utara dikepung pasukan besar, Wira tersenyum dan langsung berteriak, "Semuanya, cepat serang mereka sekarang juga dan pastikan untuk menghabisi mereka semuanya."Semua orang merasa sangat berse

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3190

    Begitu para pemanah menghentikan serangan mereka, banyak orang yang terkejut. Beberapa saat kemudian, seseorang berkata, "Jenderal, waktunya sudah hampir tiba."Mendengar ini, Zaki mengangguk dan berseru dengan penuh antusiasme, "Kavaleri, serbu!"Gelombang besar pasukan berkuda langsung melesat ke depan, menyerbu dengan kekuatan penuh. Melihat ini, Wira tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Di sisinya, Nafis dan Arhan tampak agak heran. Menurut mereka, jika kavaleri musuh sudah mulai menyerang, ini adalah waktu terbaik untuk menumpas mereka.Namun, ketika melihat Wira tetap tenang dan tidak segera menurunkan perintah, keduanya sempat tertegun.Beberapa saat kemudian, seolah-olah telah memperhitungkan sesuatu, Wira tersenyum tipis dan berkata dengan suara pelan, "Kalian berdua jangan terburu-buru. Tunggu sebentar lagi. Biarkan mereka mencapai puncak semangat mereka terlebih dahulu."Awalnya, Nafis dan Arhan masih kebingungan. Namun, mereka segera memahami maksud Wira. Tidak heran W

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3189

    Tak jauh dari Pulau Hulu, Wira bersama pasukannya menunggu dengan sabar. Saat ini, seorang mata-mata yang dikirim sebelumnya berlari kembali dan melaporkan dengan hormat, "Tuan, pasukan utara sedang berkumpul. Sepertinya kali ini mereka akan melakukan serangan kavaleri."Mendengar laporan itu, wajah Wira langsung berseri-seri. Dia mengangguk paham. Akhirnya kavaleri pasukan utara mulai bergerak. Jika mereka sudah mengambil langkah ini, sisanya akan lebih mudah ditangani.Segera, dia melambaikan tangannya dan berseru, "Kavaleri, bersiap!"Di barisan belakang, Arhan dan Nafis langsung mengepalkan tangan mereka sebagai tanda hormat dan merespons dengan lantang.Meskipun Wira membawa pasukan dalam jumlah besar, kavaleri yang dimilikinya sebenarnya tidak terlalu banyak. Selain 3.000 kavaleri dari Pasukan Harimau, dia hanya memiliki 5.000 kavaleri di bawah komando Nafis, sementara sebagian besar adalah pasukan infanteri.Itu sebabnya, Wira begitu menantikan pertempuran ini.Setelah beberapa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3188

    Bahkan, ada yang begitu bersemangat hingga berkata, "Kita sendiri pun nggak nyangka kekuatan kita kali ini akan begitu luar biasa. Kalau kita bisa menyelesaikan ini, yang lainnya pun pasti bisa kita atasi juga."Mendengar itu, para prajurit pasukan utara mengangguk setuju. Setelah berhasil menumpas musuh, wajah para bandit yang masih bertahan di garis depan pun berubah drastis, menjadi pucat.Beberapa dari mereka pun mulai bersuara, "Ini benar-benar di luar dugaan! Ternyata pasukan utara sekuat ini!"Ada yang tetap tenang, tetapi ada yang sangat bersemangat. Mereka merasa bahwa kemenangan sudah pasti di tangan pasukan utara.Melihat situasi ini, para prajurit tersenyum. Setelah menyelesaikan gelombang serangan ini, mereka mengangguk puas. Seseorang bahkan berkata dengan penuh semangat, "Ternyata para bandit ini nggak sekuat yang kita kira. Mereka bisa dilenyapkan secepat ini? Lemah sekali!"Di sisi pasukan utara, sorak-sorai kemenangan bergema. Menurut mereka, kekuatan mereka kali ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3187

    Setelah Hayam tiba di bawah, dia segera melihat Adjie yang tengah bertempur sengit. Tanpa ragu, Hayam langsung mendekat.Saat itu, Adjie baru saja menebas seorang lawan, lalu menoleh ke arah Hayam. Karena situasi yang kacau, dia tidak langsung mengenali siapa yang datang. Mengira itu adalah musuh, Adjie pun mengayunkan pedangnya ke arah leher Hayam.Melihat itu, ekspresi Hayam langsung berubah. Dia buru-buru berteriak, "Ini aku! Kawan sendiri!"Mendengar suara itu, Adjie langsung tersadar. Setelah beberapa saat, dia terpikir akan sesuatu dan berkata, "Kenapa kamu kemari? Kalau sampai mereka mengetahui identitas kita, semua usaha yang telah dilakukan oleh Tuan Wira akan sia-sia!"Hayam hanya tersenyum dan berucap, "Tenang saja, situasi sekarang sudah kacau balau. Nggak akan ada yang menyadari apa pun. Lagi pula, lihatlah. Mereka bahkan nggak punya waktu untuk memikirkan hal lain."Setelah bersama-sama menebas beberapa prajurit pasukan utara, Hayam yang berada di samping berkata, "Tuan W

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3186

    Prajurit yang sebelumnya melaporkan berita itu segera berkata, "Jumlah mereka nggak banyak, kira-kira hanya sekitar 1.000 orang. Mereka datang dari arah timur, selatan, dan utara. Tapi yang aneh, pakaian mereka bukan seperti pasukan kavaleri biasa!"Mendengar hal itu, Zaki tertegun sejenak, lalu langsung berjalan keluar. Begitu melihat pasukan yang menyerbu masuk, dia tertawa dingin dan berkata, "Sungguh di luar dugaan! Aku nggak nyangka mereka akan seberani ini.""Sialan, segerombolan bandit saja berani menyerang kita pada saat seperti ini? Mereka memang sudah bosan hidup!"Joko dan Darsa yang berdiri di sebelahnya juga tampak terkejut. Bahkan, beberapa orang di belakang mereka tampak tertegun. Mereka tidak menyangka bahwa hanya dengan 1.000 orang, para bandit itu berani menyerang pasukan utara yang jumlahnya jauh lebih besar.Saat ini, Darsa segera memberi perintah, "Joko, bawa pasukanmu dan hadapi mereka di garis depan! Jangan biarkan mereka bergerak lebih jauh!"Mendengar perintah

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3185

    Saat ini, pasukan utara belum menyadari bahwa para bandit dari Desa Riwut telah mengepung mereka. Setelah mengatur semuanya, Adjie segera memimpin anak buahnya untuk menyerbu ke depan. Dalam pandangan mereka, kali ini benar-benar adalah kesempatan emas.Saat ini, seseorang berujar, "Sebelumnya aku nggak nyangka melawan pasukan utara bisa semudah ini!"Begitu ucapan itu dilontarkan, suara sorakan dari belakang semakin menggema. Detik berikutnya, pasukan utara yang berada di bawah langsung tersapu oleh arus air yang deras. Melihat kejadian ini, banyak orang tersenyum puas, merasa bahwa serangan ini telah melampaui ekspektasi mereka.Para prajurit yang berjaga di kamp pasukan utara terkejut bukan main. Mereka sama sekali tidak menyangka situasi bisa berubah secepat ini.Ketika mereka melihat air bah tiba-tiba menerjang, salah satu penjaga berseru panik, "Banjir! Banjir datang!"Teriakan itu segera membangkitkan kepanikan di seluruh kamp. Banyak orang tidak bisa memahami bagaimana hal ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3184

    Semua orang mengangguk setuju. Setelah urusan ini diselesaikan, langkah selanjutnya adalah menghadapi pasukan utara.....Di sisi lain, Adjie masih menunggu kabar dari Wira. Setelah beberapa kali menenangkan bawahannya agar tetap bersabar, tiba-tiba terdengar suara kucing mengeong dari luar. Itu adalah tanda yang telah disepakati sebelumnya.Mendengar suara itu, Adjie langsung bersemangat. Dia segera keluar dari tenda karena tahu bahwa utusannya pasti telah kembali, yang berarti perintah dari Wira juga sudah sampai.Saat melihat sosok yang berdiri di luar, Adjie langsung maju dan bertanya dengan penuh antusiasme, "Bagaimana? Apakah semuanya sudah beres?"Orang yang datang itu bergegas memberi hormat dan menjawab, "Jenderal Adjie, perintah dari Tuan sudah datang. Kita bisa mulai menyerang!""Apa?" Adjie menyeringai mendengar kabar itu. Tanpa membuang waktu, dia langsung berjalan ke arah saluran air di mana para anak buahnya sudah menunggu dengan gelisah. Mereka sudah lama menunggu perin

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status