Namun, tidak ada satu pun di antara kelompok Wira yang bisa diremehkan. Dilihat dari mata dingin dan aura membunuh mereka, sudah pasti mereka pernah mengotori tangan mereka dengan darah. Orang seperti ini kemungkinan telah berhadapan dengan situasi yang mempertaruhkan hidup dan mati di medan perang atau pernah menjadi bandit pembunuh.Namun, ini di pengadilan daerah, jadi Lisun sama sekali tidak takut. Dia memimpin empat petugas patroli untuk memblokir jalan dengan membawa golok sambil berkata, "Wira, lancang sekali kamu. Berani-beraninya kamu menerobos penjara pengadilan daerah! Apa kamu nggak tahu kalau ini kejahatan serius? Ini perbuatan keji yang akan membuat seluruh kerabatmu dibantai!"Wira bertanya dengan sorot mata muram, "Siapa kamu?""Dia Lisun, kepala petugas patroli!" Lestari menggertakkan gigi dan berkata, "Dialah yang membawa orang-orang ke toko besi, lalu langsung mencari sesuatu di bawah tempat tidur, seolah-olah dia tahu ada sesuatu yang disembunyikan di sana!"Lisun m
Dahi keempat petugas patroli lainnya bercucuran keringat dingin. Wira terlalu kejam. Setelah memotong jari Lisun, dia juga melarang Lisun untuk berteriak.Wira memandang keempat petugas patroli itu sambil bertanya, "Kalian juga terlibat dalam masalah pamanku, 'kan?""Tuan, tolong ampuni kami. Pak Lisun yang menyuruh kami melakukannya. Dia memberi kami 100 ribu!""Benda itu sengaja disembunyikan oleh Pak Lisun. Aku tahu di mana pencurinya!""Jangan bunuh kami. Kami masih punya banyak tanggungan di rumah. Kami juga terpaksa melakukannya!""Kami bersalah, tolong ampuni kami!"Keempat petugas patroli itu bersujud dan mengaku dengan ketakutan. Wira bahkan berani menyerang Lisun dan Husni. Jadi, mana mungkin dia tidak berani menyerang petugas patroli rendahan seperti mereka? Jika jari mereka dipotong dan mereka sudah benar-benar cacat, semuanya sudah terlambat!Wira menoleh pada Lisun, lalu berkata tanpa ekspresi, "Apa ada hal lain yang mau kamu jelaskan?""Pak Radit memberiku 2 juta dan men
Menerobos penjara sama saja dengan pemberontakan. Asalkan bisa menangkap Wira dan melibatkan Iqbal, Radit bisa menguasai Kabupaten Uswal. Dia juga bisa menjadi pemimpin dan berkuasa seperti 2 tahun yang lalu.Di dalam penjara, Lestari dan Suryadi sangat ketakutan sampai wajah mereka pucat pasi. Saat ini, mereka baru menyadari keseriusan dari menerobos penjara. Sementara itu, Lisun, Hendra, dan 4 petugas patroli tampak senang, seolah-olah melihat seorang penyelamat.Wira yang marah langsung membentak, "Radit, sebagai pejabat penting pemerintahan, seharusnya kamu menegakkan hukum secara adil. Tapi, kamu malah menerima uang dari keluarga kaya kabupaten dan melanggar aturan hukum demi kepentingan pribadi.""Kamu bekerja sama dengan orang lain untuk melakukan kejahatan dan menjebak warga yang nggak bersalah. Uang sogokan sebesar 2 juta gabak cukup untuk membuatmu dipecat," lanjut Wira.Terakhir kali, Radit menerima uang dari Keluarga Silali. Kali ini, dia menerima uang dari Keluarga Sutedja
Wira berani menghajar pejabat penting pemerintahan, apa dia ingin memberontak? Lestari dan Suryadi pun terperangah."Ah, darah!" teriak Radit yang terjatuh ke tanah. Bahkan, hidungnya juga berdarah. Kemudian, dia membentak, "Wira, kamu ... beraninya kamu pukul aku. Kamu mau memberontak .... Ah!""Memberontak? Pukul kamu berarti mau memberontak? Memangnya kamu siapa? Jangankan memukul, sekalipun aku membunuh pejabat koruptor sepertimu, juga nggak salah!" ujar Wira.Wira yang berang terus menendang Radit dan sama sekali tidak berbelaskasihan. Kalau bukan karena dia datang tepat waktu, Suryadi dan Lestari pun belum tentu bisa hidup setelah menyerahkan resep rahasia.Setiap pejabat koruptor seperti ini menerima uang sogokan, pasti ada warga yang meninggal. Jika terus membiarkan Radit tetap menduduki di posisinya saat ini, entah berapa banyak lagi warga yang menderita."Ah, kamu ... jangan pukul lagi ... ah!" teriak Radit sambil menutupi kepalanya dengan kedua tangan. Dia meringkuk dan teru
Pada saat itu, kertas ini akan dihancurkan sehingga sama sekali tidak bisa dijadikan bukti untuk membuat Radit mengakui kesalahannya.Sebaliknya, Wira akan ditangkap karena menjadi pemimpin dalam penangkapan orang dan pemberontakan. Kemudian, Radit akan menurunkan Iqbal dari jabatannya. Dengan demikian, dia tetap akan menguasai Kabupaten Uswal.Melihat surat pengakuan yang sangat detail, bahkan dibubuhi cap jari dengan darah, Wira sangat puas. Dia melambaikan tangan seraya memberi perintah, "Tahan dia aula utama!"Tentara pensiun pun membawa Radit, Lisun, dan para petugas patroli masuk ke aula utama. Tak lama kemudian, Fandi membawa petugas patroli untuk menangkap pencuri yang menyimpan liontin giok.Sementara itu, Regan dan beberapa tentara pensiun mengangkat Husni yang cacat, serta baju zirah dan busur panah ke aula utama pengadilan daerah.Wira yang memegang setumpuk surat pengakuan menunggu di depan pintu pengadilan dengan tenang. Di luar pengadilan daerah, banyak warga celingak-ce
Para warga yang berada di luar pengadilan pun bubar dan sekelompok orang memasuki halaman pengadilan daerah. Kaesang berdiri di depan dan Fadil sedikit tertinggal di belakang, lalu ada sekelompok tentara rakyat yang memakai baju zirah dan membawa busur mengikuti mereka. Totalnya sekitar 100 orang.Radit yang merasa gembira menoleh dan berkata, "Tuan Kaesang, Pak Fadil, Iqbal bersekongkol dengan pemberontak. Dia memutarbalikkan fakta dan memfitnah orang jujur. Cepat tangkap mereka dan kembalikan kedamaian di Kabupaten Uswal."Lisun, Husni, Hendra, dan petugas patroli yang terlibat sangat bersemangat. Orang yang menolong Radit sudah datang, situasi akan berbalik.Kaesang memberi hormat dari jauh seraya berucap, "Pak Radit tenang saja. Pak Fadil datang membawa pasukan."Kaesang baru datang ke pengadilan daerah sehingga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kebetulan dia bertemu dengan Fadil. Mereka sangat marah ketika mendengar bahwa Radit ditangkap oleh seorang pemberontak dan dibantu
Pasukan Zirah Hitam dan tentara pensiun hendak mengeluarkan pedang, sedangkan Wira berniat untuk memberi perintah.Iqbal bergegas keluar dari pengadilan daerah dan mengadang Wira, lalu memandang tentara yang memegang senjata sembari berujar, "Kalau kalian melukai Tuan sedikit saja, aku jamin pemerintah akan memusnahkan 9 generasi keluarga kalian!"Segerombolan tentara itu pun menghentikan aksi mereka karena ketakutan. Mereka menoleh dan melihat Fadil untuk bertanya apa yang harus mereka lakukan. Para petinggi yang berselisih, tetapi bawahan seperti mereka yang menderita. Sekarang, mereka tidak tahu harus membela siapa.Fadil berkata dengan sinis, "Iqbal, dia menerobos penjara dan menculik orang. Itu termasuk memberontak. Kalau kamu membela dia, berarti kamu komplotannya. Kamu sendiri saja sudah kesulitan, tapi kamu masih membantunya!"Iqbal tersenyum sinis, lalu menyahut, "Pak Fadil, aku tahu Tuan Wahyudi memusnahkan Desa Tiga Harimau sehingga membuatmu malu. Jadi, kamu mau balas denda
Banyak orang berpikir bahwa keberhasilan ini berkat Panglima Yudha. Hanya sedikit di antara mereka yang tahu tentang reputasi Wira.Namun, siapa pun yang berani mengusik Wira? Baik faksi penasihat kiri dan kanan di Kerajaan Nuala, maupun permaisuri dari istana bangsa Agrel, mereka semua akan dihancurkan atau bahkan seluruh keluarganya akan dibunuh!Radit berkata, "Ka, kamu ... pfft!" Sosok yang telah menjadi temannya selama sepuluh tahun ini bahkan menyuruhnya untuk mati. Radit sontak menyemburkan darah dan tak sadarkan diri.Apa sebenarnya identitas dari bocah ini? Bagaimana bisa Kaesang mengatakan hal semacam itu setelah mereka berteman baik selama sepuluh tahun?Radit langsung pingsan karena sikap Kaesang yang berubah! Lisun, kakak beradik dari Keluarga Kuncoro, dan petugas patroli yang terlibat dalam kasus ini awalnya masih sangat bersemangat. Kini, mereka semua terdiam dan tampak sangat ketakutan. Kasus tersebut selesai dengan cepat.Setelah membawa Lestari dan Suryadi kembali ke
"Selain kabut yang agak tebal, sepertinya nggak ada apa-apa di sini," ujar Agha sambil menggaruk kepalanya."Justru kabut di depan ini yang membuatku merasa ada yang nggak beres." Wendi mengernyit, lalu mengeluarkan sebuah botol porselen dari sakunya.Kemudian, dia segera mengeluarkan empat butir pil dari dalam. Setelah memakan sebutir, dia membagikan sisanya kepada mereka."Kabut ini beracun. Kalian cepat makan pil ini." ucap Wendi untuk memperingatkan.Tanpa ragu sedikit pun, Wira dan lainnya segera menelan pil itu.Wendi ahli dalam racun. Dia tentu bisa mendeteksi jika ada racun di kabut ini. Trik licik seperti ini tidak ada apa-apanya di hadapan Wendi.Ekspresi Wira menjadi sangat suram. "Ternyata ada orang yang ingin menghalangi jalan kita. Sepertinya jejak kita terdeteksi musuh."Saat berikutnya, terdengar tawa yang keras. Yang muncul di depan mereka tidak lain adalah Panji dan Caraka. Di belakang mereka terdapat banyak orang.Seiring dengan kemunculan mereka, kabut beracun itu p
Ini adalah kesempatan terbaik bagi mereka untuk bertindak!Jika mereka bisa membunuh Wira, anak buahnya tidak mungkin bisa apa-apa lagi. Dengan begitu, Provinsi Lowala dan Provinsi Yonggu akan jatuh ke tangan mereka!Ketika saat itu tiba, di seluruh sembilan provinsi, siapa yang bisa menandingi Senia? Kerajaan Agrel akan menyapu sembilan provinsi dan Senia akan menjadi penguasa baru!"Apa Wira dan lainnya benaran akan datang? Kalau perjalanan mereka tertunda, apa kita harus terus menunggu di sini?"Caraka bertanya sambil minum teh. Nada bicaranya terdengar tidak sabar. Karena kali ini mereka tidak membawa banyak orang, mereka tidak sepenuhnya menguasai informasi tentang Wira dan lainnya, hanya bisa menuruti spekulasi Panji.Panji mengusap janggutnya sambil tertawa. Kemudian, dia menyahut, "Nggak usah cemas. Dengan kecerdikan Wira, aku rasa nggak sulit bagi dia untuk tahu dari mana aku berasal.""Lembah Duka memang tempat yang sangat misterius, tapi banyak orang yang tahu keberadaannya.
Wira melirik ketiga orang itu sejenak, lalu menggeleng dengan putus asa. Orang-orang ini benar-benar seperti hantu kelaparan! "Kak, kulihat kamu bicara lama dengan pelayan tadi. Apa kamu sudah dapat informasi?" tanya Agha sambil membersihkan giginya dengan tusuk gigi dan beralih menatap Wira.Wira mengangguk, lalu menyahut, "Aku sudah tanya semuanya. Orang-orang yang menguasai kemampuan aneh itu berasal dari tempat yang disebut Lembah Duka. Lembah itu terletak di Provinsi Tengah.""Kalau kita ingin menyelidiki tentang Panji dan mencari cara untuk melawannya, kita harus pergi ke Provinsi Tengah dan mencoba masuk ke Lembah Duka!""Asalkan kita bisa masuk ke Lembah Duka, nggak peduli siapa sebenarnya Panji atau seperti apa hubungannya dengan orang-orang di sana, setidaknya misi kita sudah selesai setengah. Tentunya, kita akan menemukan cara untuk melawan Panji!"Mengetahui informasi musuh adalah kunci kemenangan. Karena orang-orang di Lembah Duka tidak sembarangan terlibat dengan urusan
"Provinsi Tengah? Sebaiknya lupakan saja deh ...." Wira menggeleng dan menghela napas. "Dengar-dengar, Provinsi Tengah memang makmur dan kaya, juga merupakan pusat dari wilayah barat. Banyak orang yang datang ke wilayah barat pasti pergi ke Provinsi Tengah.""Harus kuakui bahwa tempat itu memang bagus, tapi aku punya satu kekhawatiran, yaitu ...." Wira sengaja memperpanjang suaranya, lalu melanjutkan, "Katanya di sana ada banyak masalah dan banyak orang lokal yang menguasai ilmu hitam. Mereka biasanya tinggal di Provinsi Tengah.""Kita yang baru datang ini masih asing dengan wilayah barat. Kalau kita sampai menarik perhatian orang-orang seperti itu, bukankah kita akan celaka?""Pada akhirnya, kita malah cuma buang-buang tenaga, bahkan bisa kehilangan nyawa. Kalau begitu, untuk apa kita susah payah datang ke wilayah barat?"Saat berbicara, Wira terus mengamati pelayan di depannya, sembari mencoba menebak pikirannya.Daripada langsung bertanya tentang orang-orang yang menguasai kemampuan
Wira sampai tidak tahu harus bagaimana menghadapi adiknya yang satu ini!Tidak lama kemudian, mereka menemukan sebuah penginapan dan segera mengurus prosedur menginap.Setelah selesai menata barang, mereka turun ke lantai bawah dan segera memesan beberapa makanan. Agha pun makan dengan lahap."Kelihatannya sederhana saja, tapi rasanya lumayan enak! Kalian juga makan yang banyak!" ucap Agha sambil makan.Wira sama sekali tidak menghiraukannya dan malah menatap pelayan penginapan yang sedang berdiri di depan pintu.Karena di dalam penginapan tidak ada banyak orang, pelayan itu terlihat cukup santai dan sedang berdiri di depan pintu menikmati angin.Sekarang musim panas di wilayah barat. Wira dan lainnya juga tidak tahan menghadapi suhu yang terlalu tinggi ini, apalagi pelayan yang harus bekerja.Wira meletakkan peralatan makannya, lalu mendekati pelayan itu. Sambil tersenyum, dia bertanya, "Sobat, aku rasa kamu bukan orang asli sini, 'kan?""Benar, penilaianmu tajam sekali! Aku memang bu
Setelah melakukan penelitian, Wira memiliki pemahaman sederhana tentang wilayah barat. Jika dibandingkan dengan kesembilan provinsi, luas wilayah di wilayah barat memang kalah jauh.Wilayah ini terbagi menjadi lima zona besar, dengan zona pusat yang paling makmur, yang disebut Provinsi Tengah.Sementara itu, zona di timur, selatan, barat, dan utara dinamai sesuai dengan arah mata angin. Tempat mereka berada saat ini adalah Provinsi Utara.Namun, saat ini tidak ada petunjuk apa pun. Di wilayah barat ini, mereka juga tidak tahu harus bagaimana memulai penyelidikan tentang Panji. Jadi, mereka hanya bisa berjalan langkah demi langkah.Di gerbang masuk Provinsi Utara.Di depan gerbang tidak ada penjaga dan terlihat sangat sepi. Tidak ada yang perlu diherankan, karena wilayah barat tidak begitu berkembang. Jadi, tidak banyak orang yang datang kemari.Ketika mereka hampir memasuki kota, Wira memberi instruksi kepada orang-orang di sekitarnya, "Dengan penampilan kita ini, orang-orang akan tahu
Wira merasa senang mendengarnya. Dia segera mengambil peta itu dan mulai memeriksanya. Tak bisa dipungkiri, peta yang diberikan oleh Wardo sangat detail. Setiap jalan diberikan penjelasan yang jelas.Seperti yang Wardo katakan, untuk menuju ke wilayah barat, memang bukan hanya ada satu jalan. Namun, semua jalan itu memiliki kesamaan, yaitu harus melewati gurun!Dalam peta ini, bahkan jalan-jalan di gurun pun sudah dijelaskan dengan sangat rinci. Peta ini terlalu detail."Terima kasih," ucap Wira.Wardo melambaikan tangannya, lalu memandang ke arah orang-orang di belakangnya. Saat melihat mereka masih jauh dan tidak bisa mendengar percakapannya, dia menurunkan suara saat bertanya, "Kamu pasti Tuan Wira, penguasa Provinsi Lowala, 'kan?"Wira terkejut sesaat."Kamu nggak perlu menyembunyikan identitasmu lagi. Sebenarnya saat kamu bilang namamu Wiro, aku sudah bisa menebak kalau kamu adalah Tuan Wira.""Sebelumnya aku pernah meninggalkan desa ini untuk beberapa waktu dan mendengar beberapa
"Kalian ini bicara apa sih?" Agha menunjuk orang-orang di sekitar dengan tatapan dingin."Sudahlah!" Wira memberi isyarat mata kepada Agha, lalu menatap Wardo kembali."Yang mereka katakan juga benar. Meskipun bukan kami pembunuhnya, kematian orang-orang ini tetap ada kaitannya dengan kami. Kalau begitu, kami nggak akan berlama-lama lagi di sini."Ucapan Wira ini membuat banyak orang merasa lega. Jika Wira dan lainnya tetap tinggal di sini, kemungkinan besar akan terjadi masalah lagi. Jadi, lebih baik mereka pergi supaya desa kembali aman.Wardo mengangguk. "Aku mohon maaf, sebelumnya aku sudah salah paham kepada kalian.""Aku nggak nyangka, kalian begitu bijaksana. Kami nggak akan menghalangi lagi. Setelah kalian berkemas, silakan lanjutkan perjalanan kalian."Wira mengangguk, lalu membawa orang-orang di belakangnya menuju tempat mereka menginap semalam.Para penduduk desa melihat mereka dari jauh. Masih terlihat amarah pada ekspresi mereka."Orang-orang ini memang nggak tahu terima k
Caraka terkekeh-kekeh dan berkata, "Tentu saja aku punya rencana cadangan.""Apa itu?" Panji menatap Caraka dengan bingung.Orang ini sepertinya lebih licik dan penuh perhitungan daripada yang dibayangkan. Sebenarnya jika dipikir-pikir, itu masuk akal. Jika Caraka tidak licik, bagaimana mungkin dia bisa sampai di posisi seperti ini? Bahkan, dia perlahan-lahan menjadi tangan kanan Senia."Rencananya, aku akan ...." Caraka berbisik di samping telinga Panji, sambil merendahkan suaranya.Setelah mendengar rencana Caraka, Panji tak bisa menahan tawa. Sambil menunjuknya, dia berkata, "Kamu jauh lebih kejam dariku!"Mereka saling bertukar senyum dan tidak ada yang melanjutkan percakapan lagi. Sesaat kemudian, mereka berdua beranjak pergi. Sepertinya tidak ada lagi yang menarik untuk ditonton, jadi mereka lebih memilih untuk pergi.Mereka akan mengikuti rencana yang sudah disusun. Mereka yakin Wira dan lainnya tidak akan bisa membalikkan situasi.Pada saat yang sama, di pintu masuk desa.Setel