Lucy berkata dengan pelan, "Dia nggak mau bilang kalau nggak ketemu denganmu. Aku sudah berusaha mencari tahu, tapi dia nggak mau memberi tahu apa pun. Sebaiknya temui dia sebentar."Wira menghela napas dengan tidak berdaya. Dia benar-benar mencari masalah untuk diri sendiri kali ini. Setelah mengganti baju, Wira keluar dan bertemu Labib."Kenapa mencariku pagi-pagi begini? Apa ada masalah besar?" tanya Wira sambil duduk di kursi utama dan menuangkan teh untuk diri sendiri. Setelah menyesap tehnya, pikirannya menjadi lebih jernih.Labib maju dan segera menyahut, "Tuan, kali ini benar-benar gawat. Kami menunggu semalaman di klinik, tapi dokter itu nggak kembali.""Pagi tadi, penyakit mertua Yuni kambuh lagi dan makin parah. Baru saja, mertuanya meninggal. Kita ditipu dokter itu! Dia bukan cuma nggak menolong pasien, tapi juga mencelakai mertua Yuni. Sekarang Yuni menjadi dendam padaku. Aku benar-benar pusing!""Tuan, aku tahu kamu hebat. Apa kamu bisa membantuku menemukan dokter itu dan
"Mungkin karena semalam aku minum terlalu banyak. Tidurku nyenyak sekali. Jadi aku bangun pagi." Agha merenggangkan pinggangnya dan duduk di samping Wira. Dia merebut cangkir teh dari tangan Wira, lalu menuangkan teh untuk diri sendiri.Bisa dilihat Agha tidak merasa sungkan sedikit pun. Wira menggeleng sambil tersenyum melihatnya. Kapan bocah ini bisa menjadi dewasa?"Omong-omong, kudengar ada tempat yang sangat seru di Provinsi Yonggu. Kamu mau ikut aku ke sana nggak?" tanya Agha dengan mata berbinar-binar.Ternyata Agha mencarinya karena tujuan lain. Dia bertanya, "Gimana dengan Vion dan lainnya?""Pagi ini mereka sudah kembali ke Gedung Nomor Satu. Urusan kali ini sudah beres, jadi mereka nggak berlama-lama lagi.""Sebenarnya aku mau ikut mereka pulang, tapi teringat nggak ada yang membantumu nanti. Makanya, aku mau menemanimu di sini. Aku sangat baik, 'kan?" Agha menyeringai."Dasar kamu ini!" Wira menggeleng dengan tidak berdaya. Terkadang, Agha seperti boneka hidup yang bisa mem
Sorot mata Wira dipenuhi antusiasme. Dia kurang memercayai ucapan Agha. Dia curiga Agha hanya membesar-besarkan untuk membuatnya tertarik. Namun, jika Danu yang mengatakannya, situasinya tentu berbeda.Sekarang Danu yang memimpin di Provinsi Yonggu. Dia menguasai segalanya di sini. Selain Lucy, tidak ada yang lebih memahami keadaan Provinsi Yonggu daripada Danu."Tuan, lelang yang dikatakan Agha sebenarnya adalah sebuah vila. Nama vila itu adalah Vila Jati. Semua orang yang tinggal di sana bermarga Jati. Di dalamnya terdapat banyak harta karun. Semuanya adalah aset Keluarga Jati.""Dengar-dengar, Keluarga Jati ini sangat misterius. Mereka percaya bahwa uang bisa membuat segalanya menjadi mudah. Selain itu, mereka mempekerjakan ahli bela diri dengan harga tinggi untuk menjaga Vila Jati."Kalaupun ada yang mengincar harta mereka, orang itu nggak akan berani bertindak gegabah. Waktu itu, Bhurek sempat ingin merekrut orang Vila Jati. Sayangnya, dia nggak diberi kesempatan sedikit pun. Usah
Tanpa menunda-nunda, setelah menghabiskan secangkir teh, Wira langsung berangkat ke Vila Jati.Saat ini, di Vila Jati, sesosok wanita berpakaian hitam perlahan-lahan berjalan masuk. Semua orang yang melihatnya, menyapa dengan sopan, "Nona."Benar. Wanita aneh ini tidak lain adalah Nona Besar Keluarga Jati, Fadela.Fadela tidak menghiraukan mereka semua, seolah-olah tidak melihat mereka. Dia langsung menuju ke kamarnya.Setelah keluar semalaman, Fadela merasa sangat lelah. Sekarang dia hanya ingin istirahat. Akan tetapi, begitu pintu dibuka, terlihat seorang pria paruh baya duduk di kamarnya dengan ekspresi galak.Begitu melihat Fadela, pria itu sontak menggebrak meja dan membentak, "Lihat penampilanmu itu! Apa-apaan kamu?""Sebagai Nona Besar Keluarga Jati sekaligus calon pewaris Vila Jati, masa kamu keluyuran setiap hari? Kalau orang lain tahu identitasmu dan memanfaatkannya, apa yang akan kamu lakukan?"Pria paruh baya itu tidak lain adalah ayah Fadela sekaligus Ketua Vila Jati, Anan
"Bukannya sudah kubilang jangan bahas tentang ini sembarangan? Orang luar mengira baskom harta karun itu benaran ada. Kamu juga tahu itu. Itu cuma tipuan untuk mengelabui orang-orang!" tegur Anang.Keluarga Jati memang kaya raya dan berkuasa, begitu juga Vila Jati. Mereka memiliki banyak emas dan perak beserta harta karun langka. Namun, tidak ada keluarga legendaris di belakang mereka. Semua itu hanya tipuan yang dibuat untuk melindungi Keluarga Jati.Bagaimanapun, jika mereka memiliki latar belakang yang terdengar hebat, semua orang akan mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum merebut aset mereka.Selain Keluarga Jati, tidak ada yang mengetahui kebenaran ini. Pelayan yang bekerja di sini pun tidak tahu apa-apa."Sudahlah, Ayah. Jangan mengomel lagi. Aku sudah ingat semua yang kamu bilang," ujar Fadela sambil melambaikan tangannya dengan tidak sabar."Aku sibuk semalaman di luar. Apa kamu bisa membiarkanku tidur sekarang? Tolong keluar dari kamarku ya?""Tapi, kalau Ayah ingin tidur d
"Sobat, aku cukup terkenal, tapi cuma di kampung halamanku. Kalaupun aku memberi tahu namaku, kalian nggak mungkin kenal. Untuk apa aku memberi tahu kalian?" Wira tersenyum. Dia sama sekali tidak terlihat marah.Setelah mendengar ucapan Wira, Agha hanya bisa berdiri di belakangnya sambil melipat lengan di depan dada. Ada Wira di sini. Lebih baik biar Wira yang mengatasi semuanya.Agha hanya penasaran ada harta karun sehebat apa di dalam Vila Jati ini. Sisanya bukan urusannya.Kedua pengawal itu pun terkekeh-kekeh. Salah satunya berkata dengan kesal, "Rupanya kamu punya kesadaran diri juga. Di sini bukan rumahmu. Kamu nggak bisa bertindak semena-mena di sini. Kalau nggak, kami akan membuatmu menyesal telah datang ke dunia ini."Sombong sekali! Wira makin penasaran dengan Vila Jati. Sebenarnya apa keistimewaan tempat ini?"Apa aku boleh masuk untuk lihat? Adikku ini punya tenaga besar. Dia berambisi menjadi pahlawan negara. Aku ingin mencarikan senjata yang cocok untuknya.""Dengar-denga
"Kalau kamu nggak bisa berubah, apa perlu kubantu?" Wira tersenyum. "Kelak aku akan memberimu tugas. Kita lihat kamu berani melawanku nggak. Kalau kamu masih nggak bisa berubah, aku akan menugaskanmu menjadi sipir. Kamu akan berjaga di penjara setiap hari."Agha mencebik dan tidak melontarkan sepatah kata pun. Bagaimana bisa kakaknya ini bersikap begitu kejam padanya? Namun, memang hanya Wira yang bisa membuat Agha takut.Ketika kedua bersaudara itu masih mengobrol, pengawal yang tadinya masuk akhirnya keluar. Dia berujar dengan nada datar, "Majikanku bersedia menemui kalian. Tapi, sebelum masuk, kalian harus digeledah dulu.""Digeledah?" Agha mengernyit dan bertanya, "Atas dasar apa?""Ini aturan Vila Jati. Siapa pun yang datang harus digeledah. Nggak boleh ada yang membawa senjata masuk. Kalau kalian menolak, silakan pergi dari sini," jelas pengawal itu."Karena ini aturan mereka, kita turuti saja," ucap Wira. Agha pun terpaksa mengangkat kedua tangannya untuk digeledah.Segera, peng
"Vila ini benar-benar kaya, bahkan lebih baik daripada rumah kakak. Sepertinya desas-desus di luar sana memang benar, vila ini pasti punya dukungan yang kuat di baliknya. Kalau nggak, dari mana mereka bisa mendapatkan begitu banyak emas dan perak?" kata Agha dengan kagum.Agha tumbuh dalam kemiskinan sejak kecil dan terus tinggal bersama kakeknya. Sebelum bertemu dengan Wira, dia sama sekali tidak tahu kehidupan mewah seperti ini. Namun, meskipun sudah tinggal di Dusun Darmadi selama beberapa waktu, dia juga tidak pernah melihat istana yang begitu mewah dan megah seperti ini.Dinding di sekeliling Vila Jati ini dilapisi dengan emas dan bahkan menyilaukan. Terdapat banyak batu permata di lantainya untuk membentuk sebuah jalan yang agak kasar untuk diinjak, tetapi memang inilah aroma uang. Agha berpikir jika vila ini diberikan padanya begitu saja, dia bersedia tidur di atas batu-batu ini dengan senang hati.Dalam sekejap, Wira dan Agha sudah memasuki bangunan di dalam vila itu, tetapi ti