Tanpa menunda-nunda, setelah menghabiskan secangkir teh, Wira langsung berangkat ke Vila Jati.Saat ini, di Vila Jati, sesosok wanita berpakaian hitam perlahan-lahan berjalan masuk. Semua orang yang melihatnya, menyapa dengan sopan, "Nona."Benar. Wanita aneh ini tidak lain adalah Nona Besar Keluarga Jati, Fadela.Fadela tidak menghiraukan mereka semua, seolah-olah tidak melihat mereka. Dia langsung menuju ke kamarnya.Setelah keluar semalaman, Fadela merasa sangat lelah. Sekarang dia hanya ingin istirahat. Akan tetapi, begitu pintu dibuka, terlihat seorang pria paruh baya duduk di kamarnya dengan ekspresi galak.Begitu melihat Fadela, pria itu sontak menggebrak meja dan membentak, "Lihat penampilanmu itu! Apa-apaan kamu?""Sebagai Nona Besar Keluarga Jati sekaligus calon pewaris Vila Jati, masa kamu keluyuran setiap hari? Kalau orang lain tahu identitasmu dan memanfaatkannya, apa yang akan kamu lakukan?"Pria paruh baya itu tidak lain adalah ayah Fadela sekaligus Ketua Vila Jati, Anan
"Bukannya sudah kubilang jangan bahas tentang ini sembarangan? Orang luar mengira baskom harta karun itu benaran ada. Kamu juga tahu itu. Itu cuma tipuan untuk mengelabui orang-orang!" tegur Anang.Keluarga Jati memang kaya raya dan berkuasa, begitu juga Vila Jati. Mereka memiliki banyak emas dan perak beserta harta karun langka. Namun, tidak ada keluarga legendaris di belakang mereka. Semua itu hanya tipuan yang dibuat untuk melindungi Keluarga Jati.Bagaimanapun, jika mereka memiliki latar belakang yang terdengar hebat, semua orang akan mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum merebut aset mereka.Selain Keluarga Jati, tidak ada yang mengetahui kebenaran ini. Pelayan yang bekerja di sini pun tidak tahu apa-apa."Sudahlah, Ayah. Jangan mengomel lagi. Aku sudah ingat semua yang kamu bilang," ujar Fadela sambil melambaikan tangannya dengan tidak sabar."Aku sibuk semalaman di luar. Apa kamu bisa membiarkanku tidur sekarang? Tolong keluar dari kamarku ya?""Tapi, kalau Ayah ingin tidur d
"Sobat, aku cukup terkenal, tapi cuma di kampung halamanku. Kalaupun aku memberi tahu namaku, kalian nggak mungkin kenal. Untuk apa aku memberi tahu kalian?" Wira tersenyum. Dia sama sekali tidak terlihat marah.Setelah mendengar ucapan Wira, Agha hanya bisa berdiri di belakangnya sambil melipat lengan di depan dada. Ada Wira di sini. Lebih baik biar Wira yang mengatasi semuanya.Agha hanya penasaran ada harta karun sehebat apa di dalam Vila Jati ini. Sisanya bukan urusannya.Kedua pengawal itu pun terkekeh-kekeh. Salah satunya berkata dengan kesal, "Rupanya kamu punya kesadaran diri juga. Di sini bukan rumahmu. Kamu nggak bisa bertindak semena-mena di sini. Kalau nggak, kami akan membuatmu menyesal telah datang ke dunia ini."Sombong sekali! Wira makin penasaran dengan Vila Jati. Sebenarnya apa keistimewaan tempat ini?"Apa aku boleh masuk untuk lihat? Adikku ini punya tenaga besar. Dia berambisi menjadi pahlawan negara. Aku ingin mencarikan senjata yang cocok untuknya.""Dengar-denga
"Kalau kamu nggak bisa berubah, apa perlu kubantu?" Wira tersenyum. "Kelak aku akan memberimu tugas. Kita lihat kamu berani melawanku nggak. Kalau kamu masih nggak bisa berubah, aku akan menugaskanmu menjadi sipir. Kamu akan berjaga di penjara setiap hari."Agha mencebik dan tidak melontarkan sepatah kata pun. Bagaimana bisa kakaknya ini bersikap begitu kejam padanya? Namun, memang hanya Wira yang bisa membuat Agha takut.Ketika kedua bersaudara itu masih mengobrol, pengawal yang tadinya masuk akhirnya keluar. Dia berujar dengan nada datar, "Majikanku bersedia menemui kalian. Tapi, sebelum masuk, kalian harus digeledah dulu.""Digeledah?" Agha mengernyit dan bertanya, "Atas dasar apa?""Ini aturan Vila Jati. Siapa pun yang datang harus digeledah. Nggak boleh ada yang membawa senjata masuk. Kalau kalian menolak, silakan pergi dari sini," jelas pengawal itu."Karena ini aturan mereka, kita turuti saja," ucap Wira. Agha pun terpaksa mengangkat kedua tangannya untuk digeledah.Segera, peng
"Vila ini benar-benar kaya, bahkan lebih baik daripada rumah kakak. Sepertinya desas-desus di luar sana memang benar, vila ini pasti punya dukungan yang kuat di baliknya. Kalau nggak, dari mana mereka bisa mendapatkan begitu banyak emas dan perak?" kata Agha dengan kagum.Agha tumbuh dalam kemiskinan sejak kecil dan terus tinggal bersama kakeknya. Sebelum bertemu dengan Wira, dia sama sekali tidak tahu kehidupan mewah seperti ini. Namun, meskipun sudah tinggal di Dusun Darmadi selama beberapa waktu, dia juga tidak pernah melihat istana yang begitu mewah dan megah seperti ini.Dinding di sekeliling Vila Jati ini dilapisi dengan emas dan bahkan menyilaukan. Terdapat banyak batu permata di lantainya untuk membentuk sebuah jalan yang agak kasar untuk diinjak, tetapi memang inilah aroma uang. Agha berpikir jika vila ini diberikan padanya begitu saja, dia bersedia tidur di atas batu-batu ini dengan senang hati.Dalam sekejap, Wira dan Agha sudah memasuki bangunan di dalam vila itu, tetapi ti
Agha berbicara dengan kesal karena dia benar-benar tidak suka melihat wajah angkuh dari orang kaya ini.Wanita yang datang itu adalah Fadela. Dia malas untuk memedulikan Agha, melainkan menatap Wira. Saat mata mereka bertemu, dia langsung tertegun sejenak dan bertanya-tanya bukankah ini adalah pria yang bertemu dengannya semalam. Dia tidak menyangka mereka akan bertemu lagi secepat ini dan bahkan di rumahnya sendiri."Nona, aku tahu kakakku sangat tampan, tapi kamu juga nggak perlu terus menatapnya, 'kan? Aku punya beberapa kakak ipar di rumah. Dibandingkan dengan mereka, penampilanmu biasa saja dan nggak mungkin bisa menarik perhatian kakakku," kata Agha dengan kesal. Karena para kakak iparnya tidak ada di sini, dia tentu saja harus melindungi kakak agar tidak ada wanita yang mendekatinya.Uhuk uhuk.Setelah terbatuk-batuk dengan canggung, Wira mengangkat tangan dan menutupi wajah Fadela dari kejauhan sampai hanya tersisa sepasang mata saja. Dalam sekejap, dia tertawa. "Pantas saja ak
"Nona Fadela nggak perlu mengkhawatirkan ini, adikku ini terlahir dengan kekuatan yang luar biasa. Selama senjatanya bagus, seberapa berat pun adikku pasti bisa mengangkatnya. Kalau nggak percaya, kamu bisa ambil senjata apa pun dan biarkan adikku mencobanya. Bagaimana menurutmu?" kata Wira sambil tersenyum dengan ambigu dan menatap Fadela di depannya.Wira ingin membuat Fadela merasa takjub saat melihat sendiri kekuatan Agha dan sekaligus menampar wajah Fadela yang sudah meremehkan Agha.Fadela tertawa terbahak-bahak. Meskipun dia seorang wanita, dia memiliki kepribadian yang sangat ceria. Dia bertepuk tangan dan memerintahkan salah satu pengawalnya, "Aku ingat vila ini baru saja mendapatkan harta bernama Palu Delapan Permata. Benar, 'kan?"Pengawal itu menganggukkan kepala. "Memang benar ada harta ini.""Kalau begitu, bawa Palu Delapan Permata itu ke sini. Aku ingin melihat apa adik kecil ini benar-benar bisa mengangkatnya dan menjadikannya sebagai senjatanya," kata Fadela.Pengawal
Fadela merasa Wira dan Agha hanya ingin pamer saja.Dalam sekejap, Agha sudah berjalan ke depan Palu Delapan Permata. Dia perlahan-lahan membungkuk, lalu mengangkat salah satu palu itu dan mulai memainkannya di tangan. Penampilannya terlihat santai, seolah-olah palu itu sama sekali tidak berat. Benar-benar mengejutkan.Semua orang yang berada di tempat itu juga tercengang dan mata mereka membelalak karena tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Apakah ini benar-benar sesuatu yang bisa dilakukan oleh manusia? Bagaimana bisa ada orang yang mengangkat palu sekitar 150 kg dengan satu tangan?Wira tetap meminum tehnya dengan tenang dan bahkan tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun, seolah-olah dia sudah memperkirakan semua ini. Kenyataannya tentu saja memang seperti itu. Saat hendak mendapatkan gelar sebagai pria terkuat di dunia, Agha juga mengangkat tungku yang beratnya sekitar 500 kg. Agha bahkan melakukan hal itu di depan banyak orang.Jangan hanya Palu Delapan Permata ini saja, m