Hari ini, pria bermarga Darmadi itu sudah menggusarkan Ketua Heru. Dia telah membawa bencana untuk Dusun Darmadi.Meskipun para bandit ini merasa gembira, mereka khawatir masih ada perangkap lain setelah melihat jebakan kuda barusan.Keempat bandit bertugas untuk memeriksa jalan. Masing-masing memegang tongkat kayu untuk menggali tanah. Tidak berselang lama, semua jebakan kuda pun terungkap.Di setiap tempat yang bisa dilewati kuda, pasti terdapat jebakan kuda yang tidak beraturan."Cuma jebakan kuda. Kaki kita lebih besar dari kaki kuda, kita nggak mungkin jatuh ke dalam lubang!" teriak Heru.Begitu melihat semuanya adalah jebakan kuda, Heru pun menjadi makin marah. Jadi, dia buru-buru mendesak para bawahannya untuk melanjutkan perjalanan.Heru sudah tidak sabar untuk bertemu Wira sekarang. Dia ingin menyiksa bocah ini sampai memohon ampun kepadanya.Mendengar perkataan Heru, keempat bandit itu merasa cukup masuk akal. Mereka pun melempar tongkat kayu, lalu mulai berlari."Ah!" Seoran
Begitu Hasan memberi perintah, dia langsung meluncurkan panah dan mengenai seorang bandit.Whoosh whoosh whoosh ....Kesembilan orang lainnya juga menembakkan panah setelah mendengar perintah Hasan.Serangan Danu, Doddy, dan Gavin cukup akurat. Masing-masing dari mereka berhasil menembak seorang bandit.Di sisi lain, panah Gandi mengenai dada Heru, tetapi tidak menembus zirahnya. Panah Ganjar pun hanya mengenai pakaian seorang bandit.Sony, Danur, Herman, dan Hamid paling parah. Melihat para bandit itu menyerang dengan penuh semangat, tubuh mereka langsung lemas dan pikiran mereka pun kosong. Begitu mendengar perintah Hasan, mereka menembakkan panah secara naluriah, tetapi semuanya memeleset!"Ah! Ah!" teriak 4 orang bandit yang terkena panah dan terjatuh. Jeritan histeris pun bergema di udara, membuat siapa pun yang mendengar seketika merinding.Para bandit yang tersisa sungguh tercengang melihat situasi ini. Beberapa dari mereka bahkan ingin berbalik dan kabur."Itu adalah busur. Kal
"Ah! Ah!" Teriakan histeris bergema di seluruh Dusun Darmadi, bahkan terdengar sampai rumah Wira.Tangan Jamadi yang memegang cangkir teh bahkan bergetar sehingga teh menciprat pakaiannya.Keempat pemanah itu lemas sampai terduduk di lantai. Keringat dingin bercucuran dari dahi mereka tanpa henti.Jamadi berkata dengan gemetaran, "Tu ... Tuan Muda Wira, pertempurannya sudah dimulai.""Ya," sahut Wira sembari menyesap tehnya. Ekspresinya terlihat sangat tenang.Faktanya, tangan Wira juga bergetar. Hanya saja, cahaya dalam ruangan gelap sehingga tidak mudah untuk dilihat.Sebelum kelahiran kembalinya, Wira hidup di era reformasi. Dia tidak pernah mengalami pembunuhan seperti ini.Namun, seluruh desa menganggapnya sebagai pemimpin. Jika Wira takut, tim ini tentu tidak bisa dibina. Itu sebabnya, dia harus berpura-pura tenang meskipun sedang merasa gelisah.Bam bam bam! Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu yang terburu-buru.Jamadi sontak bangkit dari kursi, lalu mengeluarkan golok dan
Asal tahu saja, siapa pun yang bisa menangkap Heru akan mendapatkan 800.000 gabak.Tiba-tiba, Doddy membawa seorang prajurit yang memegang tombak sambil berkata, "Kak Wira, orang ini prajurit dari tim inspeksi, Namanya Yanuar Husada. Dia yang berteriak barusan.""Tuan Muda Wira, aku kira kalian nggak tahu Heru akan datang!" jelas Yanuar yang masih kebingungan. Dia masih berpikir, bagaimana Heru bisa tiba-tiba tewas setelah dia sadar dari pingsannya?"Aku tahu kamu berniat baik. Terima kasih," ucap Wira seraya tersenyum. Kemudian, dia mengeluarkan 10.000 gabak dan memberikannya kepada Yanuar."Aku nggak bisa menerimanya. Uang ini terlalu banyak!" teriak Yanuar yang terkejut. Dia buru-buru mengembalikan uang tersebut kepada Wira.Yanuar mendengar bahwa Wira adalah orang baik. Itu sebabnya, dia ingin memberi tahu para penduduk tentang informasi ini dan tidak ingin Wira mati dibunuh para bandit. Dia tidak pernah berpikiran untuk mengambil keuntungan sedikit pun dari Wira."Kak Wira nggak a
Sony akhirnya memberanikan diri untuk maju. Melihat ini, Danur pun tidak mau kalah.Herman dan Hamid melirik Hasan sekilas, lalu menghampiri dan berdiri di belakangnya."Kami juga." Tim penangkap ikan beranggotakan 30 orang. Terlihat 23 pemuda melangkah maju, sedangkan 7 lainnya hanya menunduk tanpa berkata-kata.Benar, atas dasar apa hanya para bandit yang bisa turun gunung untuk menyerang penduduk desa? Kenapa mereka dilarang naik ke gunung untuk membalas dendam?Heru dan para bandit kejam ini saja sudah terbunuh. Mereka yakin bahwa kekuatan Desa Tiga Harimau sudah melemah sekarang."Tuan Muda Wira, aku juga ingin ikut. Aku menguasai teknik tombak," ujar Yanuar sambil melangkah maju. Kemudian, dia memperlihatkan sedikit keterampilan tombaknya.Mendengar ini, Doddy pun melirik Yanuar sekilas dengan kagum.Panca dan Bara yang bisa membaca situasi juga ikut bersuara, "Tuan Mura Wira, masih ada kami.""Oke. Setelah makan malam, kita akan langsung berangkat," ujar Wira sesudah melihat jum
Wira sudah membuat persiapan matang. Dia meletakkan sesuatu di mulut kuda agar tidak bersuara, juga membungkus kaki kuda dengan kain. Dengan begini, mereka bisa mendekati pos rahasia secara diam-diam."Siapa di sana? Ketua Heru, apa itu kamu?" tanya penjaga rahasia yang terkejut sejenak.Heru membawa pasukannya untuk menyerang Dusun Darmadi di malam hari. Penjaga rahasia ini pun telah menunggu kepulangannya sejak tadi."Ya, Ketua Heru sudah pulang. Kami mengikutinya pulang juga!" teriak Panca dan Bara sembari maju. Hasan yang mengenakan zirah milik Heru berada di belakang mereka.Begitu mendengar suara Panca dan Bara, penjaga rahasia itu mendengkus dan mengejek, "Bukannya kalian berdua sudah pergi ke kabupaten untuk berbisnis?"Ketika mereka bertiga mendekat, penjaga rahasia itu menyadari ada yang berbeda dengan postur tubuh Heru. Dia buru-buru mengambil gong dengan waspada sambil berteriak, "Dia bukan Ketua Heru .... Ah!"Hasan menghunuskan pisau hitamnya. Cahaya dingin seketika muncu
Saat ini, tiba-tiba terdengar suara benturan pintu sehingga membuat kedua bandit itu terperanjat."Kadir, kamu harus tahu Heru sudah mati. Kalian sudah dikepung sekarang. Cepat letakkan senjata kalian dan menyerah. Kalau nggak, kalian semua akan dibunuh!" Teriakan lantang bergema di luar. Kemudian, sebuah bungkusan dilempar ke dalam sana.Seorang bandit mengambil bungkusan itu, lalu sebuah kepala tiba-tiba bergelinding keluar.Setelah melihatnya dengan dekat sambil memegang obor, sekelompok bandit itu langsung bercucuran keringat dingin.Terlihat Heru yang pucat pasi dan membelalakkan mata. Penampilannya persis dengan orang yang mati penasaran!"Ini benar-benar Ketua Heru!""Ketua Heru dan 20 bawahan yang dibawanya dibunuh mereka semua!""Apa penduduk Dusun Darmadi sehebat itu?""Pasti bukan mereka, tapi petugas pengadilan daerah. Aku dengar, ada pemimpin kabupaten yang baru menjabat."Para bandit seketika ketakutan meskipun beberapa dari mereka sudah pernah membunuh. Punggung mereka t
Para bandit memang sudah ingin kabur sejak tadi. Mereka langsung berlarian dan menyerbu ke pintu belakang.Mendengar para bandit itu kabur, Wira dan lainnya yang berada di depan pintu pun menghela napas. Mereka merasa sangat lega sekarang.Semua orang menatap Wira dengan kagum. Setelah penjaga rahasia memberi peringatan, mereka awalnya sangat terkejut dengan rencana Wira ini. Bagaimanapun, mereka tidak mungkin sanggup berhadapan langsung dengan para bandit.Sesudah Wira menjelaskan, mereka baru merasa masuk akal. Mereka pun hanya bisa menurutinya karena tidak punya pilihan lain.Dilihat dari situasi sekarang, keputusan Wira lagi-lagi benar.Herman berkata dengan cemas, "Jumlah bandit di dalam sepertinya masih banyak. Kita hanya membunuh beberapa orang barusan. Apa kakakku dan lainnya sanggup mengadang mereka semua?"Semua orang juga mengkhawatirkan hal ini."Kalian harus percaya pada Paman Hasan," ujar Wira yang juga merasa cemas.Dia awalnya cukup yakin dengan hal ini. Lagi pula, menu