"Ah! Ah!" Teriakan histeris bergema di seluruh Dusun Darmadi, bahkan terdengar sampai rumah Wira.Tangan Jamadi yang memegang cangkir teh bahkan bergetar sehingga teh menciprat pakaiannya.Keempat pemanah itu lemas sampai terduduk di lantai. Keringat dingin bercucuran dari dahi mereka tanpa henti.Jamadi berkata dengan gemetaran, "Tu ... Tuan Muda Wira, pertempurannya sudah dimulai.""Ya," sahut Wira sembari menyesap tehnya. Ekspresinya terlihat sangat tenang.Faktanya, tangan Wira juga bergetar. Hanya saja, cahaya dalam ruangan gelap sehingga tidak mudah untuk dilihat.Sebelum kelahiran kembalinya, Wira hidup di era reformasi. Dia tidak pernah mengalami pembunuhan seperti ini.Namun, seluruh desa menganggapnya sebagai pemimpin. Jika Wira takut, tim ini tentu tidak bisa dibina. Itu sebabnya, dia harus berpura-pura tenang meskipun sedang merasa gelisah.Bam bam bam! Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu yang terburu-buru.Jamadi sontak bangkit dari kursi, lalu mengeluarkan golok dan
Asal tahu saja, siapa pun yang bisa menangkap Heru akan mendapatkan 800.000 gabak.Tiba-tiba, Doddy membawa seorang prajurit yang memegang tombak sambil berkata, "Kak Wira, orang ini prajurit dari tim inspeksi, Namanya Yanuar Husada. Dia yang berteriak barusan.""Tuan Muda Wira, aku kira kalian nggak tahu Heru akan datang!" jelas Yanuar yang masih kebingungan. Dia masih berpikir, bagaimana Heru bisa tiba-tiba tewas setelah dia sadar dari pingsannya?"Aku tahu kamu berniat baik. Terima kasih," ucap Wira seraya tersenyum. Kemudian, dia mengeluarkan 10.000 gabak dan memberikannya kepada Yanuar."Aku nggak bisa menerimanya. Uang ini terlalu banyak!" teriak Yanuar yang terkejut. Dia buru-buru mengembalikan uang tersebut kepada Wira.Yanuar mendengar bahwa Wira adalah orang baik. Itu sebabnya, dia ingin memberi tahu para penduduk tentang informasi ini dan tidak ingin Wira mati dibunuh para bandit. Dia tidak pernah berpikiran untuk mengambil keuntungan sedikit pun dari Wira."Kak Wira nggak a
Sony akhirnya memberanikan diri untuk maju. Melihat ini, Danur pun tidak mau kalah.Herman dan Hamid melirik Hasan sekilas, lalu menghampiri dan berdiri di belakangnya."Kami juga." Tim penangkap ikan beranggotakan 30 orang. Terlihat 23 pemuda melangkah maju, sedangkan 7 lainnya hanya menunduk tanpa berkata-kata.Benar, atas dasar apa hanya para bandit yang bisa turun gunung untuk menyerang penduduk desa? Kenapa mereka dilarang naik ke gunung untuk membalas dendam?Heru dan para bandit kejam ini saja sudah terbunuh. Mereka yakin bahwa kekuatan Desa Tiga Harimau sudah melemah sekarang."Tuan Muda Wira, aku juga ingin ikut. Aku menguasai teknik tombak," ujar Yanuar sambil melangkah maju. Kemudian, dia memperlihatkan sedikit keterampilan tombaknya.Mendengar ini, Doddy pun melirik Yanuar sekilas dengan kagum.Panca dan Bara yang bisa membaca situasi juga ikut bersuara, "Tuan Mura Wira, masih ada kami.""Oke. Setelah makan malam, kita akan langsung berangkat," ujar Wira sesudah melihat jum
Wira sudah membuat persiapan matang. Dia meletakkan sesuatu di mulut kuda agar tidak bersuara, juga membungkus kaki kuda dengan kain. Dengan begini, mereka bisa mendekati pos rahasia secara diam-diam."Siapa di sana? Ketua Heru, apa itu kamu?" tanya penjaga rahasia yang terkejut sejenak.Heru membawa pasukannya untuk menyerang Dusun Darmadi di malam hari. Penjaga rahasia ini pun telah menunggu kepulangannya sejak tadi."Ya, Ketua Heru sudah pulang. Kami mengikutinya pulang juga!" teriak Panca dan Bara sembari maju. Hasan yang mengenakan zirah milik Heru berada di belakang mereka.Begitu mendengar suara Panca dan Bara, penjaga rahasia itu mendengkus dan mengejek, "Bukannya kalian berdua sudah pergi ke kabupaten untuk berbisnis?"Ketika mereka bertiga mendekat, penjaga rahasia itu menyadari ada yang berbeda dengan postur tubuh Heru. Dia buru-buru mengambil gong dengan waspada sambil berteriak, "Dia bukan Ketua Heru .... Ah!"Hasan menghunuskan pisau hitamnya. Cahaya dingin seketika muncu
Saat ini, tiba-tiba terdengar suara benturan pintu sehingga membuat kedua bandit itu terperanjat."Kadir, kamu harus tahu Heru sudah mati. Kalian sudah dikepung sekarang. Cepat letakkan senjata kalian dan menyerah. Kalau nggak, kalian semua akan dibunuh!" Teriakan lantang bergema di luar. Kemudian, sebuah bungkusan dilempar ke dalam sana.Seorang bandit mengambil bungkusan itu, lalu sebuah kepala tiba-tiba bergelinding keluar.Setelah melihatnya dengan dekat sambil memegang obor, sekelompok bandit itu langsung bercucuran keringat dingin.Terlihat Heru yang pucat pasi dan membelalakkan mata. Penampilannya persis dengan orang yang mati penasaran!"Ini benar-benar Ketua Heru!""Ketua Heru dan 20 bawahan yang dibawanya dibunuh mereka semua!""Apa penduduk Dusun Darmadi sehebat itu?""Pasti bukan mereka, tapi petugas pengadilan daerah. Aku dengar, ada pemimpin kabupaten yang baru menjabat."Para bandit seketika ketakutan meskipun beberapa dari mereka sudah pernah membunuh. Punggung mereka t
Para bandit memang sudah ingin kabur sejak tadi. Mereka langsung berlarian dan menyerbu ke pintu belakang.Mendengar para bandit itu kabur, Wira dan lainnya yang berada di depan pintu pun menghela napas. Mereka merasa sangat lega sekarang.Semua orang menatap Wira dengan kagum. Setelah penjaga rahasia memberi peringatan, mereka awalnya sangat terkejut dengan rencana Wira ini. Bagaimanapun, mereka tidak mungkin sanggup berhadapan langsung dengan para bandit.Sesudah Wira menjelaskan, mereka baru merasa masuk akal. Mereka pun hanya bisa menurutinya karena tidak punya pilihan lain.Dilihat dari situasi sekarang, keputusan Wira lagi-lagi benar.Herman berkata dengan cemas, "Jumlah bandit di dalam sepertinya masih banyak. Kita hanya membunuh beberapa orang barusan. Apa kakakku dan lainnya sanggup mengadang mereka semua?"Semua orang juga mengkhawatirkan hal ini."Kalian harus percaya pada Paman Hasan," ujar Wira yang juga merasa cemas.Dia awalnya cukup yakin dengan hal ini. Lagi pula, menu
Hasan menyimpan pisaunya dan berkata, "Tujuh Belas, kematian Panglima Dirga adalah kesalahan Kerajaan Nuala, kesalahan raja pada masa itu, dan kesalahan para pejabat. Tapi, masalah ini nggak ada hubungannya dengan para rakyat. Apa kamu tahu betapa sulitnya kehidupan kami?"Kadir menimpali dengan marah, "Aku nggak ingin bertempur untuk kerajaan kotor seperti Nuala. Aku terpaksa menjadi bandit karena nggak menguasai keterampilan lain. Kak Hasan, kenapa kamu malah bekerja untuk kerajaan? Kamu sudah lupa siapa yang mencelakai Panglima Dirga?""Kata siapa aku bekerja untuk kerajaan? Aku hanya bertani di desaku." Hasan meneruskan, "Wira yang ingin kamu bunuh adalah keponakanku!""Apa?" seru Kadir dengan terkejut. Kemudian, dia tersenyum getir seraya berkata, "Aku benar-benar nggak nyangka, kesepakatan yang kuterima malah berkaitan dengan keluarga Kak Hasan. Tapi, tawaran ini diberikan Keluarga Silali dari kabupaten."Tatapan Hasan seketika menjadi suram. Dia bertanya, "Kamu punya hubungan ap
Seorang wanita cantik tersenyum sedih seraya menjawab, "Tuan, kami sudah kehilangan kesucian. Keluarga kami mungkin lebih memilih kami mati daripada kami pulang dan membuat malu keluarga sendiri.""Huhuhu ...." Para wanita seketika menangis dengan sedih.Bukannya mereka tidak memiliki rumah, tetapi mereka tidak bisa pulang. Kepulangan mereka hanya akan mempermalukan keluarga.Wira termangu melihat situasi ini.Pada zaman ini, wanita sangat mementingkan reputasi mereka. Itu sebabnya, Wulan tidak bersedia meninggalkan suaminya meskipun sering dipukuli oleh pemilik tubuh sebelumnya.Jika para wanita ini pulang, pasti ada banyak orang yang bergosip di belakang mereka.Mereka masih bisa bertahan hidup saat berada di Desa Tiga Harimau. Begitu pulang, hinaan orang-orang akan membuat mereka sangat menderita.Saat ini juga, Wira pun menyadari betapa jahatnya para bandit ini."Kak Wira!" Sony menatap wanita cantik itu seraya berkata dengan tidak tega, "Gimana kalau kita bawa mereka ke Dusun Darm