Hujan yang sangat deras pun tidak dapat menyamarkan suara teriakan wanita dari luar. Anzelion mendengarnya walau hanya sekilas. Tangannya meraba ke sebelahnya, mencari keberadaan sang istri. Ternyata wanita itu tidak ada di sana. Anzelion memaksakan diri untuk bangun. Ia bergegas keluar dari kamar. Ia harus memastikan keberadaan istrinya baru bisa merasa tenang. Anzelion masih mengumpulkan kesadarannya yang belum sepenuhnya ia miliki saat ini. Mata Anzelion melihat ke arah pintu rumah yang terbuka lebar. Kantuknya seketika menghilang. Ia merasa ini sangat janggal, apalagi masih jam dua malam. Tidak mungkin Xyora ke luar. Ia mencarinya hingga ke tiap sudut ruangan sekaligus waspada akan kemungkinan pencuri yang masuk. "Xyora!!" panggil Anzelion sekeras mungkin, berharap ada jawaban. Ia harus segera menemukan Xyora, lebih tepatnya sekarang juga. Pintu kamar anaknya ia buka dengan cepat dan menimbulkan bunyi yang cukup keras. Tapi Anzelion sudah tidak peduli apapun lagi selain menemuka
Divisi Penegakkan Hukum atau lebih dikenal dengan polisinya Organisasi Pas Compris merupakan divisi yang memiliki tiga unit bagian, diantaranya: Badan Reverse Kriminal, Badan Pemeliharaan Keamanan, serta Badan Operasi Khusus. Ketiganya dibuat dengan tujuan untuk melindungi masyarakat. Mereka diberikan alat-alat sihir sebagai senjata untuk melawan sesuatu yang berertentangan dengan hukum. Anzelion merupakan salah satu ketua tim dari Badan Reverse Kriminal yang diketuai oleh Luxius. Menjelang pagi, Luxius mendapatkan telepon dari Elle -sekretaris yang menjabat di Organisasi Pas Compris. Ia meminta untuk mengantarkan beberapa orang untuk datang ke rumah Anzelion karena di sana terdapat sebuah kejadian buruk yang semakin cepat ditangani, makin baik. Sesuai permintaan Elle, Luxius menelpon Eron -ketua tim Badan Operasi Khusus dan juga menghubungi polisi yang sedang shift malam untuk bersiap untuk menangani kasus. Keduanya beranjak pergi menuju rumah Anzelion, berupaya menyelidiki dan me
Anzelion melihat ketiga anaknya berkeliaran di rumah sakit karena nenek mereka -Dirly tidak ingin meninggalkan Xyora kecuali di malam hari. Mereka akan tidur di hotel dekat rumah sakit ketika malam dan memaksa masuk di pagi hari, ingin terus berada di sebelah Xyora. Begitulah katanya. Ayah mana yang hatinya tidak tercabik ketika melihat perubahan yang banyak terjadi pada anaknya. Anzelion sedang melihat hal tersebut. Skiones yang keceriaannya berkurang dan selalu memaksakan senyuman ketika berada di dekatnya, seperti memberikan dorongan untuk terus kuat dan tabah. Terlalu menyakitkan untuknya. Semestinya ia yang menguatkan anaknya kan? Berbeda dengan Fiento, anak itu tidak bicara sama sekali jika menurutnya tidak terlalu penting. Memang dia pendiam, tapi sekarang bertambah parah. Fiento juga menghabiskan banyak waktu untuk berada di sebelah Xyora. Memandanginya dan mengamati alat yang terpasang pada tubuh Xyora beserta bunyinya. Fiento seperti sudah menghafal iramanya, tiap kali ada
Anzelion memutuskan untuk segera kembali setelah memastikan tidak ada korban yang terluka. Ia harus melaporkan kejadian hari ini pada Luxius, beserta kemungkinan mereka akan datang lagi karena tujuannya belum tercapai. "Pak, saya tidak ingin membuat laporan. Tolong dengarkan saya baik-baik," ujar Anzelion dihadapan Luxius. Ia ingin cepat pulang. Luxius hanya meliriknya sebentar dan melanjutkan tugasnya kembali. Anzelion menyimpulkan Luxius menyetujui ucapannya, "Mereka melarikan diri... muncul kabut hitam lalu mereka berteleportasi," ia terdiam sejenak,. "Mata para pemungut pajak itu juga terlihat kosong." Kini Luxius mulai tertarik mendengarkan ucapan Anzelion dengan serius, ia menyingkirkan kertas yang sedang ia baca. "Lanjutkan laporanmu." kata Luxius tegas. Anzelion mengingat-ngingat, kejadian penting hari ini hanyalah itu, memang apa lagi yang harus ia laporkan? "Sepertinya mereka akan mencoba di tempat lain karena hari ini tidak berhasil." Anzelion berkata demikian. Ia bingun
Anzelion berlarian di koridor rumah sakit. Walaupun sihirnya cukup tinggi, ia tidak bisa berteleportasi langsung ke ruangan istrinya karena sihir perlindungan yang terdapat di sana. Setelah mendengar Xyora yang diculik, Anzelion merasa sedang dibohongi atau semacamnya. Tapi raut wajah Luxius yang sangat serius membuat Anzelion setengah yakin. Setengahnya lagi akan dibuktikan ketika ia melihat kamar rawat Xyora. Langkahnya terhenti di depan pintu yang telah terbuka lebar. Anzelion bisa melihat Meimi -ketua Divisi Pemantauan dan Kontrol sekaligus penyihir terkuat di organisasi berdiri di sana, mengamati sisa mana gelap yang tertinggal. Anzelion melihat tempat tidur Xyora yang kosong hanya bisa terdiam menyalahkan diri sendiri. Ia seharusnya menyebarkan berita mengenai tanda-tanda penyihir jahat saat mengerjakan kasus di siang itu, walau masih kemungkinan saja. Ia sangat menyesal. Meimi yang bertubuh mungil melewati Anzelion yang mematung untuk membangunkan anak dan ibu mertua Anzelion
Anzelion melirik sinis pada Meimi yang tak berhenti menggerutu saat berjalan ke arah ruangan Kenzo. Padahal seharusnya yang marah adalah dirinya, bukan wanita pendek itu. Ia bahkan tidak diberi waktu untuk mandi ataupun sekedar cuci muka. "Hentikan lirikanmu itu! aku hanya membantumu ke sini untuk bertemu Kenzo," kata Meimi sambil menyilangkan tangannya di dada seraya melangkah dengan angkuh. "Terima kasih Meimi." jawab Anzelion singkat dengan nada yang dibuat-buat, ia terlalu malas untuk berdebat. Di depan pintu ruangan Kenzo, Anzelion menarik napas dalam. Ia harus menyingkirkan perasaannya sebelum bertemu dengan Kenzo. Biasanya Anzelion akan tegang ketika menemui ketua divisi itu, tapi kali ini ia merasa biasa saja. Apalagi Meimi terlihat ingin ikut dalam percakapan dengan Kenzo membuat perasaan gugupnya menghilang. Anzelion sedang bersiap untuk mengetuk pintu, ia terhenti ketika Meimi melenggang masuk tanpa dosa mendahuluinya. "Kenzo aku datang!!" ujar Meimi dengan ceria, "Aku
Anzelion merasa tidak enak badan dan sakit kepala setelah terpapar sihir gelap. Tubuhnya bagaikan bertarung melawan aura negatif yang menempel, menimbulkan efek yang cukup menyakitkan. Ia kembali ke gedung organisasi untuk menanyakan langkah apa yang akan dilakukan sesuai arahan Luxius. Sedangkan Meimi pergi entah kemana, ia tidak bilang pada Anzelion. Wanita itu bertingkah seenaknya lagi. Bukan Meimi jika bertingkah normal tanpa keunikan. Anzelion mencari Luxius. Rupanya ia tidak ada di ruangan, sedang mengadakan rapat bersama ketua tim dari badan yang ia naungi. Meski terlambat Anzelion tetap datang di akhir rapat, mendengarkan omongan Luxius. "Pembagian untuk hari ini yaitu tim satu dan dua mencari Xyora dan yang lainnya akan tetap menjalani kasus seperti biasa." ujar Luxius membeberkan apa yang telah ia mempertimbangkan sebelumnya. "Erden dan Anzelion temui aku di ruangan," katanya sambil melirik pada ketua tim yang ditugaskan mencari Xyora itu. Luxius akan menjadi orang yang mem
Hari masih panjang, sinar mentari sangat menusuk ke kulit. Anzelion sedang beristirahat sejenak karena dipaksa oleh Luxius untuk ikut mengisi tenaga. Anzelion diajak ke restoran favoritnya, walau begitu ia tidak memiliki nafsu makan sama sekali, makanan yang masuk ke dalam mulut rasanya hambar. Ia merasa tidak berselera. Tempat itu sering ia kunjungi bersama Xyora, beberapa ingatan masa bahagia mereka muncul tanpa permisi. Namun Anzelion tetap berusaha menelan tiap suapannya agar cepat habis dan dapat melanjutkan kegiatan pencarian. "Perlahan saja makannya Anzelion," saran Luxius yang tengah menikmati makanan dengan perlahan, ia bingung Anzelion kenapa sebegitu ingin cepat melahapnya, apakah ia memang lapar? Eron muncul dengan lingkar hitam di kantung matanya. Entah sudah berapa hari ia tidak tidur untuk mencari informasi terkait darah Xyora. Ia tidak puas dengan hasil temuannya, Eron merasa bisa menemukan lebih banyak dari yang bisa diungkap. Rasanya sangat menyebalkan. Tak lama be