Share

2. Melangkah Maju

Anzelion melihat ketiga anaknya berkeliaran di rumah sakit karena nenek mereka-Dirly tidak ingin meninggalkan Xyora kecuali di malam hari. Mereka akan tidur di hotel dekat rumah sakit ketika malam dan memaksa masuk di pagi hari, ingin terus berada di sebelah Xyora. Begitulah katanya.

Ayah mana yang hatinya tidak tercabik ketika melihat perubahan yang banyak terjadi pada anaknya. Anzelion sedang melihat hal tersebut. Skiones yang keceriaannya berkurang dan selalu memaksakan senyuman ketika berada di dekatnya, seperti memberikan dorongan untuk terus kuat dan tabah. Terlalu menyakitkan untuknya. Semestinya ia yang menguatkan anaknya kan?

Berbeda dengan Fiento, anak itu tidak bicara sama sekali jika menurutnya tidak terlalu penting. Memang dia pendiam, tapi sekarang bertambah parah. Fiento juga menghabiskan banyak waktu untuk berada di sebelah Xyora. Memandanginya dan mengamati alat yang terpasang pada tubuh Xyora beserta bunyinya. Fiento seperti sudah menghafal iramanya, tiap kali ada perubahan sedikit saja, ia memencet bel yang membuat perawat berkali-kali datang.

Sementara Aeliora bingung dengan apa yang terjadi. Mungkin juga dia mengerti makanya tidak rewel sama sekali. Aeliora sering bersama dengan Skiones yang terkadang keluar hanya untuk menyeka air matanya yang tanpa izin menetes, ataupun Anzelion yang butuh menghirup udara segar setiap beberapa jam sekali.

Seluruh keluarga merasa tidak baik-baik saja. Kehidupan seakan berhenti untuk mereka. Setiap waktu makan, hanya dentingan suara sendok dan piring yang menghiasi. Skiones yang cerewet itu sudah menghilang, semoga hanya sementara.

Anzelion tengah menggendong Aeliora yang menanyakan ini-itu, ia lelah meladeninya. Namun kalau bukan dia, siapa yang akan melakukannya?

Anzelion sangat sibuk dengan isi pikirannya yang berbelit satu dengan yang lain, mencari jalan keluar dari semuanya. Tapi tidak ada. Baginya semua jawaban hanyalah sesingkat Xyora yang bangun dari tidur cantiknya. Tapi kapan?

Anzelion bisa melihat Elle mendatanginya, melangkah ke arahnya yang menandakan dia bukan ingin menjenguk Xyora, melainkan untuk bertemu dengannya. "Aku harus bicara denganmu." ujarnya. Anzelion mengikuti Elle yang berjalan ke arah luar.

"Kenapa?" tanya Anzelion.

"Kasus sangat menumpuk, Anz. Datanglah ke kantor," pinta Elle. "Aku tau kamu sudah izin dari Pak Luxius, tapi kasusnya betulan banyak. Kami membutuhkanmu." Elle mencoba membujuk Anzelion untuk datang ke kantor. Kasus sangat menumpuk. Mereka membutuhkan orang yang sangat berbakat seperti Anzelion.

"Anz?" panggil Elle, butuh jawaban. Anzelion sedang kesal berpikir mengapa ia harus datang? apakah ia tidak boleh berduka saat ini?

"Aku tidak akan memaksamu. Datanglah kalau kamu mau." Elle sudah pasrah. Ia memang ragu kalau Anzelion akan memperlakukannya dengan baik ketika kondisinya seperti sekarang. Saat emosinya tidak stabil. Walau begitu ia tau Anzelion pasti akan datang. Entah hari ini, besok, atau lusa.

Elle meninggalkan Anzelion dengan lamunannya. Ia harus pergi ke tempat lain untuk memeriksa banyak hal.

Anzelion berdecak kesal. Ia seharusnya masih punya waktu tiga hari lagi untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya memulihkan diri. Dia harus mempersingkat waktu untuk menerima kenyataan pahit bahwa ketika berangkat kerja, ia tidak akan diantarkan pergi oleh Xyora.

*****

Hari ini Anzelion memutuskan untuk berangkat ke kantor. Walaupun rasanya sangat berat meninggalkan Xyora, tapi Anzelion harus melangkah maju.

Semua orang yang ada di gedung organisasi sibuk. Mereka memegang tugas yang berbeda. Antrian panjang juga terlihat pada portal ruang dengan wajah yang kusut. Sepertinya mereka tidak mendapatkan waktu istirahat, Elle tidak berbohong bahwa mereka memang butuh bantuan. Anzelion masuk ke ruangan Luxius untuk setor muka, sekaligus meledeknya yang telah memberinya libur tapi ternyata harus masuk juga.

"Kamu ingin mengambil kasus?" todong Luxius dengan pertanyaan menjebak. Jika Anzelion bilang iya, berarti dia akan langsung diberikan kasus untuk dipecahkan seorang diri. Anggota timnya pasti sudah pergi menjalankan kasus. Anzelion yang salah datang jam dua belas siang.

"Sudahlah ambil tugas yang ini saja," Luxius menunjuk salah satu kasus yang tertera di layarnya. Ia menyarankan kasus pemungutan pajak ilegal. Kasus ini terus saja membuat ulah dan banyak terjadi di pinggiran kota.

"Baiklah," Anzelion setuju. Ia membaca segelintir keterangan di kasus tersebut. Kasus tingkat menengah yang cukup simpel. Anzelion hanya perlu menangkap sekelompok pelaku.

Anzelion melangkah menjauh. Ia mengambil alat yang harus dibawa ketika menangani kasus. Kemudian pergi dengan melakukan teleportasi.

Di tempat yang masih ricuh dengan kejadian yang berlangsung, Anzelion mengamati keadaan sebelum melawan. Ia dapat melihat salah satunya menodongkan senjata tajam pada penduduk sekitar yang bersimpuh ketakutan, memohon pengampunan.

"Berikan kami uang ataupun emas! setelahnya kami akan pergi," katanya dengan membentak. Tangannya meletakkan pisau di leher salah satu pemuda yang ada di sana.

"Jangan ada yang dengan beraninya melawan kalau tidak mau ada pertumpahan darah di sini." lanjutnya mengancam. Dari mimik wajahnya, ia terlihat tidak main-main.

Anzelion tidak dapat menghentikan dirinya ketika melihat pisau bertambah dekat pada leher si pemuda yang terus dia perhatikan. Ia menggunakan telekinesis -sihir untuk memindahkan benda sesuai kemauan, yaitu pisau dari tangan bandit itu, lalu keluar dari persembunyiannya.

Ia langsung menggunakan sihir angin -sihir elementalis yang ia kuasai untuk memadatkan partikel oksigen yang berada disekeliling sekelompok pemungut pajak ilegal yang ada di sana.

Anzelion membuat struktur partikel oksigen yang berikatan tidak teratur seperti benda berwujud gas lainnya, menjadi ikatan yang teratur sehingga mereka tidak bisa bernapas. Ketika tubuh mereka membiru kekurangan oksigen, barulah ia menghilangkan sihirnya. Ia tidak boleh sampai membunuh pelaku.

-Sihir elementalis adalah sihir paling umum yang dimiliki oleh manusia. Sihir yang terdiri dari sihir air, api, udara, dan tanah sebagai pokok utamanya. Sihir elementalis cabang secara keseluruhan bersumber dari pengembangan keempat pokok kekuatan elementalis tersebut.

Belum sempat Anzelion mendekat ke arah para penjahat itu untuk menangkapnya, mereka menghilang dengan kabut asap hitam tebal yang menutupi mereka. Seluruhnya menghilang bagaikan di telan bumi. Sepertinya mereka telah berteleportasi.

Ada satu hal yang Anzelion harus selidiki. Ia baru sadar di detik terakhir ketika melihat mereka. Mata mereka penuh dengan kekosongan. Anzelion menduga kalau mereka sedang berada di bawah mantra sihir pengendali. Semoga saja ia salah lihat.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status