Anzelion melihat ketiga anaknya berkeliaran di rumah sakit karena nenek mereka -Dirly tidak ingin meninggalkan Xyora kecuali di malam hari. Mereka akan tidur di hotel dekat rumah sakit ketika malam dan memaksa masuk di pagi hari, ingin terus berada di sebelah Xyora. Begitulah katanya.
Ayah mana yang hatinya tidak tercabik ketika melihat perubahan yang banyak terjadi pada anaknya. Anzelion sedang melihat hal tersebut. Skiones yang keceriaannya berkurang dan selalu memaksakan senyuman ketika berada di dekatnya, seperti memberikan dorongan untuk terus kuat dan tabah. Terlalu menyakitkan untuknya. Semestinya ia yang menguatkan anaknya kan? Berbeda dengan Fiento, anak itu tidak bicara sama sekali jika menurutnya tidak terlalu penting. Memang dia pendiam, tapi sekarang bertambah parah. Fiento juga menghabiskan banyak waktu untuk berada di sebelah Xyora. Memandanginya dan mengamati alat yang terpasang pada tubuh Xyora beserta bunyinya. Fiento seperti sudah menghafal iramanya, tiap kali ada perubahan sedikit saja, ia memencet bel yang membuat perawat berkali-kali datang. Sementara Aeliora bingung dengan apa yang terjadi. Mungkin juga dia mengerti makanya tidak rewel sama sekali. Aeliora sering bersama dengan Skiones yang terkadang keluar hanya untuk menyeka air matanya yang tanpa izin keluar dan menetes, ataupun Anzelion yang butuh menghirup udara segar setiap beberapa jam sekali. Seluruh keluarga merasa tidak baik-baik saja. Kehidupan seakan berhenti untuk mereka. Setiap waktu makan, hanya dentingan suara sendok dan piring yang menghiasi. Skiones yang cerewet itu sudah menghilang, semoga hanya sementara. Anzelion tengah menggendong Aeliora yang menanyakan ini-itu, ia lelah meladeninya. Namun kalau bukan dia, siapa yang akan melakukannya? Anzelion sangat sibuk dengan isi pikirannya yang berbelit satu dengan yang lain, mencari jalan keluar dari semuanya. Tapi tidak ada. Baginya semua jawaban hanyalah sesingkat Xyora yang bangun dari tidur cantiknya. Tapi kapan? Anzelion bisa melihat Elle mendatanginya, melangkah ke arahnya yang menandakan dia bukan ingin menjenguk Xyora, melainkan untuk bertemu dengannya. "Aku harus bicara denganmu." ujarnya. Anzelion mengikuti Elle yang berjalan ke arah luar. "Kenapa?" tanya Anzelion. "Kasus sangat menumpuk, Anz. Datanglah ke kantor," pinta Elle. "Aku tau kamu sudah izin dari Pak Luxius, tapi kasusnya betulan banyak. Kami membutuhkanmu." Elle mencoba membujuk Anzelion untuk datang ke kantor. Kasus sangat menumpuk. Mereka membutuhkan orang yang sangat berbakat seperti Anzelion. "Anz?" panggil Elle, butuh jawaban. Anzelion sedang kesal berpikir mengapa ia harus datang? apakah ia tidak boleh berduka saat ini? "Aku tidak akan memaksamu. Datanglah kalau kamu mau." Elle sudah pasrah. Ia memang ragu kalau Anzelion akan memperlakukannya dengan baik ketika kondisinya seperti sekarang. Saat emosinya tidak stabil. Walau begitu ia tau Anzelion pasti akan datang. Entah hari ini, besok, atau lusa. Elle meninggalkan Anzelion dengan lamunannya. Ia harus pergi ke tempat lain untuk memeriksa banyak hal. Anzelion berdecak kesal. Ia seharusnya masih punya waktu tiga hari lagi untuk menghabiskan waktu bersama keluarganya memulihkan diri. Dia harus mempersingkat waktu untuk menerima kenyataan pahit bahwa ketika berangkat kerja, ia tidak akan diantarkan pergi oleh Xyora. ***** Hari ini Anzelion memutuskan untuk berangkat ke kantor. Walaupun rasanya sangat berat meninggalkan Xyora, tapi Anzelion harus melangkah maju. Semua orang yang ada di gedung organisasi sibuk. Mereka memegang tugas yang berbeda. Antrian panjang juga terlihat pada portal ruang dengan wajah yang kusut. Sepertinya mereka tidak mendapatkan waktu istirahat, Elle tidak berbohong bahwa mereka memang butuh bantuan. Anzelion masuk ke ruangan Luxius untuk setor muka, sekaligus meledeknya yang telah memberinya libur tapi ternyata harus masuk juga. "Kamu ingin mengambil kasus?" todong Luxius dengan pertanyaan menjebak. Jika Anzelion bilang iya, berarti dia akan langsung diberikan kasus untuk dipecahkan seorang diri. Anggota timnya pasti sudah pergi menjalankan kasus. Anzelion yang salah datang jam dua belas siang. "Sudahlah ambil tugas yang ini saja," Luxius menunjuk salah satu kasus yang tertera di layarnya. Ia menyarankan kasus pemungutan pajak ilegal. Kasus ini terus saja membuat ulah dan banyak terjadi di pinggiran kota. "Baiklah," Anzelion setuju. Ia membaca segelintir keterangan di kasus tersebut. Kasus tingkat menengah yang cukup simpel. Ia hanya perlu menangkap sekelompok pelaku. Anzelion melangkah menjauh. Ia mengambil alat yang harus dibawa ketika menangani kasus. Kemudian pergi dengan melakukan teleportasi. Di tempat yang masih ricuh dengan kejadian yang berlangsung, Anzelion mengamati keadaan sebelum melawan. Ia dapat melihat salah satunya menodongkan senjata tajam pada penduduk sekitar yang bersimpuh ketakutan, memohon pengampunan. "Berikan kami uang ataupun emas! setelahnya kami akan pergi," katanya dengan membentak. Tangannya meletakkan pisau di leher salah satu pemuda yang ada di sana. "Jangan ada yang dengan beraninya melawan kalau tidak mau ada pertumpahan darah di sini." lanjutnya mengancam. Dari mimik wajahnya, ia terlihat tidak main-main. Anzelion tidak dapat menghentikan dirinya ketika melihat pisau bertambah dekat pada leher si pemuda yang terus dia perhatikan. Ia menggunakan telekinesis -sihir untuk memindahkan benda sesuai kemauan, yaitu pisau dari tangan bandit itu, lalu keluar dari persembunyiannya. Ia langsung menggunakan sihir angin -sihir elementalis yang ia kuasai untuk memadatkan partikel oksigen yang berada disekeliling sekelompok pemungut pajak ilegal yang ada di sana. Anzelion membuat struktur partikel oksigen yang berikatan tidak teratur seperti benda berwujud gas lainnya, menjadi ikatan yang teratur sehingga mereka tidak bisa bernapas. Ketika tubuh mereka membiru kekurangan oksigen, barulah ia menghilangkan sihirnya. Ia tidak boleh sampai membunuh pelaku. -Sihir elementalis adalah sihir paling umum yang dimiliki oleh manusia. Sihir yang terdiri dari sihir air, api, udara, dan tanah sebagai pokok utamanya. Sihir elementalis cabang secara keseluruhan bersumber dari pengembangan keempat pokok kekuatan elementalis tersebut. Belum sempat Anzelion mendekat ke arah para penjahat itu untuk menangkapnya, mereka menghilang dengan kabut asap hitam tebal yang menutupi mereka. Seluruhnya menghilang bagaikan di telan bumi. Sepertinya mereka telah berteleportasi. Ada satu hal yang Anzelion harus selidiki. Ia baru sadar di detik terakhir ketika melihat mereka. Mata mereka penuh dengan kekosongan. Anzelion menduga kalau mereka sedang berada di bawah mantra sihir pengendali. Semoga saja ia salah lihat.Anzelion memutuskan untuk segera kembali setelah memastikan tidak ada korban yang terluka. Ia harus melaporkan kejadian hari ini pada Luxius, beserta kemungkinan mereka akan datang lagi karena tujuannya belum tercapai. "Pak, saya tidak ingin membuat laporan. Tolong dengarkan saya baik-baik," ujar Anzelion dihadapan Luxius. Ia ingin cepat pulang. Luxius hanya meliriknya sebentar dan melanjutkan tugasnya kembali. Anzelion menyimpulkan Luxius menyetujui ucapannya, "Mereka melarikan diri... muncul kabut hitam lalu mereka berteleportasi," ia terdiam sejenak,. "Mata para pemungut pajak itu juga terlihat kosong." Kini Luxius mulai tertarik mendengarkan ucapan Anzelion dengan serius, ia menyingkirkan kertas yang sedang ia baca. "Lanjutkan laporanmu." kata Luxius tegas. Anzelion mengingat-ngingat, kejadian penting hari ini hanyalah itu, memang apa lagi yang harus ia laporkan? "Sepertinya mereka akan mencoba di tempat lain karena hari ini tidak berhasil." Anzelion berkata demikian. Ia bingun
Anzelion berlarian di koridor rumah sakit. Walaupun sihirnya cukup tinggi, ia tidak bisa berteleportasi langsung ke ruangan istrinya karena sihir perlindungan yang terdapat di sana. Setelah mendengar Xyora yang diculik, Anzelion merasa sedang dibohongi atau semacamnya. Tapi raut wajah Luxius yang sangat serius membuat Anzelion setengah yakin. Setengahnya lagi akan dibuktikan ketika ia melihat kamar rawat Xyora. Langkahnya terhenti di depan pintu yang telah terbuka lebar. Anzelion bisa melihat Meimi -ketua Divisi Pemantauan dan Kontrol sekaligus penyihir terkuat di organisasi berdiri di sana, mengamati sisa mana gelap yang tertinggal. Anzelion melihat tempat tidur Xyora yang kosong hanya bisa terdiam menyalahkan diri sendiri. Ia seharusnya menyebarkan berita mengenai tanda-tanda penyihir jahat saat mengerjakan kasus di siang itu, walau masih kemungkinan saja. Ia sangat menyesal. Meimi yang bertubuh mungil melewati Anzelion yang mematung untuk membangunkan anak dan ibu mertua Anzelion
Anzelion melirik sinis pada Meimi yang tak berhenti menggerutu saat berjalan ke arah ruangan Kenzo. Padahal seharusnya yang marah adalah dirinya, bukan wanita pendek itu. Ia bahkan tidak diberi waktu untuk mandi ataupun sekedar cuci muka. "Hentikan lirikanmu itu! aku hanya membantumu ke sini untuk bertemu Kenzo," kata Meimi sambil menyilangkan tangannya di dada seraya melangkah dengan angkuh. "Terima kasih Meimi." jawab Anzelion singkat dengan nada yang dibuat-buat, ia terlalu malas untuk berdebat. Di depan pintu ruangan Kenzo, Anzelion menarik napas dalam. Ia harus menyingkirkan perasaannya sebelum bertemu dengan Kenzo. Biasanya Anzelion akan tegang ketika menemui ketua divisi itu, tapi kali ini ia merasa biasa saja. Apalagi Meimi terlihat ingin ikut dalam percakapan dengan Kenzo membuat perasaan gugupnya menghilang. Anzelion sedang bersiap untuk mengetuk pintu, ia terhenti ketika Meimi melenggang masuk tanpa dosa mendahuluinya. "Kenzo aku datang!!" ujar Meimi dengan ceria, "Aku
Anzelion merasa tidak enak badan dan sakit kepala setelah terpapar sihir gelap. Tubuhnya bagaikan bertarung melawan aura negatif yang menempel, menimbulkan efek yang cukup menyakitkan. Ia kembali ke gedung organisasi untuk menanyakan langkah apa yang akan dilakukan sesuai arahan Luxius. Sedangkan Meimi pergi entah kemana, ia tidak bilang pada Anzelion. Wanita itu bertingkah seenaknya lagi. Bukan Meimi jika bertingkah normal tanpa keunikan. Anzelion mencari Luxius. Rupanya ia tidak ada di ruangan, sedang mengadakan rapat bersama ketua tim dari badan yang ia naungi. Meski terlambat Anzelion tetap datang di akhir rapat, mendengarkan omongan Luxius. "Pembagian untuk hari ini yaitu tim satu dan dua mencari Xyora dan yang lainnya akan tetap menjalani kasus seperti biasa." ujar Luxius membeberkan apa yang telah ia mempertimbangkan sebelumnya. "Erden dan Anzelion temui aku di ruangan," katanya sambil melirik pada ketua tim yang ditugaskan mencari Xyora itu. Luxius akan menjadi orang yang mem
Hari masih panjang, sinar mentari sangat menusuk ke kulit. Anzelion sedang beristirahat sejenak karena dipaksa oleh Luxius untuk ikut mengisi tenaga. Anzelion diajak ke restoran favoritnya, walau begitu ia tidak memiliki nafsu makan sama sekali, makanan yang masuk ke dalam mulut rasanya hambar. Ia merasa tidak berselera. Tempat itu sering ia kunjungi bersama Xyora, beberapa ingatan masa bahagia mereka muncul tanpa permisi. Namun Anzelion tetap berusaha menelan tiap suapannya agar cepat habis dan dapat melanjutkan kegiatan pencarian. "Perlahan saja makannya Anzelion," saran Luxius yang tengah menikmati makanan dengan perlahan, ia bingung Anzelion kenapa sebegitu ingin cepat melahapnya, apakah ia memang lapar? Eron muncul dengan lingkar hitam di kantung matanya. Entah sudah berapa hari ia tidak tidur untuk mencari informasi terkait darah Xyora. Ia tidak puas dengan hasil temuannya, Eron merasa bisa menemukan lebih banyak dari yang bisa diungkap. Rasanya sangat menyebalkan. Tak lama be
Erden membuka matanya. Cahaya sayup masuk ke mata perlahan, menampakkan ruangan introgasi yang berbentuk kotak minim cahaya. Tubuhnya didudukkan pada suatu bangku. Erden dapat melihat pria berkulit sawo matang yang dari gesturnya menunggu Erden untuk bangun. "Apa tujuanmu menemui penyihir itu!" todongnya, Erden langsung tau kalau itulah alasannya dibawa. Mereka ingin menggali informasi entah untuk apa. Berulang kali ia dipaksa membuka mulut, tapi ia tetap bungkam. Erden sangat setia pada organisasi. Setaunya kasus ini belum diizinkan tersebar luas dan ia tidak ingin menjadi orang yang menyebarkannya.Tanpa aba-aba Erden mendapat pukulan tepat di perut, ia bahkan tidak punya waktu untuk melawan maupun menghindar. Rasa sakitnya menjalar ke seluruh tubuh. Sihir Erden menurut dirinya sendiri cukup lemah jika dibandingkan dengan anggota organisasi. Oleh karena itu ia menutupinya dengan cara lain. Ia berusaha menjaga hubungan baik dengan siapapun di organisasi. Sihir yang lemah dengan anti
Erden mendapat perawatan intensif di rumah sakit. Beberapa alat penyokong kehidupannya terpasang di tubuh. Ruangannya kini telah sunyi, operasinya berjalan dengan baik. Tinggal memantaunya sebentar lagi kemudian ia akan dipindahkan ke ruangan rawat inap dan dirawat beberapa hari sampai kondisinya stabil. Di luar, Luxius tidak bisa menyembunyikan rasa frustasinya. Ia mondar-mandir hanyut dalam kegelisahan, rasanya ia ingin meninju sesuatu tapi ia sadar kalau berada di rumah sakit. Mengapa harus dalam jangka waktu yang sedekat ini orangnya terlibat dalam hal berisiko? dan mengapa ia tidak bisa melindungi mereka? "Ini bahaya Anzelion, Xyora belum ditemukan dan sekarang Erden... kita tidak dapat kehilangan lebih banyak orang." kata Luxius sambil memijit dahinya yang sakit. "Segera perketat penjagaan di sini." titah Luxius yang belum ingin beranjak. Anzelion melangkah menjauh. Ia diselimuti rasa tidak enak sekaligus kesal pada Erden yang mengaku sebagai orang yang mendatangi penjara pagi
Anzelion mencari Eron yang tengah bersiap untuk berangkat menyelidiki dokumen mengenai pemilik mata merah terang yang dipercaya sebagai penculik Xyora di pusat kependudukan, menggantikan Erden yang tidak tuntas melakukan pencarian data. Mereka membawa tiga belas orang yang diantaranya sepuluh dari gabungan tim Erden dan Anzelion, serta tiga orang dari Badan Operasi Khusus, anak buah Eron yang sangat berkompeten.Mereka semua berangkat menggunakan portal ruang dan berpindah langsung ke depan gedung yang mereka tuju. Anzelion diam saja menyusun apa yang ingin ia lakukan dalam kepalanya. Sementara Eron berbincang untuk menunjukkan perintah mengenai apa yang harus dilakukan ketiga orangnya nanti untuk efisiensi waktu. Lirikan dari tim yang dibawahi Anzelion sangat ketara. Mereka iri sekaligus bingung apa yang harus dilakukan karena ketuanya diam saja, tidak memberi komando.Anzelion merupakan pria dingin, semua orang tau itu. Sifat dasar Anzelion memang seperti itu tapi ia semakin individu