Erden mendapat perawatan intensif di rumah sakit. Beberapa alat penyokong kehidupannya terpasang di tubuh. Ruangannya kini telah sunyi, operasinya berjalan dengan baik. Tinggal memantaunya sebentar lagi kemudian ia akan dipindahkan ke ruangan rawat inap dan dirawat beberapa hari sampai kondisinya stabil. Di luar, Luxius tidak bisa menyembunyikan rasa frustasinya. Ia mondar-mandir hanyut dalam kegelisahan, rasanya ia ingin meninju sesuatu tapi ia sadar kalau berada di rumah sakit. Mengapa harus dalam jangka waktu yang sedekat ini orangnya terlibat dalam hal berisiko? dan mengapa ia tidak bisa melindungi mereka? "Ini bahaya Anzelion, Xyora belum ditemukan dan sekarang Erden... kita tidak dapat kehilangan lebih banyak orang." kata Luxius sambil memijit dahinya yang sakit. "Segera perketat penjagaan di sini." titah Luxius yang belum ingin beranjak. Anzelion melangkah menjauh. Ia diselimuti rasa tidak enak sekaligus kesal pada Erden yang mengaku sebagai orang yang mendatangi penjara pagi
Anzelion mencari Eron yang tengah bersiap untuk berangkat menyelidiki dokumen mengenai pemilik mata merah terang yang dipercaya sebagai penculik Xyora di pusat kependudukan, menggantikan Erden yang tidak tuntas melakukan pencarian data. Mereka membawa tiga belas orang yang diantaranya sepuluh dari gabungan tim Erden dan Anzelion, serta tiga orang dari Badan Operasi Khusus, anak buah Eron yang sangat berkompeten.Mereka semua berangkat menggunakan portal ruang dan berpindah langsung ke depan gedung yang mereka tuju. Anzelion diam saja menyusun apa yang ingin ia lakukan dalam kepalanya. Sementara Eron berbincang untuk menunjukkan perintah mengenai apa yang harus dilakukan ketiga orangnya nanti untuk efisiensi waktu. Lirikan dari tim yang dibawahi Anzelion sangat ketara. Mereka iri sekaligus bingung apa yang harus dilakukan karena ketuanya diam saja, tidak memberi komando.Anzelion merupakan pria dingin, semua orang tau itu. Sifat dasar Anzelion memang seperti itu tapi ia semakin individu
Eron bersama Anzelion dan timnya melanjutkan pencarian mengenai penyihir hitam di perpustakaan. Tidak adanya informasi lebih lanjut membuat Eron dan Anzelion curiga kalau semua yang menyangkut penyihir hitam sengaja dihilangkan agar tidak terkuak apapun mengenai mereka. Raut wajah dari tiap anggota tim menggambarkan suasana hati mereka yang sudah bosan dan lelah membaca sederetan huruf. Mereka ingin cepat pulang dan beristirahat, alasannya yaitu mereka tau kalau besok pasti mereka harus melanjutkan penyelidikan yang lainnya. Noa menghela napas panjang. Sejak pagi hingga cahaya matahari meredup pekerjaannya hanya membaca-membaca-dan membaca. Tidak ada yang lain. Ia lebih menyukai menangani kasus di lapangan daripada hal ini. Matanya pegal dan badannya terasa kaku. Semua merasakan hal yang sama, namun tidak ada yang berani mengeluh. Menyaksikan Noa, Ether, dan lainnya yang sudah suntuk membuat Anzelion terdorong untuk membubarkan mereka. "Pulang, isi energi kalian untuk besok." uc
Anzelion dan Meimi dikepung oleh segenap anggota kepolisian negri yang tugasnya menjaga pemerintahan. Mereka telah bersiap untuk menggunakan sihir untuk menghalau serangan dari segerombolan polisi yang memakai seragam lengkap dengan alat sihir yang dibawa. Meski jumlah mereka lebih dari lima belas orang, Anzelion dan Meimi tidak takut sedikitpun."Serang mereka!" kata komandannya. Mereka mengangkat senjata menggunakan formasi yang telah disiapkan.Gedung besar yang berada di tengah halaman dengan hamparan bunga di sekelilingnya membuat Meimi dengan bebasnya melancarkan sihir api kesukaannya yang meledak-ledak, tempat itu sangat cocok untuk dijadikan tempat pertempuran. Sudah lama ia tidak dapat bertarung sebebas sekarang karena urusan organisasi yang mengikatnya. Meimi sangat menikmati kebebasan ini. Adrenalin dalam dirinya melonjak naik.Sementara itu, Anzelion menghalau tiap serangan dengan sihir anginnya. Di sini tugasnya hanya mendukung dan membantu Meimi untuk menang lalu mendap
Anzelion melangkah cepat, meninggalkan Meimi yang kebingungan akan perubahan drastis dari sikap Anzelion. Pria itu sedang marah padanya, ia tau. Namun tidak untuk alasannya."Anzelion! berhenti!" Meimi menggunakan sihirnya untuk mengikat Anzelion. Pria berambut hitam itu tidak bisa bergerak menjauh. "Kamu kenapa?" tanyanya tidak mengerti."Kamu tidak bilang akan menyerang mereka!" Anzelion merasakan konflik batin yang kuat. Apa yang Meimi lakukan bertentangan dengan prinsipnya. Telebih Meimi melakukan hal itu dengan membabi buta. "Bukannya kamu pasti sudah menduga saat aku bilang ingin menyerang?" kata Meimi sambil tersenyum penuh arti. Dari awal alibi mencari Erden dibuat hanya untuk menuangkan hasrat bertarungnya.Anzelion baru sadar, betapa naifnya dia. Seharusnya ia menurut pada Luxius dan Kenzo yang melarang serangan ini. Anzelion terlalu termakan dengan ajakan Meimi untuk kepentingannya sendiri. "Janjimu ku tagih nanti."*****Anzelion pergi merenung sebentar di ruangannya. Ia
Tiap ruangan yang kira-kira terdapat Luxius di dalamnya Anzelion datangi dengan tergesa. Ia berjalan cepat, berharap segera menemukan Luxius. Anzelion cukup heran mengapa keadaan sangat sepi, tapi ia langsung tepis pikiran buruk yang meuncul di kepalanya. Sangking niatnya, Anzelion bahkan sampai mendatangi ruangan Elle yang berada di lantai atas. Siapa tau Luxius berada di sana. Bukannya menemukan Luxius, Anzelion malah melihat Elle yang sedang berduaan dengan Mario, pacarnya. Mereka duduk bersebelahan saling menyuapi. Sadar akan kehadiran Anzelion, Elle langsung berdiri, mendekati Anzelion yang baru datang. "Anzelion? tumben kamu ke sini," ujar Elle. Tangannya merapihkan baju agar mengalihkan salah tingkahnya setelah ketahuan sedang berduaan Mario. "Ada perlu apa??" "Apa kamu melihat Pak Luxius?" tanya Anzelion. Seisi organisasi sudah mengetahui bahwa Elle memiliki hubungan yang belum diresmikan dengan Mario, jadi Anzelion tidak heran jika mereka berduaan. Masalahnya adalah ini m
Suasana seisi organisasi menjadi tegang. Mereka berusaha untuk melupakan perbuatan penyihir itu. Tapi rasanya ketidak amanan mengintai di setiap sudut. Darah yang ada di sana telah dibersihkan dan kepala orang yang diketahui menculik Erden dipulangkan pada orang pemerintahan dengan hormat. Mereka menyimpulkan kalau orang pemerintah dijadikan kambing hitam oleh si penyihir hitam untuk membuat Organisasi Pas Compris lengah.Anzelion lelah. Ia diserbu oleh pertanyaan yang ia sendiri tidak tau jawabannya. Anzelion ingin cepat-cepat mencari Xyora, walau ia sendiri tidak tau harus mulai dari mana. Jejak yang ditinggalkan mereka sangat bersih dan tanpa celah, sudah diatur sedemikian rupa agar tidak mudah diselidiki.Setelah mengintrogasi Anzelion, -Kenzo, Meimi, dan Elle melakukan diskusi panjang di ruangan. Mereka saling bertukar pikiran mengenai apa yang harus dilakukan kedepannya. Meimi yang berada di luar ruang lingkup organisasi diberikan sinyal dan langsung kembali. Tidak lupa ia melap
"Aku punya usulan bagus," kata Meimi, ketika ketiganya sudah berada di dalam ruangan. Meimi menggunakan sihirnya untuk membuat ruangan menjadi kedap suara. Tidak ingin siapapun orang yang berada di luar mendengar usulannya sekarang, belum waktunya mereka tau. "Bagaimana kalau kita jadikan Anzelion pancingan penyihir hitam?" paparnya dengan menaikkan sebelah alis."Omonganmu tidak masuk akal!" tolak Elle tanpa pikir panjang, menatap tajam ke Meimi yang baru duduk."Semua kejadian terjadi di sekeliling Anzelion. Kita akan memanfaatkannya." papar Meimi enteng. "Kita tidak bisa mengorbankan Anzelion untuk hal beresiko sebesar itu!" sanggah Elle tidak mau terima opini Meimi. "Jangan lupakan kejadian tadi siang, dia sudah pernah membunuh. Penyihir hitam adalah ancaman yang nyata!" Elle mencoba untuk membuka pikiran Meimi. Kenzo yang berada diantara dua wanita itu hanya diam. Mereka berdua berdebat panjang menenai iya atau tidaknya menjadikan Anzelion umpan. Meimi terus memaksakan pendapat