Anzelion merasa tidak enak badan dan sakit kepala setelah terpapar sihir gelap. Tubuhnya bagaikan bertarung melawan aura negatif yang menempel, menimbulkan efek yang cukup menyakitkan. Ia kembali ke gedung organisasi untuk menanyakan langkah apa yang akan dilakukan sesuai arahan Luxius. Sedangkan Meimi pergi entah kemana, ia tidak bilang pada Anzelion. Wanita itu bertingkah seenaknya lagi. Bukan Meimi jika bertingkah normal tanpa keunikan. Anzelion mencari Luxius. Rupanya ia tidak ada di ruangan, sedang mengadakan rapat bersama ketua tim dari badan yang ia naungi. Meski terlambat Anzelion tetap datang di akhir rapat, mendengarkan omongan Luxius. "Pembagian untuk hari ini yaitu tim satu dan dua mencari Xyora dan yang lainnya akan tetap menjalani kasus seperti biasa." ujar Luxius membeberkan apa yang telah ia mempertimbangkan sebelumnya. "Erden dan Anzelion temui aku di ruangan," katanya sambil melirik pada ketua tim yang ditugaskan mencari Xyora itu. Luxius akan menjadi orang yang mem
Hari masih panjang, sinar mentari sangat menusuk ke kulit. Anzelion sedang beristirahat sejenak karena dipaksa oleh Luxius untuk ikut mengisi tenaga. Anzelion diajak ke restoran favoritnya, walau begitu ia tidak memiliki nafsu makan sama sekali, makanan yang masuk ke dalam mulut rasanya hambar. Ia merasa tidak berselera. Tempat itu sering ia kunjungi bersama Xyora, beberapa ingatan masa bahagia mereka muncul tanpa permisi. Namun Anzelion tetap berusaha menelan tiap suapannya agar cepat habis dan dapat melanjutkan kegiatan pencarian. "Perlahan saja makannya Anzelion," saran Luxius yang tengah menikmati makanan dengan perlahan, ia bingung Anzelion kenapa sebegitu ingin cepat melahapnya, apakah ia memang lapar? Eron muncul dengan lingkar hitam di kantung matanya. Entah sudah berapa hari ia tidak tidur untuk mencari informasi terkait darah Xyora. Ia tidak puas dengan hasil temuannya, Eron merasa bisa menemukan lebih banyak dari yang bisa diungkap. Rasanya sangat menyebalkan. Tak lama be
Erden membuka matanya. Cahaya sayup masuk ke mata perlahan, menampakkan ruangan introgasi yang berbentuk kotak minim cahaya. Tubuhnya didudukkan pada suatu bangku. Erden dapat melihat pria berkulit sawo matang yang dari gesturnya menunggu Erden untuk bangun. "Apa tujuanmu menemui penyihir itu!" todongnya, Erden langsung tau kalau itulah alasannya dibawa. Mereka ingin menggali informasi entah untuk apa. Berulang kali ia dipaksa membuka mulut, tapi ia tetap bungkam. Erden sangat setia pada organisasi. Setaunya kasus ini belum diizinkan tersebar luas dan ia tidak ingin menjadi orang yang menyebarkannya.Tanpa aba-aba Erden mendapat pukulan tepat di perut, ia bahkan tidak punya waktu untuk melawan maupun menghindar. Rasa sakitnya menjalar ke seluruh tubuh. Sihir Erden menurut dirinya sendiri cukup lemah jika dibandingkan dengan anggota organisasi. Oleh karena itu ia menutupinya dengan cara lain. Ia berusaha menjaga hubungan baik dengan siapapun di organisasi. Sihir yang lemah dengan anti
Erden mendapat perawatan intensif di rumah sakit. Beberapa alat penyokong kehidupannya terpasang di tubuh. Ruangannya kini telah sunyi, operasinya berjalan dengan baik. Tinggal memantaunya sebentar lagi kemudian ia akan dipindahkan ke ruangan rawat inap dan dirawat beberapa hari sampai kondisinya stabil. Di luar, Luxius tidak bisa menyembunyikan rasa frustasinya. Ia mondar-mandir hanyut dalam kegelisahan, rasanya ia ingin meninju sesuatu tapi ia sadar kalau berada di rumah sakit. Mengapa harus dalam jangka waktu yang sedekat ini orangnya terlibat dalam hal berisiko? dan mengapa ia tidak bisa melindungi mereka? "Ini bahaya Anzelion, Xyora belum ditemukan dan sekarang Erden... kita tidak dapat kehilangan lebih banyak orang." kata Luxius sambil memijit dahinya yang sakit. "Segera perketat penjagaan di sini." titah Luxius yang belum ingin beranjak. Anzelion melangkah menjauh. Ia diselimuti rasa tidak enak sekaligus kesal pada Erden yang mengaku sebagai orang yang mendatangi penjara pagi
Anzelion mencari Eron yang tengah bersiap untuk berangkat menyelidiki dokumen mengenai pemilik mata merah terang yang dipercaya sebagai penculik Xyora di pusat kependudukan, menggantikan Erden yang tidak tuntas melakukan pencarian data. Mereka membawa tiga belas orang yang diantaranya sepuluh dari gabungan tim Erden dan Anzelion, serta tiga orang dari Badan Operasi Khusus, anak buah Eron yang sangat berkompeten.Mereka semua berangkat menggunakan portal ruang dan berpindah langsung ke depan gedung yang mereka tuju. Anzelion diam saja menyusun apa yang ingin ia lakukan dalam kepalanya. Sementara Eron berbincang untuk menunjukkan perintah mengenai apa yang harus dilakukan ketiga orangnya nanti untuk efisiensi waktu. Lirikan dari tim yang dibawahi Anzelion sangat ketara. Mereka iri sekaligus bingung apa yang harus dilakukan karena ketuanya diam saja, tidak memberi komando.Anzelion merupakan pria dingin, semua orang tau itu. Sifat dasar Anzelion memang seperti itu tapi ia semakin individu
Eron bersama Anzelion dan timnya melanjutkan pencarian mengenai penyihir hitam di perpustakaan. Tidak adanya informasi lebih lanjut membuat Eron dan Anzelion curiga kalau semua yang menyangkut penyihir hitam sengaja dihilangkan agar tidak terkuak apapun mengenai mereka. Raut wajah dari tiap anggota tim menggambarkan suasana hati mereka yang sudah bosan dan lelah membaca sederetan huruf. Mereka ingin cepat pulang dan beristirahat, alasannya yaitu mereka tau kalau besok pasti mereka harus melanjutkan penyelidikan yang lainnya. Noa menghela napas panjang. Sejak pagi hingga cahaya matahari meredup pekerjaannya hanya membaca-membaca-dan membaca. Tidak ada yang lain. Ia lebih menyukai menangani kasus di lapangan daripada hal ini. Matanya pegal dan badannya terasa kaku. Semua merasakan hal yang sama, namun tidak ada yang berani mengeluh. Menyaksikan Noa, Ether, dan lainnya yang sudah suntuk membuat Anzelion terdorong untuk membubarkan mereka. "Pulang, isi energi kalian untuk besok." uc
Anzelion dan Meimi dikepung oleh segenap anggota kepolisian negri yang tugasnya menjaga pemerintahan. Mereka telah bersiap untuk menggunakan sihir untuk menghalau serangan dari segerombolan polisi yang memakai seragam lengkap dengan alat sihir yang dibawa. Meski jumlah mereka lebih dari lima belas orang, Anzelion dan Meimi tidak takut sedikitpun."Serang mereka!" kata komandannya. Mereka mengangkat senjata menggunakan formasi yang telah disiapkan.Gedung besar yang berada di tengah halaman dengan hamparan bunga di sekelilingnya membuat Meimi dengan bebasnya melancarkan sihir api kesukaannya yang meledak-ledak, tempat itu sangat cocok untuk dijadikan tempat pertempuran. Sudah lama ia tidak dapat bertarung sebebas sekarang karena urusan organisasi yang mengikatnya. Meimi sangat menikmati kebebasan ini. Adrenalin dalam dirinya melonjak naik.Sementara itu, Anzelion menghalau tiap serangan dengan sihir anginnya. Di sini tugasnya hanya mendukung dan membantu Meimi untuk menang lalu mendap
Anzelion melangkah cepat, meninggalkan Meimi yang kebingungan akan perubahan drastis dari sikap Anzelion. Pria itu sedang marah padanya, ia tau. Namun tidak untuk alasannya."Anzelion! berhenti!" Meimi menggunakan sihirnya untuk mengikat Anzelion. Pria berambut hitam itu tidak bisa bergerak menjauh. "Kamu kenapa?" tanyanya tidak mengerti."Kamu tidak bilang akan menyerang mereka!" Anzelion merasakan konflik batin yang kuat. Apa yang Meimi lakukan bertentangan dengan prinsipnya. Telebih Meimi melakukan hal itu dengan membabi buta. "Bukannya kamu pasti sudah menduga saat aku bilang ingin menyerang?" kata Meimi sambil tersenyum penuh arti. Dari awal alibi mencari Erden dibuat hanya untuk menuangkan hasrat bertarungnya.Anzelion baru sadar, betapa naifnya dia. Seharusnya ia menurut pada Luxius dan Kenzo yang melarang serangan ini. Anzelion terlalu termakan dengan ajakan Meimi untuk kepentingannya sendiri. "Janjimu ku tagih nanti."*****Anzelion pergi merenung sebentar di ruangannya. Ia