Anzelion berlarian di koridor rumah sakit. Walaupun sihirnya cukup tinggi, ia tidak bisa berteleportasi langsung ke ruangan istrinya karena sihir perlindungan yang terdapat di sana. Setelah mendengar Xyora yang diculik, Anzelion merasa sedang dibohongi atau semacamnya. Tapi raut wajah Luxius yang sangat serius membuat Anzelion setengah yakin. Setengahnya lagi akan dibuktikan ketika ia melihat kamar rawat Xyora.
Langkahnya terhenti di depan pintu yang telah terbuka lebar. Anzelion bisa melihat Meimi -ketua Divisi Pemantauan dan Kontrol sekaligus penyihir terkuat di organisasi berdiri di sana, mengamati sisa mana gelap yang tertinggal. Anzelion melihat tempat tidur Xyora yang kosong hanya bisa terdiam menyalahkan diri sendiri. Ia seharusnya memberitaukan mengenai tanda-tanda penyihir jahat saat mengerjakan kasus di siang itu, walau masih kemungkinan saja. Ia sangat menyesal. Meimi yang bertubuh mungil melewati Anzelion yang mematung untuk membangunkan anak dan ibu mertua Anzelion yang pingsan terkena dampak sihir orang yang menculik Xyora. Dari sisi manapun jelas yang menculik Xyora bukanlah orang sembarangan. Ia sangat kuat hingga dapat menembus pelindung yang ada dan membuat pingsan seisi lantai yang sama dengan Xyora. Anak buah Meimi yang ada di sana juga keluar mengikuti atasannya. Meninggalkan Anzelion yang masih tidak percaya dengan kejadian ini. Waktu Anzelion terasa berjalan lambat. Pikirannya membeku. Sebenarnya mengapa Xyora terus terlibat? mengapa harus Xyora? ia berharap ini mimpi, sejak kemarin saat Xyora ditusuk. Anzelion termenung lama. Ia masih tidak percaya. Senakin dipikirkan, semakin ia marah pada dirinya dan orang yang menculik Xyora. Sisa mana gelap itu berangsur menghilang, namun rasa kesalnya tidak. Ia harus menemukan Xyora secepatnya! Ketiga anaknya berhamburan menghampiri Anzelion, memberikan pelukan hangat. Secara garis besar Meimi sudah menjelaskan pada mereka. Meimi sedang menenangkan ibu Xyora yang menangis meraung-raung. Wanita yang suka bertindak semaunya itu sangat pandai membaca situasi dan menempatkan diri. "Ayah, bunda..." lirih Skiones sambil menangis sesegukan. Ia sudah menahan cukup lama agar tidak menangis didepan Anzelion, ia tidak bisa menahannya sekarang. Fiento menjatuhkan beberapa tetes air mata yang langsung diusapnya. Ia sudah tidak bisa menahannya. Aeliora ikutan menangis kencang hingga hidungnya berair. Keluarga itu menangis sejadi-jadinya, meluapkan emosi yang selama ini mereka pendam untuk saling menguatkan satu sama lain. Kemudian Anzelion berpikir kembali. Sepertinya ia hanya akan membuang waktu kalau hanya diam menyalahkan keadaan. Ia memiliki pilihan antara meratapi nasib atau mencari Xyora yang menghilang. Aeliora dan Skiones yang kelelahan akibat menangis sejadi-jadinya itu tertidur pulas dengan mata sembab, sedangkan Fiento maju-mundur ingin mengatakan sesuatu pada ayahnya. Ia harus mengumpulkan segenap keberanian. "Ayah..." panggil Fiento pada akhirnya. Ia sudah merangkai kalimat yang bagus sedari tadi untuk menyampaikan sesuatu yang akan mempermudah sang ayah mencari bundanya. "Aku tadi liat sebentar orang yang membawa bunda," Mata Anzelion membulat tidak percaya. Apakah ini titik temunya untuk mencari keberadaan Xyora? "Fien ingat dia memakai baju apa atau bagaimana wajahnya?" Anzelion menunggu jawaban Fiento. Anak itu berpikir keras, bingung bagaimana harus menggambarkannya. "Dia laki-laki yang datang dengan kabut hitam dengan memakai jubah, matanya berwarna merah terang." Deg! Informasi yang sangat bagus ia dapatkan dari Fiento tanpa diduga. Ia harus segera mencari keberadaan orang itu bagaimanapun caranya. "Apa Fien bisa menyebutkan lebih jelas?" pintanya, siapa tau ia bisa mendapat gambaran lebih detail. "Dia diselimuti oleh kabut hitam, aku hanya bisa menatap matanya. Ia tersenyum padaku sambil bilang sampai jumpa dengan gerakan mulut." kata Fiento ragu-ragu. Kepala Anzelion menjadi sakit saat mengetahui target penyihir itu yang selanjutnya adalah anak-anaknya! ***** Anzelion lagi-lagi merasa tidak berdaya. Ia sudah menempatkan penjagaan ketat didekat anaknya. Alat sihir perlindungan secata khusus Meimi berikan pada mereka satu per satu setelah mendengar dari Anzelion bahwa anaknya sedang diincar. Ketiganya beserta ibu mertua Anzelion juga telah dikirimkan ke rumah yang berada di bawah perlindungan organisasi. Dan Anzelion pun mengirimkan satu penyihir terdekatnya untuk menjaga mereka dari kejauhan. Mereka tidak banyak bertanya ingin dikirimkan ke mana, yang pastinya mereka sedang dilindungi. Hanya itu yang mereka percayai. Setengah jiwanya terasa pergi meninggalkan dirinya. Seharusnya ia menempatkan penjagaan yang lebih ketat pada Xyora sehingga ia tidak bisa diculik. Sederet penyesalan menghantuinya. Ia merasa tidak berguna. Banyak pernyataan bagaimana jika... dalam benaknya. Ia masih menawar mengenai apa yang terjadi. Ia harus menerima semua kenyataan tapi rasanya sulit sekali. Pagi ini Anzelion membuka matanya yang terasa berat. Ia tidak ingin menjalankan aktivitas dan tidur seharian. Namun ia harus mencari orang itu. Orang yang sudah menculik Xyora. Mengetahui apakah keadaan Xyora yang baik-baik saja dan apa alasan orang itu terobsesi dengan Xyora? Anzelion mendapat panggilan untuk bertemu secara langsung dengan Kenzo yang disampaikan langsung oleh Luxius yang menemuinya kemarin. Apakah ia harus datang? Anzelion merasa malas untuk bertemu siapa-siapa sekarang. Kamar hotel yang dingin seperti memeluknya dengan erat, tidak ingin melepaskannya. Saat Anzelion mulai pulas kembali, sinar matahari menyorot pada matanya. Ia sangat kesilauan. "Hei bangun!" teriaknya dengan kencang menggema di ruangan. Anzelion sangat hapal. Suara itu milik Meimi. "Kenzo menunggumu! kalau kau tidak mau bangun, aku akan membawamu ke kantor dengan keadaan seperti ini," kata Meimi dengan suara cemprengnya. Inilah sifat aslinya, Meimi itu wanita bar-bar, bukan lemah lembut seperti kemarin. Anzelion yang masih pura-pura tidur itu tidak kunjung membuka mata. Akhirnya Meimi membawanya dengan kasurnya langsung di kantor. Wanita itu memang gila.Hujan yang sangat deras pun tidak dapat menyamarkan suara teriakan wanita dari luar. Anzelion mendengarnya walau hanya sekilas. Tangannya meraba ke sebelahnya, mencari keberadaan sang istri. Ternyata wanita itu tidak ada di sana. Anzelion memaksakan diri untuk bangun. Ia bergegas keluar dari kamar. Ia harus memastikan keberadaan istrinya baru bisa merasa tenang. Anzelion masih mengumpulkan kesadarannya yang belum sepenuhnya ia miliki saat ini. Mata Anzelion melihat ke arah pintu rumah yang terbuka lebar. Kantuknya seketika menghilang. Ia merasa ini sangat janggal, apalagi masih jam dua malam. Tidak mungkin Xyora ke luar. Ia mencarinya hingga ke tiap sudut ruangan sekaligus waspada akan kemungkinan pencuri yang masuk. "Xyora!!" panggil Anzelion sekeras mungkin, berharap ada jawaban. Ia harus segera menemukan Xyora, lebih tepatnya sekarang juga. Pintu kamar anaknya ia buka dengan cepat dan menimbulkan bunyi yang cukup keras. Tapi Anzelion sudah tidak peduli apapun lagi selain menem
Divisi Penegakkan Hukum atau lebih dikenal dengan polisinya Organisasi Pas Compris merupakan divisi yang memiliki tiga unit bagian, diantaranya: Badan Reverse Kriminal, Badan Pemeliharaan Keamanan, serta Badan Operasi Khusus. Ketiganya dibuat dengan tujuan untuk melindungi masyarakat. Mereka diberikan alat-alat sihir sebagai senjata untuk melawan sesuatu yang berertentangan dengan hukum. Anzelion merupakan salah satu ketua tim dari Badan Reverse Kriminal yang diketuai oleh Luxius. Menjelang pagi, Luxius mendapatkan telepon dari Elle -sekretaris yang menjabat di Organisasi Pas Compris. Ia meminta untuk mengantarkan beberapa orang untuk datang ke rumah Anzelion karena di sana terdapat sebuah kejadian buruk yang semakin cepat ditangani, makin baik. Sesuai permintaan Elle, Luxius menelpon Eron -ketua tim Badan Operasi Khusus dan juga menghubungi polisi yang sedang shift malam untuk bersiap untuk menangani kasus. Keduanya beranjak pergi menuju rumah Anzelion, berupaya menyelidiki dan me
Anzelion melihat ketiga anaknya berkeliaran di rumah sakit karena nenek mereka-Dirly tidak ingin meninggalkan Xyora kecuali di malam hari. Mereka akan tidur di hotel dekat rumah sakit ketika malam dan memaksa masuk di pagi hari, ingin terus berada di sebelah Xyora. Begitulah katanya. Ayah mana yang hatinya tidak tercabik ketika melihat perubahan yang banyak terjadi pada anaknya. Anzelion sedang melihat hal tersebut. Skiones yang keceriaannya berkurang dan selalu memaksakan senyuman ketika berada di dekatnya, seperti memberikan dorongan untuk terus kuat dan tabah. Terlalu menyakitkan untuknya. Semestinya ia yang menguatkan anaknya kan? Berbeda dengan Fiento, anak itu tidak bicara sama sekali jika menurutnya tidak terlalu penting. Memang dia pendiam, tapi sekarang bertambah parah. Fiento juga menghabiskan banyak waktu untuk berada di sebelah Xyora. Memandanginya dan mengamati alat yang terpasang pada tubuh Xyora beserta bunyinya. Fiento seperti sudah menghafal iramanya, tiap kali ada
Anzelion memutuskan untuk segera kembali setelah memastikan tidak ada korban yang terluka. Ia harus melaporkan kejadian hari ini pada Luxius, beserta kemungkinan mereka akan datang lagi karena tujuannya belum tercapai. "Pak, saya tidak ingin membuat laporan. Tolong dengarkan saya baik-baik," ujar Anzelion dihadapan Luxius. Ia ingin cepat pulang. Luxius hanya meliriknya sebentar dan melanjutkan tugasnya kembali. Anzelion menyimpulkan Luxius menyetujui ucapannya, "Mereka melarikan diri... muncul kabut hitam lalu mereka berteleportasi," ia terdiam sejenak,. "Mata para pemungut pajak itu juga terlihat kosong." Kini Luxius mulai tertarik mendengarkan ucapan Anzelion dengan serius, ia menyingkirkan kertas yang sedang ia baca. "Lanjutkan laporanmu." kata Luxius tegas. Anzelion mengingat-ngingat, kejadian penting hari ini hanyalah itu, memang apa lagi yang harus ia laporkan? "Sepertinya mereka akan mencoba di tempat lain karena hari ini tidak berhasil." Anzelion berkata demikian. Ia bingu