Share

3. Kasus Darurat

Anzelion memutuskan untuk segera kembali setelah memastikan tidak ada korban yang terluka. Ia harus melaporkan kejadian hari ini pada Luxius, beserta kemungkinan mereka akan datang lagi karena tujuannya belum tercapai.

"Pak, saya tidak ingin membuat laporan. Tolong dengarkan saya baik-baik," ujar Anzelion dihadapan Luxius. Ia ingin cepat pulang.

Luxius hanya meliriknya sebentar dan melanjutkan tugasnya kembali. Anzelion menyimpulkan Luxius menyetujui ucapannya, "Mereka melarikan diri... muncul kabut hitam lalu mereka berteleportasi," ia terdiam sejenak,. "Mata para pemungut pajak itu juga terlihat kosong."

Kini Luxius mulai tertarik mendengarkan ucapan Anzelion dengan serius, ia menyingkirkan kertas yang sedang ia baca. "Lanjutkan laporanmu." kata Luxius tegas. Anzelion mengingat-ngingat, kejadian penting hari ini hanyalah itu, memang apa lagi yang harus ia laporkan?

"Sepertinya mereka akan mencoba di tempat lain karena hari ini tidak berhasil." Anzelion berkata demikian. Ia bingung sebenarnya apa yang ingin Luxius dengar? Luxius sangat tau kalau ia tidak pandai bercerita, jika ingin tau sesuatu darinya, lebih baik langsung bertanya saja. "Apa lagi yang kau ingin ketahui?" tanya Anzelion yang tidak bisa mengerti isi pikiran Luxius.

"Tentang kabut hitam saat teleportasi dan mata yang terlihat kosong, apa maksud yang itu?" Luxius meminta penjelasan. Anzelion yang sekarang sangat irit berbicara, membuatnya sampai bingung apa yang sedang ingin disampaikan padanya. "Bukannya kamu bisa menyimpulkannya sendiri? Isi pikiranmu tidak mungkin berbeda denganku kan?"

Luxius menarik napas panjang. Berdebat dengan pria pendiam yang ahli bersilat lidah ini sangat merepotkan. Padahal lebih mudah untuk memberitaunya langsung apa yang ia pikirkan. Tapi Anzelion malah main tebak-tebakan dengannya, "Mereka sedang dikendalikan penyihir jahat?" Luxius menebak tepat sasaran. Kemudian keduanya saling tatap dengan lamunannya masing-masing.

*****

Luxius telah membuat persiapan terhadap alat sihir, ia masih belum bisa menyebarkan informasi mengenai penyihir yang memiliki energi hitam. Bukti lebih banyak harus ditemukan sebelum membuat pernyataan tersebut.

Dua hari berlalu dengan sangat tenang hingga Anzelion merasa ada yang janggal. Apakah ini betulan kedamaian? atau pelangi sebelum badai? Jika seperti ini terus, besok Anzelion akan mulai mencari lebih banyak informasi untuk mengungkap pelaku penusukan Xyora.

Hari sudah siang, tepatnya jam satu. Seluruh orang di organisasi dapat mendengar sirine yang berbunyi nyaring, memekakkan telinga. Menandakan akan dilaksanakannya rapat dadakan penting tak bisa ditunda, yang wajib dihadiri oleh seluruh anggota organisasi tanpa terkecuali. Seluruhnya masuk ke dalam aula besar untuk mendengarkan komando. Anzelion berada diantara ratusan orang yang menunggu perintah.

Raphio, -ketua organisasi ini muncul untuk berbicara dipodium, pria itu memiliki rambut yang menyala terang. Ini pertama kalinya Anzelion melihatnya secara langsunb, karena sang ketua sangat jarang keluar kamarnya. Ada yang bilang Raphio itu vampir sehingga tidak bisa keluar ketika ada matahari, ada juga yang mengatakan Raphio jelmaan phoenix.

Seluruh mata tertuju pada Raphio, menatap wajah orang yang jarang muncul itu dengan terkesima akan kharisma yang menyelimutinya. "Anak-anakku sekalian, kalian mungkin sudah melihat puluhan kasus datang mendadak. Kita diharuskan bersatu untuk melawan mereka, para penjahat yang entah apa tujuannya."

"Semoga kita dapat menghapuskan kejahatan di bumi. Dengan ini aku memerintahkan kalian untuk bekerja sama dan menangkap mereka yang berbuat kejahatan." lanjut Raphio. Ia langsung menghilang saat itu juga, entah berteleportasi ke mana.

Pidato singkat dari sang ketua mengobarkan api semangat di hati seluruh organisasi. Anzelion yang melihat Raphio, sangat merasa takjub. Ternyata beberapa kalimat saja bisa menggerakkan hati orang lain sebanyak ini, termasuk dirinya.

Anzelion akan mengkoordinasi timnya yang terdiri atas lima orang anggota. Mereka harus segera bergerak, agar tidak ada korban yang berjatuhan. Luxius meminta waktu lima menit untuknya memberikan wejangan, lebih tepatnya bahan untuk memacu semangat anak buahnya.

"Untuk sekarang, karena kondisinya sangat kacau, aku akan membuat ketentuan khusus hari ini. siapapun yang memecahkan kasus cukup banyak, tidak perlu membuat laporan kasus. cukup catatan singkat saja." ujar Luxius memberi kebijakan sementara untuk membuat mereka tambah bersemangat dan menyelesaikan kasus sebanyak yang mampu mereka lakukan.

"Kita akan bertemu lagi nanti. Jangan sampai ada yang terluka dan kalian harus saling membantu, seperti kata ketua."

"Baik pak!" ucap mereka serempak. Setelahnya mereka bubar.

Seluruh tim yang dikerahkan ingin menggunakan portal ruang secara bersamaan sehingga mengantri panjang. Mereka tidak bisa masuk sekaligus untuk tempat yang berbeda, mungkin itulah kelemahan portal ruang.

Teleportasi bukanlah sihir yang mudah digunakan, apalagi memiliki resiko yang besar.

"Apakah kita tidak mengantri?" tanya Ether, salah satu rekan tim yang akan pergi bersama Anzelion.

"Mengantri terlalu lama, kita akan pergi dengan teleportasi milikku. Tapi aku...." perkataan Anzelion tidak tuntas, takut Ether yang akan menolak ikut teleportasi miliknya kalau ia berkata yang sejujurnya.

"Kenapa Anz?" cecar Ether, ia sangat ingin tau lanjutannya.

"Hm... Aku takut kalau teleportasi ku tidak berhasil, kalian bisa tercincang maupun organ kalian bisa saja terginggal oleh kecepatan perpindahan yang begitu cepat." Anzelion tidak bercanda, hal itu pernah terjadi hingga diberitakan di media massa.

"Tapi aku sudah membulatkan tekad. Ayo kita menggunakan teleportasiku saja." putus Anzelion pada akhirnya. Mereka tidak memiliki waktu untuk memikirkan ucapan Anzelion barusan.

Walau yakin tidak yakin sepenuhnha, Ether paling duluan maju ke lingkaran sihir yang dibuat Anzelion dengan indahnya dibandingkan temannya yang lain. Mereka ikut saja, mencoba mempercayai Anzelion yang pasti tidak akan menyakiti mereka. Mungkin.

Rapalan mantra Anzelion ucapkan dengan sungguh-sungguh. Teleportasi dalam jangkauan untuk beberapa orang ia lakukan dengan harapan rapalannya sempurna agar tidak harus mempertaruhkan keselamatan timnya.

Jantung semua orang disekitar Anzelion berdetak lebih kencang, Anzelion sendiri pun sama. Ini pertama kalinya membawa orang lima orang untuk berteleportasi, biasanya hanya satu dua orang. Kebanyakan dari mereka memejamkan mata, berharap semuanya berjalan dengan baik.

Mereka semua tiba dengan menghela napas lega. Tidak ada organ yang tertinggal maupun luka sedikitpun, setelah mereka memeriksa miliknya masing-masing.

Anzelion bisa melihat kasus yang sama dengan waktu itu. Orang yang sedang ditodongkan pisau lehernya kemudian mereka yang memohon ampunan. Ia tidak mungkin salah ingat. Kasusnya sama persis sehingga Anzelion dibuat kebingungan.

Anzelion menatap lekat-lekat mata para pembuat onar tersebut. Ternyata benar tatapan mereka kosong dengan warna pupil menghitam. Berarti mereka betulan sedang dikendalikan dari jauh, kemungkinan besarnya begitu.

Anzelion diam saja tidak melakukan apapun. Ia tenggelam dalam pikirannya.

Ia ingin tau kalau mereka tidak maju, apakah pada pemburu pajak itu akan tetap menusuk? atau tidak?

Sebenarnya Anzelion bertaruh cukup banyak kalau orang itu tidak akan menusuknya. Mengingat pada kasus serupa, tidak ada penduduk yang tidak pernah disakiti sama sekali.

"Kenapa anda diam saja pak? perintahkan kami." pinta Ether tidak tega melihat pelaku mengarahkan pisau ke leher wanita yang tidak berdaya.

"Kalau anda tidak ingin maju. Biar saya saja," ungkap Noa yang tidak bisa menunggu lebih lama, lalu lari tanpa perhitungan menuju seseorang yang memegang pisau tadi.

"Merepotkan," gumam Anzelion sembari mengeluarkan sihir angin untuk menghentikan langkan rekan Erden yang tanpa pikir panjang.

Anzelion menampakkan diri lalu tidak sengaja menatap pada penduduk dari dekat. Mata mereka sama seperti para pengambil pajak itu. Hitam dan tatapannya kosong. Ia baru sadar akan hal tersebut setelah melihat lebih dekat.

Tangannya mengarahkan untuk menjauhkan baik para penjarah harta maupun penduduk menjadi dua bagian. Menggunakan sihir, ia kembali membuat padatan oksigen seperti waktu itu. Untuk memberi jarak pada keduanya.

Pikiran Anzelion melanglang buana jauh meninggalkan raganya. Sepertinya orang yang mengendalikan pikiran mereka sengaja membuat kasus ini, seolah-olah terjadi kerusuhan. Untuk apa orang itu melakukan ini?

Apakah memang rencananya membuat mereka sibuk sebagai pengalihan dari hal yang lebih besar? Anzelion terdiam cukup lama. Ia harus berpikir.

"Ether, tolong tangani ini. Aku akan pergi ke tempat lain." ujar Anzelion lalu berpindah tempat ke tempat kasus lainnya berada.

Anzelion pindah ke tempat kasus lain untuk memeriksa apakah dugaannya benar atau salah. Ternyata benar. Ini semua kasus yang sama persis dengan skenario berbeda. Tapi mata mereka terlihat sama, sedang dipengaruhi pikirannya dari kejauhan.

Anzelion menyimpulkan kalau ini merupakan langkah untuk membuat Pas Compris lengah akan sesuatu. Ia harus secepatnya kembali ke kantor, ia harus memberitahu yang lain.

Sebelum pergi ke kantor, Anzelion melihat keseluruhan dari mereka jatuh, terbaring lemas tak berdaya. Sepertinya pengaruh pengontrol pikiran sudah dilepaskan. Beberapa yang langsung bangun matanya sudab hidup, tidak lagi kosong. Pasti ini betulan direncanakan, batin Anzelion.

Ia sampai di kantor. Disambut dengan ekspresi wajah Luxius yang tidak mudah di baca. "Xyora.... telah menghilang Anzelion. Sepertinya ia diculik."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status