Share

BAB 2: Menemukan Dia

Anna berteriak, semua orang menyaksikan, membuat Akira dengan terpaksa melepas genggamannya. Anna tidak melewatkan kesempatan melarikan diri menjauh dari kerumunan itu, mengamankan diri dan mencari sebuah toilet. 

Sementara Akira dengan seluruh kebingungan, kelegaan, dan marah bercampur aduk namun dia masih tidak bergeming, memandangi gadis yang ia cari puluhan tahun sekrang sedang berlari menjauhinya tanpa menoleh. Sementara, ajudannya dengan cepat segera menelepon untuk mengetahu seluruh informasi tentang Anna.

"Apa karena penutup kepala itu, aku tidak pernah menemukannya bahkan dengan data milik FBI sekalipun?" gumam Akira, dia menatap anak buahnya, "Bawa dia kepadaku secepatnya!" perintahnya tegas. Semua anak buah yang mendampingin berpencar ke posisi masing-masing. Menyisakan dua hingga tiga saja yang masih bersama Akira menuju ruang VIP. Dia telah mempersiapkan diri untuk meraih paksa hidup seorang gadis masuk ke kehidupannya.

Wangi tubuh Anna masih hingga di tangannya, tangan itu mengepal, menghirup udara dan wangi tangan lembut yang khas di indra penciumannya. 

Sementara itu, Anna dengan napas masih memburu, dia tidak pernah setakut itu sebelumnya, lengan yang diraih oleh lelaki yang sedikit tua itu memerah karena digenggam kuat olehnya. Anna membersihkan wajahnya, ada kekhawatiran besar di sana, yang ia tidak tahu dari mana asalnya. Dia membenahi pakaiannya yang cukup berantakan karena berlarian tadi. Memastikan tidak ada yang mencurigakan di sekelilingnya Namun, ia menatap sepasang mata pemilik cleaner yang ia taksir memerhatikannya dari tadi, Anna memutuskan menyapanya ramah sambil tersenyum dan menganggukkan kepala, lalu ia dengan cepat meninggalkan tempat itu menuju pintu keberangkatannya, sambil terus memperhatikan sekeliling. 

Akira di ruangan tunggu pribadinya tidak sabar menunggu salah satu informannya datang, entah membawa gadis itu secara paksa atau setidaknya sesuatu tentangnya yang harus ia ketahui. Sudah sepuluh menit dan dia semakin tidak tenang. Tepat sebelum ia hendak murka, informan yang berdiri di barisan anak buahnya membawakan tab dan menyerahkan berkas digital itu kepadanya.

"Annastasia...." gumamnya, "nama yang bagus sekali!" Akira terus membaca, menemukan bahwa gadis itu 

"Kami berencana membawanya tanpa keributan, jadi kemungkinan kita akan mendapatkannya dalam 15 menit. "

"KENAPA LAMA SEKALI!" Akira benar-benar kehilangan kesabaran, belasan tahun dia mencari, tapi bahkan menunggu beberapa menit saat dia tepat di hadapannya sungguh membuatnya menderita. 

"Gadis itu tampak masih waspada dan mengawasi sekelilingnya, dia akan menarik perhatian jika kita memaksa membawanya sekarang, saya sedang melakukan satu cara yang bisa membawanya ke sini dengan mata terbuka..." 

"Hei kau, bawakan aku bir, aku tidak bisa tenang menunggu seperti ini," salah satu bawahannya bergegas mencari minuman itu. 

Dia kembali melihat informasi tentang Anna. Dia masih sangat muda, usinyanya masih 24 tahun, seorang gadis yang nampak cerdas, sayangnya dia yatim piatu dan menghidupi dirinya sendiri. Dan wajah cantik khas asia campuran yang memiliki titik bersinar di pipi atas kiri tepat di bawah matanya, sangat cantik sekali, "Anna, akhirnya, aku menemukanmu.."

...

Anna sampai di gate keberangkatannya, dia masih berusaha tenang dan berpikir positif, tidak mungkin terjadi apa-apa jika dia tetap berada di keramaian. Waktu keberangkatannya masih lima belas menit lagi, tapi antrian memasuki pesawat sudah dibuat. Anna selalu menunggu semua orang masuk baru mengambil tempat di antrian, namun, kali ini, dia memutuskan untuk antri lebih awal karena ingin masuk pesawat lebih cepat, tanpa menunggu semua penumpang masuk. 

Tibalah saat pemeriksaan akhir paspor dan boarding pass, waktu yang dibutuhkan memeriksa dokumen Anna lebih lambat daripada yang lain.

"Nona Annastasia?" petugas itu memastika namanya.

"Ya, apakah ada masalah?" tanyanya ragu, semuanya seharusnya baik-baik saja.

"Hmm begini nona, ada masalah terhadap bagasi yang Anda daftarkan, ada dua warna yang sama namun tidak ditemukannya tag yang benar, kami takut terjadi pertukaran yang tidak disengaja, apakah nona bersedia ikut dengan kami dan memastikan koper mana yang merupakan milik nona?"

"Kenapa bisa bisa begitu ya? Kenapa aku baru diberitahu sekarang?" Anna ingat betul saat melakukan check-in dan semuanya terlihat benar, ada label yang ditempelkan di kper miliknya.

Mohon maaf nona atas kelalaian petugas kami," petugas itu berhenti sejenak, seorang petugas lainnya membisikkan sesuatu padanya, membuat Anna semakin tidak enak hati. "... sebagai gantinya, bagaimana jika penerbangan ini diberikan pengembalian dana 100% atas masalah terjadi?" tawarnya seketika membuat Anna tergiur. Namun juga membuatnya semakin curiga, tapi jika benar, dia tidak ingin tiba2 membawa koper orang lain, kesempatan yang bagus mendapatkan tiket pesawat gratis.

"Baiklah, kemana saya harus pergi?"

Petugas itu tersenyum puas, "Mari ikut saya, Nona."

Anna dibawa ke sisi lain menjauhi pintu keberangkatan tempat ia seharusnya berada. Dia mengingat nomor yang ditulis besar di badan pesawatnya,  semoga dia cepat kembali dari penyelesaian masalah ini. 

"Kita akan ke mana?" Anna baru menyadari bahwa dia di bawa terlalu jauh dari pintu keberangkatan, seharusnya koper bagasi sudah ada di dalam atau setidaknya di dekat pesawat. Namun petugas itu hanya diam dan terus berjalan.

"Ini saya sebenarnya dibawa kemana?" Anna mulai menaikkan nada bicara, merasa sesuatu yang tidak beres sedang terjadi. 

"Kopernya ada di ruangan itu, Nona. Mari ikut saya.." ini sungguh semakin mencurigikan, persentan dengan kopernya, Anna memutuskan untuk lari diam-diam menjauhi tempat ini. Namun, tepat sebelum ia sempat mundur dan berbalik badan, dua badan besar tegap sudah menguncinya kedua lengannya dan memaksanya terus berjalan ke depan. 

"Lepas! LEPASKAN AKU! KALIAN SIAPA!" Anna berteriak, namun dia baru sadar tidak ada orang di sekitarnya, suasana sudah lengang dan mulutnya sedang di bungkam. Petugas perempuan di depannya terus berjalan menuju sebuah pintu megah, sebuah ruangan yang ketika dibuka, sedang duduk seseorang yang satu jam belakangan terbanyang-banyang di benaknya dan membuatnya ketakutan. Anna meremas lengannya, rasa sakit akibat digenggam terlalu keras kembali membuatnya kesakitan. 

Udara di ruangan itu terasa dingin mencekam. Akira yang tadinya duduk, berdiri tegap menghampiri Anna. Anna mundur beberapa langkah, tapi di belakangnya juga sedang berdiri dua orang berbadan yang cukup untuk meremukkan tubuh kecilnya. Anna bertubuh standar gadis asia dengan tinggi 158 cm, sedangkan Akira, melihatnya ke bawah dengan tinggi setidaknya 185 cm. Ia sempat mengusir seluruh anak buahnya keluar ruangan dan menyisakan satu dari mereka menghadap ke pintu. Ruangan ini terlalu sempit untuk melarikan diri. Anna hanya diam membeku, terus memikirkan bagaimana cara melarikan diri.

Akira membungkukkan badannya, melihat tepat ke wajah Anna yang memalingkan pandangan karena ketakutan.

"Hai.." Akira menyapa dengan suara gemetar. Ini sangat bersemangat menyapa gadis di depannya.

"Siapa nama kamu?" Akira bertanya dengan lembut, namun tetap sangat menakutkan di pendengaran Anna.

"Kamu yang siapa, kenapa membawaku ke sini? Apakah aku mengenalmu? Apakah aku berbuat salah padamu!" Anna tergesa-gesa melontarkan sembarang pertanyaan.

Tapi, Akira sama sekali tidak memperhatikan apa pun selain bibir mungil milik Anna, bibir tipis favoritnya yang seolah terus meminta mencumbuinya. "Benar, salahmu kenapa baru muncul ke kehidupan nyataku! Kamu seharusnya datang lebih cepat dan mengakhiri penderitaan yang kamu sebabkan."

"KAMU GILA YA!" 

"Lalu kenapa jika aku tergila-gila denganmu, hah?" tanpa menunggu lagi, Akira meraih pinggang Anna, menahan kedua lengannya di belakang dengan tangan kirinya, dan menahan dagunya agar siap menerima ciuman panas darinya.  

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status