Anna tidak berani menjawab. Di dalam benaknya tergambar serangkaian kemungkinan untuk terus melepaskan diri."Hey katakan sesuatu, jangan diam saja, Bukankah beberapa jam yang lalu kamu masih dengan lantang meneriakiku, apa yang sedang kamu pikirkan?" Akira mengatakannya sembari mendekati wajah Anna, Anna mendorongnya pelan, hingga bagian belakang tubuhnya bersandar pada bantal yang tegak membatasi gerak mundurnya hingga tidak lagi bisa menghindari Akira."Ayo kita makan setelah ini!" ajaknya lembut, dia merasa Anna sudah sedikit melunak.Anna hanya mengangguk."Apakah kamu ingat, apa yang kita lakukan beberapa saat lalu? Tahukah kamu bahwa Itu adalah momen terbaik yang tidak akan aku lupakan!""Tidak, aku tidak ingat apa pun!" bantah Anna tegas."Haruskah kita ulangi lagi supaya kamu ingat?"Anna dengan kekuatan lebih kuat mendorongnya hingga mereka berdua kembali dalam posisi duduk."Aku lapar!" Anna mengalihkan pembica
Akira tersenyum kecut, dia mendapatkan ide cemerlang seandainya Anna berhasil melarikan diri lagi."Baiklah kalau begitu maumu!" jawabnya kemudian berlalu meninggalkan Anna menuju kamar pribadinya.Sesaat saat dia menutup pintu, dia menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Telah banyak hal yang terjadi hari ini. Mulai dari pria tua mabuk yang berusaha membunuhnya, namun gagal karena tembakan salah sasaran dan justru menciderai salah satu anak buahnya, sebagai gantinya, dia terpaksa membunuh pria itu di tempat dengan dua tembakan di kepala. Belum lagi ketika Anna dengan mudahnya sampai ke halaman depan mansion, di mana sedikit lagi saja dia bisa kehilangan Anna. Tapi yang paling ingin dia bayangkan adalah saat-saat menyentuh gadis kesayangannya itu. Dia menjilat bibirnya, berharap ada aroma manis yang masih tertinggal di sana. Untuk pertama kali di dunia nyata ia merasakan kelembutan gadis itu. Dia menyentuh dadanya, membayangkan saja membuat degup jantungnya tak karuan, lantas tersenyum.Pa
Malam itu, ia memakai dress di atas lutut berwarna merah, menampakkan paha kecil putih mulus miliknya. Tidak ada yang lebih cantik bagi Akira selain ketika perempuan yang begitu dicintainya memakai pakaian terbaik untuk menggodanya. Ciuman hangat perlahan berubah menjadi lebih ganas. Walaupun perempuan ini sudah berpengalaman, dia ternyata belum bisa mengatur napasnya ketika berciuman, sehingga dalam beberapa saat, dia melepaskan ciumannya sejenak untuk bernapas. Seidkit berbeda seperti Anna di dunia nyatanya, yang terlihat begitu lugu dan seperti tidak pernah dicumbu lelaki lain, perempuan ini sangat lihai melayani Akira, melayaninya dengan cara kreatif dan tidak pernah ia sangka-sangka."Aku suka kamu memakai ini?" di tengah jeda berciuman itu, Akira mengambil kesempatan untuk memuji, sedangkan perempuan itu masih terengah-engah."Ah benarkah, bukankah kamu lebih suka aku tidak memakai apa pun?"Akira tertawa lepas, lalu mengangguk. "Jika itu ada padamu, maka segala hal aku akan suka
"LAKUKAN....! Lakukan semaumu..." sambil berderai air mata dan suara serak, ia memberi sebuah keputusan besar.“Lakukan saja apa yang kamu mau sesegera mungkin, kenapa harus menahanku!!!” ujarnya setengah berteriak dan tubuh menggigil di bawah shower.“Tapi aku mohon, berjanjilah untuk melepaskan aku setelah itu…”Akira terpaku di tempatnya, dengan pandangan yang tajam dia mencerna semua perkataan Anna dengan baik, didekatinya Anna, sembari menelan ludah yang sedari tadi menggenang di tenggorokannya, “Kalau begitu yang kamu mau, Baiklah!! Aku tidak akan sungkan sekarang!!”Segera setelah mengatakannya, dengan sigap diraihnya tubuh ringan itu dan menggendongnya segera keranjang. Anna sendiri dengan berderai air mata, menurut dan mempersilakan Akira menikmati tubuhnya malam ini, jika memang inilah harga yang harus ia bayar untuk kebebasannya. Anna benar-benar ingin lepas dari jeratan Akira, bagaimana pun caranya, termasuk menyerahkan kesuciannya sendiri.Akira menurunkan pelan tubuh Anna
Setelah sekitar dua menit dalam posisi berpelukan yang sama, dan dengan Anna yang sudah bertelanjang dada, menyisakan CD yang pasti juga akan lucut sebentar lagi. Akira perlahan mendorong tubuh Anna untuk kembali terlentang. Anna panik setengah mati, ia merasa sangat malu karena kedua gunung kembarnya sedang tidak ditutupi oleh sehelai benang pun.Akira yang paham akan posisinya segera meraih selimut tebal dan menariknya ke belakang punggungnya hingga juga menutupi sebagian tubuh Anna.Anna benar-benar linglung, perasaan macam apa ini. Kenapa sekarang dia justru secara sukarela menginginkan pria ini berbuat demikian. Ada sensasi berbeda yang dapat ia rasakan dari dalam tubuhnya. Kulitnya dingin, namun perasaanya hangat.Anna masih dengan setia menutupi dadanya, membuat Akira tersenyum miring melihat tingkat gadisnya yang menggemaskan ini. Dibelainya rambut Anna, ada bau wangi yang identik dari setiap helaian rambutnya, dengan perlahan, wajahnya
"Ah.. Uhhh.. Ahh Ahhh Ahhhhh.." Suara perempuan itu selalu merdu terdengar di pendengarannya. Desahan yang membuatnya semakin bersemangat mempercepat gerakan masuk keluar pada lubang kenikmatan kekasihnya. Akira selalu menantikan momen ini ketika ia menuju ranjangnya."Aku.... mauu.... keluar, Sayang!!" jerit perempuan itu. Suaranya selalu membuat candu. Akira semakin mempercepat genjotannya dan, "Ahhhhhh..." iya melihat cairan licin keluar, perempuan yang selalu dia mimpikan selama belasan tahun ini.Akira tidak pernah bosan melihat wajahnya. Setiap inci tubuh di hadapannya ini, telah terpaut dalam ingatannya. Akira sangat menyukai tahi lalat di lengan sebelah atas tepat lima ruas jari di bawah ketiaknya. Sebuah tanda coklat yang cantik di kulit putih bersih milik perempuan itu. Tubuhnya sedikit berisi tapi tidak gemuk. Bibirnya tipis dan rasanya selalu manis membuat Akira tidak berhenti menciuminya. Walaupun payudaranya tidak besar, namun, ia memiliki pinggul bulat seperti buah peac
Anna berteriak, semua orang menyaksikan, membuat Akira dengan terpaksa melepas genggamannya. Anna tidak melewatkan kesempatan melarikan diri menjauh dari kerumunan itu, mengamankan diri dan mencari sebuah toilet. Sementara Akira dengan seluruh kebingungan, kelegaan, dan marah bercampur aduk namun dia masih tidak bergeming, memandangi gadis yang ia cari puluhan tahun sekrang sedang berlari menjauhinya tanpa menoleh. Sementara, ajudannya dengan cepat segera menelepon untuk mengetahu seluruh informasi tentang Anna."Apa karena penutup kepala itu, aku tidak pernah menemukannya bahkan dengan data milik FBI sekalipun?" gumam Akira, dia menatap anak buahnya, "Bawa dia kepadaku secepatnya!" perintahnya tegas. Semua anak buah yang mendampingin berpencar ke posisi masing-masing. Menyisakan dua hingga tiga saja yang masih bersama Akira menuju ruang VIP. Dia telah mempersiapkan diri untuk meraih paksa hidup seorang gadis masuk ke kehidupannya.Wangi tubuh Anna masih hingga di tangannya, tangan i
"Lalu kenapa jika aku tergila-gila denganmu, hah?" tanpa menunggu lagi, Akira meraih pinggang Anna, menahan kedua lengannya di belakang dengan tangan kirinya, dan menahan dagunya agar siap menerima ciuman darinya. Ciuman itu begitu lembut membuat Anna diam membeku sejenak saking terkejut, namun kedua tangannya tengah ditahan begitu erat hingga ia tidak mampu bergerak sedikit pun, ia mencoba meronta-ronta, mendorongnya sekuat tenaga, tapi hasilnya nihil. Tubuh kecilnya tidak mampu bersaing dengan tubuh pria matang yang sedang mendekap tubuhnya.Anna menutup bibirnya rapat sambil terus meronta dan melepaskan diri. Ia kehabisan napas, namun Akira hanya sempat melepaskan pagutannya dua detik lantas langsung mengejar bibir kecil yang memesona itu dengan ganasnya. Bibir ini selalu ia rasakan setiap malam di dalam mimpinya. Bibir yang manis dan lembut, membuat siapa saja yang menyentuhkan ingin kembali menyentuhnya. Anna masih mencoba melepaskan diri, Akira menggigit bibirnya, membuka cela