"Ah.. Uhhh.. Ahh Ahhh Ahhhhh.." Suara perempuan itu selalu merdu terdengar di pendengarannya. Desahan yang membuatnya semakin bersemangat mempercepat gerakan masuk keluar pada lubang kenikmatan kekasihnya. Akira selalu menantikan momen ini ketika ia menuju ranjangnya.
"Aku.... mauu.... keluar, Sayang!!" jerit perempuan itu. Suaranya selalu membuat candu. Akira semakin mempercepat genjotannya dan, "Ahhhhhh..." iya melihat cairan licin keluar, perempuan yang selalu dia mimpikan selama belasan tahun ini.
Akira tidak pernah bosan melihat wajahnya. Setiap inci tubuh di hadapannya ini, telah terpaut dalam ingatannya. Akira sangat menyukai tahi lalat di lengan sebelah atas tepat lima ruas jari di bawah ketiaknya. Sebuah tanda coklat yang cantik di kulit putih bersih milik perempuan itu. Tubuhnya sedikit berisi tapi tidak gemuk. Bibirnya tipis dan rasanya selalu manis membuat Akira tidak berhenti menciuminya. Walaupun payudaranya tidak besar, namun, ia memiliki pinggul bulat seperti buah peach. Kulitnya halus dan tidak memiliki bulu. Parfum yang ia kenakan juga identik. Semua hal darinya, selalu membuat Akira ingin terus menyentuhnya lagi dan lagi.
"Siapa namamu?" tanya Akira, ia selalu menanyakan hal itu ketika mereka selesai bersenggama.
"Kamu memanggilku 'Sayang'!!" jawabnya, jawaban yang selalu sama.
Selesai ia menjawab demikian, Akira langsung mengejar bibirnya, menciuminya lembut sebelum mulai memegutnya lebih keras. Perempuan itu menolak sejenak, karena iya tahu, bahwa Akira mulai bergairah, dan ia merasa sangat lelah untuk melanjutkan ronde berikutnya. Namun hasilnya nihil, Akira selalu pandai membuatnya segera basah dan siap menghujani tempat kenikmatannya untuk kesekian kalinya. Penis Akira selalu gagah dan berdiri tegak sesederhana karena kulit mereka saling bersentuhan. Di momen ini, mereka begitu saling mencintai.
Perempuan itu membuka lebar kakinya, pasrah dengan apa yang akan dilakukan Akira. Akira dia sejenak sebelum masuk, menatap lubang yang sudah memerah akibat ulangnya, dia menyentuh dengan jarinya, terasa begitu basah dan menggairahkan, sementara perempuan itu sudah menggelat dan menggoyang-goyangkan pinggulnya.
"Memohonlah padaku!!" Akira memberi perintah!
Perempuan itu diam sejenak, "Tidak mau!" tolaknya manja. Akira tahu dia memiliki kepribadian yang kuat. Tanpa menunggu, junior yang sudah di pintu masuknya, didorong masuk oleh perempuan itu sambil menjerit dan menaikkan pinggulnya, ia tahu betul, sekali masuk, pertahanan Akira pasti runtuh, kehangatan di dalam telah melelehkan dominasinya.
***
Tiba-tiba ia terbangun, "Ah sial!!" kutuknya, dia masih ingin bersama perempuan itu untuk waktu yang lebih lama. Ia melihat ranjang di sebelahnya, ya, ruang itu kosong, artinya dia sudah kembali ke dunia nyata. Dia melihat ke bawah, miliknya masih tegak dan keras, tapi gairahnya sudah menghilang beberapa detik yang lalu.
Dia meraih ponsel di meja sebelah ranjang, menekan beberapa nomor dan melakukan panggilan telepon. Setelah berdering sejenak, seseorang mengangkat telepon.
"Selamat malam, boss!"
"Bagaimana perkembangannya, masih belum menemukan?" ini adalah pertanyaan yang terus dia tanyakan setiap pekan. Ia tahu jawabannya, tapi dia tetap ingin bertanya.
"Masih belum, Bos!!" sahutnya pelan, ia tahu, seharusnya sudah saatnya menyerah, namun tidak mungkin mengatakan hal itu secara gamblang kepada bos kesepian yang telah memperkerjakannya selama belasan tahun. Telah is coba segala cara untuk membantu bosnya. Mulai dari menemukan psikiater yang berpengalaman, atau memesan pelacur-pelacur kelas kakap untuk memuaskan nafsunya, namun tidak ada yang berhasil, di bayangan semua mimpinya, dia selalu mencoba menemukan gadis yang ada di dalam imaginasinya. Sebuah perintah yang tidak masuk akal. Bahkan dokter kejiwaan pun hampir menyerah mencoba membuatnya normal.
"Berusaha lagi lebih keras!"
"Baik, Bos!" Hanya itu yang dapat dilakukannya. "Bos, pagi ini, kita akan berangkat ke Kyoto sebelum transaksi ke Okinawa dilakukan,"
"Aku tahu!" Akira mematikannya. Dia melemparkan ponsel itu dan menuju laci. Ada lukisan perempuan itu di dalamnya, sebuah potret kecil yang selalu dipandangnya sebelum tidur, berharap bertemu dengannya setiap malam. Di sisi lain kamar tersebut, ada sebuah pintu tertutup, di dalamnya semua tentang gadis itu ada di sana. Ia tidak berani membukanya, sebab sekali masuk, dia tidak akan keluar dari sana seharian. Ia kembalikan potret itu ke tempat semula.
Di dunia ini, orang yang selalu ingin dia buat bahagia adalah perempuan ini, seorang perempuan berparas teduh yang mengisi kekosongan di dalam dirinya. Sejak kecil, ia selalu sendirian, bahkan orangtua pun dia tidak punya. Akira dibesarkan oleh kakeknya dengan amat keras. Hingga saat ia berusia 18 tahun, kakeknya terbunuh oeh musuh, membuatnya memiliki beban balas dendam.
***
Sementara itu, Annastasia telah siap dengan koper berisi 20 kg dan beberapa oleh-oleh untuk di bawa ke negaranya. Walaupun hanya tersisa ia dan adiknya, dia tetap memutuskan untuk pulang. Selama empat tahun berpendidikan, ia adalah mahasiswa yang pandai, namun tidak popular, tidak ada media sosial mana pun yang memuat wajahnya selain kartu identitas. Dia sangat mencintai diri sendiri dan menikmati keindahan dirinya sendiri. Tidak pernah punya pacar karena sibuk dengan pekerjaan paruh waktu dan akademiknya, sosial media hanya dia gunakan untuk menghibur diri selama satu jam per hari, benar-benar kehidupan seorang perempuan mandiri yang begitu teratur.
Dia bukan seorang penganut agama yang taat, kerudung kadang ia pakai kadang tidak, sebisanya salat tidak dia tinggalkan, walaupun sesekali jika terlalu sibuk dia terpaksa meninggalkannya.
Dia sudah siap dengan seluruh barang bawaan dan segera menuju bandara, penerbangannnya masih tiga jam, tapi takut kelamaan di imigrasi, dia memilih berangkat lebih awal daripada tidak jadi. Sampailah ia di bandara, langsung melakukan check-in bagasi dan terus menuju imigrasi, imigrasi sangat lengang, meleset dari perkiraannya, sehingga ia memiliki banyak waktu untuk berkeliling. Ia sampai pada sebuah toko fashion besar yang menampilkan sebuah dress selutut yang merupakan gaya busana kesukaannya. Dia punya koleksi baju-baju dengan gaya khas yang menjadi kesukaannya, busana-busana yang selalu ia pakai tidur karena kurang menutupi jika dipakai keluar.
"What!!!" Dia terkejut melihat harga busana itu dan segera kabur, dia tidak pernah berbelanja langsung di mall atau di bandara seperti ini, harganya sudah pasti sangat mahal. Dia segera menjauh dari tempat itu.
Sementara itu, Akira terpaksa transit di sebuah bandara di Kyoto karena jet pribadinya mengalami masalah. Walaupun kesal, dia tetap turun dan memasuki bandara menuju ruang VIP yang telah disiapkan.
"Buang saja jet itu dan beli yang baru! Sudah kukatakan aku benci masalah tak terduga seperti ini!"
"Maafkan saya, Bos! Saya..." Kalimat itu terhenti karena mereka sama-sama sedang melihat ke arah seorang gadis berkerudung yang tidak asing, seseorang yang mereka kenali parasnya.
"Bos, diaaa..."
"DIAM!" hardik Akira pada asistenanya, dia sedang berusaha mencerna hal ini, apakah ia kembali tertidur tadi? atau apakah ini nyata setelah sekian tahun berharap?
Akira sedang menatap gadis yang juga sedang menatap sebuah busana di depannya. Sebuah busana yang ia kenal, sebab malam panas tadi malam, adalah malam dimana perempuan itu mengenakan dress itu untuk merayunya, sebuah dress berbunga yang menampakkan seluruh punggung pemakainya.
Anastasia berjalan menuju Akira, walaupun dia sedikit takut melihat beberapa orang berbadan tegap dan besar sedang berjalan berlawanan ke arahnya. ia tetap fokus ke depan dan menunduk, namun, ia terlanjur beradu pandang dengan seseorang di tengah2 kerumunan sangar itu, seseorang yang menatapnya dengan sangat dalam dan menakutkan baginya. Dia memcoba mempercepat langkah, namun semakin ia percepat, semakin dingin udara terasa, hingga ketika mereka berpapasan, Akira meraih lengannya dan menariknya mendekat.
"Ada apa ini? Tolong lepaskan!" kata Ana berusaha melepaskan diri, pegangan laki-laki itu menyakiti lengannya sehingga ia meringis kesakitan.
"Berani sekali kamu mengabaikanku....!!!" Akira dengan napas cepat berusaha mengendalikan perasaaannya.
Anna berteriak, semua orang menyaksikan, membuat Akira dengan terpaksa melepas genggamannya. Anna tidak melewatkan kesempatan melarikan diri menjauh dari kerumunan itu, mengamankan diri dan mencari sebuah toilet. Sementara Akira dengan seluruh kebingungan, kelegaan, dan marah bercampur aduk namun dia masih tidak bergeming, memandangi gadis yang ia cari puluhan tahun sekrang sedang berlari menjauhinya tanpa menoleh. Sementara, ajudannya dengan cepat segera menelepon untuk mengetahu seluruh informasi tentang Anna."Apa karena penutup kepala itu, aku tidak pernah menemukannya bahkan dengan data milik FBI sekalipun?" gumam Akira, dia menatap anak buahnya, "Bawa dia kepadaku secepatnya!" perintahnya tegas. Semua anak buah yang mendampingin berpencar ke posisi masing-masing. Menyisakan dua hingga tiga saja yang masih bersama Akira menuju ruang VIP. Dia telah mempersiapkan diri untuk meraih paksa hidup seorang gadis masuk ke kehidupannya.Wangi tubuh Anna masih hingga di tangannya, tangan i
"Lalu kenapa jika aku tergila-gila denganmu, hah?" tanpa menunggu lagi, Akira meraih pinggang Anna, menahan kedua lengannya di belakang dengan tangan kirinya, dan menahan dagunya agar siap menerima ciuman darinya. Ciuman itu begitu lembut membuat Anna diam membeku sejenak saking terkejut, namun kedua tangannya tengah ditahan begitu erat hingga ia tidak mampu bergerak sedikit pun, ia mencoba meronta-ronta, mendorongnya sekuat tenaga, tapi hasilnya nihil. Tubuh kecilnya tidak mampu bersaing dengan tubuh pria matang yang sedang mendekap tubuhnya.Anna menutup bibirnya rapat sambil terus meronta dan melepaskan diri. Ia kehabisan napas, namun Akira hanya sempat melepaskan pagutannya dua detik lantas langsung mengejar bibir kecil yang memesona itu dengan ganasnya. Bibir ini selalu ia rasakan setiap malam di dalam mimpinya. Bibir yang manis dan lembut, membuat siapa saja yang menyentuhkan ingin kembali menyentuhnya. Anna masih mencoba melepaskan diri, Akira menggigit bibirnya, membuka cela
Akira menuju meja kerjanya, menekan beberapa nomor kenalannya dan mengatur jadwal video-call dalam sepuluh menit. Ya, dia sedang mengatur pertemuan dengan dokter kejiwaan pribadinya. Berniat memberitahunya bahwa mungkin pertemuan dengannya tidak harus seserign mungkin karena akar masalah kejiwaannya telah membawa penyembuhnya."Jadi gadis yang persis seperti dia sudah kau bawa ke mansionmu? Dengan apa? Kau menculiknya?" kata dokter sekaligus kawan baiknya bertanya menyelidiki."Dia bukan gadis yang persis, tapi dialah gadis itu, hanya saja jauh lebih muda dari dugaanku. Terlebih lagi, dia tidak memiliki ingatan apa-apa tentangku.""Berapa usianya?""11 tahun lebih muda dariku, aku perlu kau melakukan pengecekan terhadap ingatannya, mungkin ia pernah berjumpa denganku di mimpinya."Dokter Haruto memelas, dia tahu persis jenis kejiwaan apa yang mempengaruhi alam bawah sadar Akira. Sejak kecil, sahabatnya selalu menginginkan sosok teman hidup yang layak, sesuatu yang tidak pernah ia dapa
Saat Akira keluar, di depan kamar Bibi Sur menunggu membawakan segelas air hangat dan membawakannya sebuah kardigan."Tuan Muda," angguk Bibi Sur memberi sapaan."Paksa dia makan, dia tidak makan apa pun sejak tadi siang!""Baik, Tuan Muda!"Bibi Sur memasuki kamar mendapati Anna sedang memeluk dirinya sambil menangis tersedu-sedu. Dia menghampiri Anna, mengelus pelan punggungnya."Aku ingin pulang, Bu, tolong bantu aku..." tangisnya merengek pada Bibi Sur. Perasaan perempuan tua itu campur aduk. Dia sangat senang ketika pada akhirnya Tuan Muda membawa seorang gadis ke rumah, untuk pertama kalinya sejak belasan tahun, ia melihat cahaya di wajah majikannya. Namun, ia tidak tahu bahwa Nona Muda yang dibawa oleh Akira, adalah sebuah penculikan. Ia merasa kasihan pada Anna."Maafkan Bibi, anakku, tapi tolong tinggallah dan mencoba hidup baru di sini, Bibi yakin dia akan sangat mencintai dan melindungimu."Anna menggeleng, menolak kenyataan. Sekarang, benar-benar tidak ada yang akan mendeng
Halo guys, makasih ya udah baca sejauh ini, aku cuma mau ngasih tahu kalau cerita ini bakal update 4x seminggu ya, hehe.Berikut jadwal yang aku pilih buat update:1. Senin, pukul 20.00 WIB2. Rabu, pukul 20.00 WIB3. Jumat, pukul 20.00 WIB4. Minggu, pukul 20.00 WIBJadwal ini mungkin akan berubah sewaktu-waktu kalau aku gabisa stok bab hehe, tapi bakal aku usahain kok buat selalu update di jadwal yang terpilih.Kalau teman-teman ada saran alur dan pemanis cerita, boleh komen di kolom komentar ya, terima kasih
Haruto kembali ke ruangan pertemuannya dengan Akira pagi itu, tapi tidak ia temukan Akira di mana pun. Bertanya dengan Bibi Sur pun tidak mendapat jawaban yang pasti. Ia memutuskan untuk menunggu.Ada banyak hal berkecamuk di benak Haruto, dan yang paling membuatnya tidak habis pikir adalah bagaimana interaksi dengan Anna, membuat degup jantungnya lebih cepat. Benar-benar perempuan yang ia temukan sebagai pribadi yang berbeda dari kebanyakan perempuan di luar sana. Tapi yang jelas, dia ingin sekali membebaskan Anna dari jeratan Akira, membiarkan gadis cantik itu meraih mimpinya selayaknya orang biasa di luar sana.Bersama orang asing yang tidak ia kenal dengan banyak rencana hidup yang telah ia bangun membuat Haruto merasa kasihan. Di dalam pengaruh obat, Anna menangis padanya betapa ia merindukan rumah. Ya, rumah yang tidak berpenghuni namun menyimpan banyak kenangan yang selalu ingin ia renungi setiap malam. Dia hanya gadis low profile luar biasa yang berani ti
Malam yang teduh, Akira hanya memandangi jendela, melihat beberapa anak buahnya menangani satu masalah di bawah sana. Sedangkan dari atas sini, dia bergelut dengan pikirannya, yang juga sedang bertarung dengan masalahnya sendiri. Dia menggenggam sebotol cairan semprot yang sengaja dibelinya saat keluar tadi. Cairan yang akan menghilangkan kesadaran seseorang yang menghirupnya, juga membangkitkan alam sadar seseorang itu. Biasanya cairan ini digunakan untuk menemukan orang-orang pembohong untuk mengatakan kebenaran.Bibi Sur datang menghampiri, "Ya Tuan Muda, ada yang bisa Bibi bantu?""Bibi Sur, semprotkan cairan ini ke ruangannya, saat dia sudah tidak sadar, bersihkan dan ganti pakaiannya dengan yang baru saja kusiapkan di atas meja. Aku akan masuk dalam 30 menit." Akira memberi perintah."Apa tidak sebaiknya memberikan obat perangsang saja, Tuan Muda!" Bibi Sur jelas ada di pihak Akira, memberinya pilihan lain yang lebih baik.Dia tahu bahwa Bibi
Akira mengingat-ingat, semakin lama menggendongnya, rasanya semakin ringan tubuh ini. Sepertinya Anna mengalami penurunan berat badan yang drastis. Dia meletakkan tubuh Anna pelan-pelan ke atas kasur empuk itu, mengibaskan rambutnya yang terurai ke atas bantal. Sisa-sisa rambut di wajahnya diketepikan, tangannya masih berada di belakang kepada Anna, membuat jarak pandangnya sangat dekat. Akira menatap wajah itu lamat-lamat, dielusnya pipi berisi Anna, membuatnya semakin gemas ingin mencubitnya. Dia tersenyum bahagia, ini pertama kalinya di dunia nyata ia sangat dekat untuk waktu yang lama. Rasa kesal karena dia kabur lenyap seketika. Anna menggeliat, sayup-sayup membuka matanya yang masih sangat berat, dia tahu Akira sedang menatapnya dalam jarak kurang dari 5 cm. "Hey..." suara lembut Akira menyapanya.Anna benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Kepalanya berat. Ia mencoba bergerak menggunakan tangannya, dan justru berakhir menyentuh dada bidang Akira. Namun, tidak ada kekuatan d