Share

Sebuah Pengakuan (19)

Airin terbaring di atas ranjang tanpa daya ketika Adrian masuk sembari membawakannya segelas air mineral dan beberapa pil di atas piring kecil. Laki-laki itu menghampirinya dan membantu mendudukan Airin, lalu menyerahkan piring tersebut kehadapan Airin.

“Minumlah, Kak. Kakak akan membutuhkannya,” ujar Adrian. Airin pun menurut. Diminumnya pil-pil itu dan didorongnya dengan air. Lalu, kembali perempuan jelita itu berbaring. Adrian menarik selimut tipis di bawah kaki Airin untuk menutupi tubuh mantan kakak iparnya itu.

“Istirahatlah,” ujarnya sambil menatap Airin yang tengah menatap kosong ke arah langit-langit kamar.

“Adrian… apa aku sudah benar-benar gila sekarang?” tanya Airin pelan.

Adrian tersenyum dengan ragu ia meletakkan telapak tangannya di kening Airin, lalu membelai kepala perempuan yang umurnya cukup terpaut jauh darinya itu.

“Kau hanya marah, Kak,” terang Adrian, “jadi sebaiknya sekarang, tenangkan dirimu dan tidurlah,” sambungnya lagi.

“Aku takut…,” desah Airin, “San
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status