Leona sarapan di hotelnya sambil melamun karena dirinya merasa galau akan segala sesuatu yang datang bertubi-tubi. Bohong jika Leona tidak ingin menikah, dia sangat ingin menikah tapi tidak seperti ini! Leona menjadi ingat saat sepupunya, Daisy Mancini harus menikah lewat jalur ekspres dengan Dokter Lucky Buwono, namun akhirnya mereka bahagia apalagi dengan kehadiran jagoannya.
Apa aku harus pakai jalur ekspres juga? - batin Leona. Tiba-tiba terdengar suara riuh di dekat pintu restauran hotel dan Leona sudah bisa menebak bahwa itu pasti Gaston. Leona mengacuhkan sambil menyesap kopinya dan memandang pemandangan dari jendela restauran. Leona tidak menoleh saat merasakan ada seseorang yang duduk di depannya. Harum parfum mahal tercium di hidung mancung Leona dan gadis itu merasa baunya berbeda dengan parfum yang dipakai Gaston kemarin. "Ada apa Gaston? Apa aku harus menemui tuanmu lagi?" tanya Leona tanpa menoleh. "Ada apa kamu cari Gaston?" Leona tertegun mendengar suara dalam dan dingin di hadapannya. Gadis itu lalu menoleh dan melihat Haidar sudah duduk di hadapannya dengan suit bewarna hitam-hitam. Sepertinya dia suka warna hitam. Taruhan di walk in closet nya 80 persen kemejanya bewarna hitam! - batin Leona. "Kukira Gaston. Ada apa yang mulia pangeran Haidar Abdullah?" Leona menundukkan wajahnya memberikan hormat ke pria itu. "Sudah selesai sarapannya? Ayo ikut!" Haidar pun berdiri dan menarik tangan Leona. "Eh? Eh? Tunggu! Tas aku ketinggalan!" Leona mengambil tas Longchamp nya yang disampirkan di kursi lalu berjalan sedikit terseret karena ditarik Haidar. Semua orang menundukkan kepalanya saat Haidar berjalan menuju lobby hotel dan menghela punggung Leona untuk masuk ke dalam mobil Mercedez Benz G-Class nya. Leona mengira bahwa mereka akan naik dengan sopir tapi tidak menduga jika Haidar menyetir sendiri. Leona tidak mengeluarkan sepatah katapun karena memilih untuk ribut di ruang kerja Haidar. Leona sedikit banyak hapal jalan ke istana milik pria itu karena memang di jalan utama. Mobil hitam itu pun tiba di istana kecil milik Haidar dan pria itu pun turun lalu membukakan pintu Leona guna membantunya turun. Haidar lalu berjalan terlebih dahulu di depan dengan diikuti Leona yang rasanya ingin menjitak kepala pangeran itu. Sayangnya aku kalah tinggi - batin Leona. Haidar pun masuk ke dalam ruang kerjanya setelah dua pengawal membukakan pintu besar itu dan Leona pun ikut masuk. Lagi-lagi Leona kagum dengan kemewahan ruang kerja pangeran Yordania itu meskipun dirinya juga termasuk anak orang kaya. "So, apa keputusan kamu?" tanya Haidar sambil bersandar di meja kerjanya dan kakinya yang panjang tampak disilangkan ke depan. "Aku ajukan pertanyaan dulu." "Shoot!" "Jujur sama aku. Ini bukan hanya soal kilang minyak kan? Ini soal nuklir bukan?" Leona menatap tajam ke Haidar. "Aku kira kamu tidak paham politik." "Daddy aku yang bilang, Haidar! Aku tidak suka politik tapi aku lebih tidak suka negara cantik ini menjadi penyimpanan nuklir!" bentak Leona kesal. "Jadi?" Mata emas Haidar menatap tajam ke putri pengusaha Raul Accardi itu. "Oke. Aku akan menerima tawaran kamu... Dengan syarat yang juga aku ajukan ke kamu." "Which is?" "Tidak ada tidur bersama, pernikahan hanya setahun sampai semuanya aman dan tenang, aku hanya minta ganti rugi setahun!" Haidar menaikkan sebelah alisnya. "Yakin?" "Yeah!" "Jika perasaan kamu berubah?" tanya Haidar. "Tidak akan!" jawab Leona yakin. Haidar berdiri dan mendekati Leona yang terpaksa harus mendongak karena kalah tinggi. "Sebenarnya tinggi kamu berapa sih?" tanya Leona. "190cm. Kamu? 150cm?" Leona memukul bahu Haidar. "Aku tidak sependek itu ! 167cm." Haidar menarik pinggang Leona lagi dan membuat gadis itu terkejut karena sudah dua kali pria ini membuat dirinya terperangkap dalam pelukannya. "Setahun?" tanya Haidar dengan nada dingin. "Setahun..." "Baiklah." Haidar melepaskan pelukannya membuat Leona sedikit terhuyung karena tubuhnya merasa kehilangan pelukan hangat itu. "Tanda tangani..." "Ganti dulu isi kontraknya ..." pinta Leona. Haidar memencet tombol di mejanya dan tak lama Gaston masuk. "Ada apa Tuanku?" tanya Gaston. "Ganti isi kontraknya." Haidar memberikan poin-poinnya ke Gaston sementara Leona berjalan-jalan di sekitar ruang kerja mewah itu dan melihat foto-foto diatas meja Konsul. Leona bisa melihat Haidar sangat mirip dengan ibunya. "Baik, saya segera ganti tuanku." Gaston membungkuk dan keluar dari ruang kerja Haidar. "Aku menunggu?" tanya Leona. "Yes." Haidar pun duduk di kursi kebesarannya dan mulai bekerja sementara Leona memilih untuk mengambil MacBook nya serta bekerja di sofa. Suara ponsel gadis itu berbunyi dan Leona menerimanya. Haidar bisa mendengar gadis itu berbicara dengan bahasa Italia yang diperkirakan berhubungan dengan pekerjaannya disana. Haidar sesekali melirik ke arah Leona yang sibuk dengan pekerjaannya. Pangeran tampan itu memang serius dengan keputusannya menikahi Leona karena dia butuh dukungan dari para pemimpin negara Timur Tengah untuk menolak pembangunan penyimpanan nuklir di wilayahnya. Haidar bisa saja menolak tapi dia juga tidak mau mengambil resiko dengan adanya kemungkinan perang dengan Iran. Jika dia menikah dengan Leona, paling tidak negaranya aman apalagi Paman Leona adalah raja Belgia dan sepupunya pangeran Inggris serta pangeran Arab Saudi. Ini memang pernikahan politik tapi Haidar harus melakukannya demi perdamaian di Timur Tengah. Cukup sudah permasalahan perang yang merugikan banyak orang serta menghilangkan banyak nyawa, ekonomi hancur dan keburukan lainnya. Susah payah leluhurnya membuat damai dengan tidak menyenggol siapapun dan ini yang sedang dia lakukan. Ayahnya, semenjak Fatimah meninggal, menjadi pribadi yang tertutup dan sulit mengambil keputusan. "Haidar..." panggil Leona. "Hhhmm..." "Aku tidak mau pesta mewah." Haidar menatap wajah Leona. "Apa maksudmu?" "Pesta pernikahan sederhana..." "Tidak!" potong Haidar. "Kamu harus tahu, kita akan menikah secara mewah untuk memperlihatkan kepada semua negara. Paham?" Leona memajukan bibirnya. "Padahal tidak perlu mewah karena semua orang tahu kamu menikah denganku." Haidar tertegun. Gadis ini anak orang kaya, bahkan termasuk keluarga Sultan tapi dia minta pernikahan sederhana? Ya ampun! *** Yuhuuuu up malam Yaaaa Thank you for reading and support author Don't forget to like vote and gift Tararengkyu ❤️🙂❤️Leona seperti mengalami mimpi dengan begitu cepatnya mereka melakukan pernikahan yang cukup mewah di Amman Yordania. Para anggota keluarganya yang bisa hadir, tampak bingung melihat pasangan yang tidak saling kenal tapi bisa menikah secara kilat. Para Emir dari Timur Tengah yang merupakan para Oom dan sepupu Leona merasa curiga dengan adanya pernikahan mendadak seperti ini. Leona mengatakan bahwa ini murni pernikahan karena cinta bukan proses ekspres seperti sepupunya, Daisy Mancini. Terlepas para keluarga Timur Tengah tahu bahwa ada konflik Yordania dengan Iran, mereka memilih diam karena Leona sepertinya jatuh cinta dengan Haidar. Gadis itu tidak lepas memandang Haidar penuh cinta hingga para keluarga memilih menunggu kelanjutan pernikahan mendadak ini. ___ Sebulan sudah Leona menikah dengan Haidar dan tetap saja gadis itu menolak tidur bersama dengan suaminya. Mereka tidur terpisah dengan kamar bersebrangan dan Leona merasa bosan karena suaminya seolah tidak memberikan k
Amman, Jordania Sesudah keluar dari tenant dan sibuk berdiskusi dengan keluarganya via telepon, Leona sudah merasa kehabisan tenaga. Padahal dia baru saja tiba di Yordania, tapi ibu dan adiknya yang berhasrat belanja besar sudah sibuk meminta Leona untuk membawakan mereka beberapa barang. Kelembaban udara yang rendah membuat Leona tergerak untuk membeli sebuah gelato demi menghibur diri. Namun, sebelum gelato itu sempat masuk ke mulutnya, sebuah tangan kekar telah lebih dulu menarik lengannya dan membuat gelato coklat itu jatuh ke lantai. “AH! Gelatoku!” teriak Leona terkejut. Kini es krim Italia yang berwarna coklat itu tidak hanya jatuh, tapi juga meleleh dan mengotori lantai. Di hadapan Leona sekarang berdiri seorang pria tinggi berwajah khas Timur Tengah dan berkacamata hitam. Tangan pria itu menarik tangan Leona tanpa permisi, seakan mereka kenal satu sama lain. “Siapa kamu? Jangan macam-macam atau aku akan teriak!” seru Leona. Pria itu pun menghentikan perbuatannya da
Leona menatap wajah dingin Haidar dengan tatapan tidak percaya. Dirinya tidak menyangka akan ‘diculik’ oleh seorang pangeran yang bersedia membayar anting anting cantik dengan harga tidak murah. Ya jelas berani beliin karena uang segitu macam uang receh! Ya kan?“Kenapa ?” Haidar membalas tatapan Leona.“Kenapa kamu tidak bilang padaku, sayaang?”drama Leona. “Aku kan jadi malu tidak tahu siapa kamu sebenarnya.” Leona mengalihkan pandangannya dari Haidar ke para teman-temannya. “Dia selalu bersikap sederhana padaku. Bahkan dia tidak bisa mengganti gelato ku yang jatuh dengan alasan …” Leona berbisik. “Dompetnya ketinggalan.”Sontak keempat pasangan itu terbahak sementara Haidar memasang wajah dingin tanpa ekspresi ke Leona yang malah asyik bermain drama seolah mereka sudah bersama cukup lama.“Itu bukan sederhana, Leona. Itu pelit ! Khas Haidar. Malas membuang uang kecil…” ujar Ali.“Nah itu !” Angguk Leona.Haidar hanya menatap dingin ke semua orang. Gadis satu ini…“Kamu Nemu dimana
Sepanjang perjalanan dari tempat acara makan siang yang menjadi arena adu jotos menuju hotel, Leona memilih untuk tidak bertanya apapun meskipun bibirnya gatal ingin tahu lebih banyak siapa pria yang berada di balik kemudi ini. Semua orang menghormati pria yang diperkenalkan sebagai Haidar Abdullah putra mahkota Kerajaan Yordania.Apakah dia benar-benar seorang pangeran?Suara ringtone ponsel Leona yang berbunyi membuat Haidar menoleh. “Sorry, Mommy aku telepon,” ucap Leona sembari mengambil benda pipih tersebut. “Aku terima dulu.” lanjutnya.Haidar kembali berkonsentrasi dengan padatnya jalan sementara Leona menggeser tombol hijau. “Halo, Mommy,” sapa Leona. “Aku? Masih ada waktu seminggu di sini. Iya, nanti aku pulang bawa oleh-oleh buat Daddy, Mommy, dan Lev. Don't worry.” Haidar melirik ke arah Leona.Jadi, gadis itu masih ada seminggu di Amman. Bagus! “Mom, aku sudah lama tidak liburan. Jadi, aku ingin menikmatinya,” jawab Leona lagi. “Iya, deh. Nanti aku kabari kapan aku p
Haidar lantas melirik ke arah Leona yang masih galau memikirkan para kambing korban kecelakaan. Diam-diam Haidar bisa melihat gadis berambut coklat dengan mata karamel itu memang terlihat seperti seorang dokter hewan. Gadis ini sepertinya bukan dari kalangan biasa-biasa saja. “Leona.”“Ya?” Balas Leona judes. Tindakan itu membuat Haidar meliriknya dengan tajam. “Kamu kerja dimana?”“Di Turin, di ranch milik keluargaku dan juga di rumah sakit hewan. Kenapa?” jawab Leona sambil menatap ke arah pria tampan yang sayangnya dingin macam puncak salju gunung Fuji. “Tidak apa-apa.” Leona lalu diam lagi, karena dia juga sedang malas mengobrol saat dirinya sedang memikirkan kambing-kambing itu. Mobil mewah itu pun melaju menuju hotel Centro Mada, tempat di mana Leona menginap. Gadis itu lalu berbalik ke belakang untuk mengambil kantung-kantung belanjaannya dan mengucapkan terima kasih.“Hhhmmm.” Haidar membalas sekenanya.Leona tidak memprotes dengan sikap pria itu, karena dirinya pun ing
“Siapa gadis itu, Haidar?” tanya Ukail penasaran, karena putranya memang dikenal sebagai pria yang tidak bisa dekat dengan seorang wanita. “Dia seorang …” Suara ponsel milik Gaston berbunyi dan pria itu meminta maaf lalu mengangkatnya. “Dia siapa?” Desak Ukail. “Namanya Leona,” jawab Haidar. ‘Sialan! Kenapa aku malah teringat dengan gadis cerewet itu?’“Dia gadis Amman juga?” Haidar menggelengkan kepalanya. “Maafkan saya, Tuanku Raja, Tuanku Pangeran. Namun, ini ada telepon penting untuk Tuanku Pangeran,” potong Gaston.“Berikan ponselmu,” pinta Haidar yang menerima benda pipih itu dari Gaston. “Halo? … Hmmm… Hmmm. Iya, tolong siapkan saja. Nanti akan diambil. Ya, dibereskan oleh Gaston. Baik, terima kasih.” Ukail Abdullah menatap ke arah putranya, “Soal apa, Haidar?” “Pesanan aku, Abi. Aku tidak akan menikahi putri Shah Pahlevi. Aku tidak suka dia”. Ukail manggut-manggut karena tahu gaya hidup putri Shah Pahlevi yang suka dengan kehidupan mewah dan glamor. Padahal Haidar buk
Leona menatap mata emas itu dengan perasaan tidak percaya. Bagaimana bisa dia yang seorang putri pengusahaan dari Turin, diminta menjadi seorang istri kontrak terlepas yang meminta adalah seorang pangeran… tidak, lebih buruk dari itu. Putra Mahkota kerajaan Jordania! “Haidar… Apa kamu masih waras?” Leona membaca klausul kontrak itu dan tertegun bahwa dirinya akan mendapatkan 10% kekayaan Haidar jika bisa melahirkan seorang bayi laki-laki. “Ini apa?” Protes Leona sambil menunjukkan poin dari klausul kontrak. “Bagaimana bisa aku punya anak laki-laki?” Haidar menatap dingin ke Leona. “Apa kamu melupakan pelajaran biologi dasar? Tentang reproduksi manusia?” Mata karamel Leona menatap judes ke pria yang lebih tinggi darinya. “Aku seorang dokter dan tentu saja aku tahu tentang reproduksi manusia serta sex education! Tapi aku tidak mau tidur denganmu!” Haidar mengerjap-ngerjapkan matanya. Apa? Gadis ini tidak mau tidur denganku? Memangnya aku tidak menarik? “Kenapa?” Tanya Haidar denga