Share

3. Leona sang Dokter Hewan

Sepanjang perjalanan dari tempat acara makan siang yang menjadi arena adu jotos menuju hotel, Leona memilih untuk tidak bertanya apapun meskipun bibirnya gatal ingin tahu lebih banyak siapa pria yang berada di balik kemudi ini.

Semua orang menghormati pria yang diperkenalkan sebagai Haidar Abdullah putra mahkota Kerajaan Yordania.

Apakah dia benar-benar seorang pangeran?

Suara ringtone ponsel Leona yang berbunyi membuat Haidar menoleh.

“Sorry, Mommy aku telepon,” ucap Leona sembari mengambil benda pipih tersebut. “Aku terima dulu.” lanjutnya.

Haidar kembali berkonsentrasi dengan padatnya jalan sementara Leona menggeser tombol hijau.

“Halo, Mommy,” sapa Leona. “Aku? Masih ada waktu seminggu di sini. Iya, nanti aku pulang bawa oleh-oleh buat Daddy, Mommy, dan Lev. Don't worry.”

Haidar melirik ke arah Leona.

Jadi, gadis itu masih ada seminggu di Amman. Bagus!

“Mom, aku sudah lama tidak liburan. Jadi, aku ingin menikmatinya,” jawab Leona lagi. “Iya, deh. Nanti aku kabari kapan aku pulang. Assalamualaikum.”

Leona menyimpan kembali ponselnya dan tersenyum ke arah Haidar, “Maaf.”

“Hmmm,” gumam pria itu.

Leona diam lagi, tapi akhirnya dia tidak tahan untuk tidak bicara apa pun. Dia yang penasaran semakin geregetan, terlebih ditambah lagi dengan jalanan yang sedang macet-macetnya.

“Haidar, apa boleh aku panggil kamu begitu? Atau Yang Mulia? Atau My Prince?”

“Haidar saja. Tidak apa-apa,” jawab Haidar datar.

“Oke, Haidar. Mari kita lihat gambaran besarnya. Aku kemari sebagai turis karena aku butuh liburan setelah kehilangan kuda kesayanganku. Sebagai seorang dokter hewan, aku selalu berusaha menyelamatkan semua pasienku, tapi terkadang shits happened. Apalagi saat peliharaanku sendiri yang harus aku euthanasia. Di situ aku merasa butuh ketenangan batin.”

Haidar tidak merespon ucapan Leona.

“Jadi, aku memilih pergi ke sini karena Yordania adalah negara yang belum pernah aku kunjungi. Lagi pula dengan Turin juga dekat,” lanjut Leona.

“Kudamu kenapa?”

Leona menatap Haidar sebelum menjawab, “Kaki belakangnya terkena kawat berduri. Jadi, otot besarnya sobek dan itu mempengaruhi mobilitasnya. Kalau sudah begitu, mau tidak mau aku harus membiarkannya beristirahat dalam damai.”

Haidar hanya mengangguk dan Leona terdiam lagi. Namun, keheningan itu hanya bertahan beberapa detik. Sebab kemudian..

“Haidar”

“Diamlah, Leona!”

Leona memajukan bibirnya dan bersedekap sebagai pertanda kalau dia sedang merajuk. Tindakan itu membuat Haidar mendecih.

Dimana-mana cewek itu sama saja! Cerewet!

Akhirnya kemacetan di jalan pun bisa terurai dan keduanya tahu apa penyebabnya. Rupanya ada mobil boks yang mengalami pecah ban hingga mengakibatkan kecelakaan.

Terlebih mobil itu membawa sekelompok kambing. Apa yang terjadi membuat kambing-kambing itu terjatuh dan tergeletak di jalan.

Saat Leona melihat ada seekor kambing yang tergeletak dan masih menunjukkan tanda-tanda bernafas, jiwa dokternya langsung keluar.

“Berhenti!” pintanya pada Haidar.

“Apa?” Haidar mendelik saat Leona memintanya berhenti.

Yang benar saja!

“Berhenti kataku!” seru Leona yang membuat Haidar mau tidak mau meminggirkan mobil mewahnya.

Leona segera keluar dari mobil dan menyeberang menuju ke area kecelakaan. Gadis itu lalu dengan cekatan mulai memeriksa satu persatu kondisi hewan mengembik itu, dan Haidar bisa melihat bagaimana Leona marah-marah karena tidak ada peralatan yang memadai.

Bagi orang lain mungkin hanya seekor kambing, tapi bagi gadis cerewet itu, itu adalah bagaimana cara menyelamatkan nyawa.

Haidar lantas mengambil ponselnya dan mendekatkan benda pipih itu ke telinga, “Paman Gaston, tolong kirim ambulan dari rumah sakit hewan yang ada di jalan Amarullah. Tidak usah banyak tanya. Kirim saja sekarang”.

Haidar lalu mematikan panggilannya sambil memperhatikan bagaimana Leona ribut dengan polisi lalu lintas yang berada di sana.

Sepuluh menit kemudian, sebuah ambulans dari rumah sakit hewan pun tiba. Leona segera berjibaku dengan dokter hewan yang datang untuk bersama-sama memasukkan kambing-kambing yang terluka itu ke dalam mobil ambulan.

Setelah ambulan itu pergi, Leona berjalan gontai untuk masuk ke dalam mobil Haidar.

Pria itu bisa melihat mata Leona yang memerah menahan tangis, karena kemungkinan besar merasa bersalah. Sebab, salah satu pasien kaki empatnya tidak dapat diselamatkan.

“Itu hanya seekor kambing, Leona” ucap Haidar sambil menjalankan mobilnya.

“Yang punya nyawa! Meskipun kalian makan juga nanti!” Hardik Leona kesal.

Setelah itu, Haidar tidak menjawab dan Leona menjadi semakin sebal dengan pria dingin di sebelahnya.

***

Yuhuuuu up Sore Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️

Komen (7)
goodnovel comment avatar
sefi dwi handriyantin
namanya juga dokter,,pasti berusaha buat menyelamatkan pasiennya lah Haidar..
goodnovel comment avatar
Meaza Baggio
Dokter itu tugas nya menyelamatkan pasien nya haida apa pun kondisi nya, bukan malah bilang hanya ....salah besar itu
goodnovel comment avatar
Nor Latifa Ifah
nyawa tetep nyawa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status