Sepanjang perjalanan dari tempat acara makan siang yang menjadi arena adu jotos menuju hotel, Leona memilih untuk tidak bertanya apapun meskipun bibirnya gatal ingin tahu lebih banyak siapa pria yang berada di balik kemudi ini.
Semua orang menghormati pria yang diperkenalkan sebagai Haidar Abdullah putra mahkota Kerajaan Yordania. Apakah dia benar-benar seorang pangeran? Suara ringtone ponsel Leona yang berbunyi membuat Haidar menoleh. “Sorry, Mommy aku telepon,” ucap Leona sembari mengambil benda pipih tersebut. “Aku terima dulu.” lanjutnya. Haidar kembali berkonsentrasi dengan padatnya jalan sementara Leona menggeser tombol hijau. “Halo, Mommy,” sapa Leona. “Aku? Masih ada waktu seminggu di sini. Iya, nanti aku pulang bawa oleh-oleh buat Daddy, Mommy, dan Lev. Don't worry.” Haidar melirik ke arah Leona. Jadi, gadis itu masih ada seminggu di Amman. Bagus! “Mom, aku sudah lama tidak liburan. Jadi, aku ingin menikmatinya,” jawab Leona lagi. “Iya, deh. Nanti aku kabari kapan aku pulang. Assalamualaikum.” Leona menyimpan kembali ponselnya dan tersenyum ke arah Haidar, “Maaf.” “Hmmm,” gumam pria itu. Leona diam lagi, tapi akhirnya dia tidak tahan untuk tidak bicara apa pun. Dia yang penasaran semakin geregetan, terlebih ditambah lagi dengan jalanan yang sedang macet-macetnya. “Haidar, apa boleh aku panggil kamu begitu? Atau Yang Mulia? Atau My Prince?” “Haidar saja. Tidak apa-apa,” jawab Haidar datar. “Oke, Haidar. Mari kita lihat gambaran besarnya. Aku kemari sebagai turis karena aku butuh liburan setelah kehilangan kuda kesayanganku. Sebagai seorang dokter hewan, aku selalu berusaha menyelamatkan semua pasienku, tapi terkadang shits happened. Apalagi saat peliharaanku sendiri yang harus aku euthanasia. Di situ aku merasa butuh ketenangan batin.” Haidar tidak merespon ucapan Leona. “Jadi, aku memilih pergi ke sini karena Yordania adalah negara yang belum pernah aku kunjungi. Lagi pula dengan Turin juga dekat,” lanjut Leona. “Kudamu kenapa?” Leona menatap Haidar sebelum menjawab, “Kaki belakangnya terkena kawat berduri. Jadi, otot besarnya sobek dan itu mempengaruhi mobilitasnya. Kalau sudah begitu, mau tidak mau aku harus membiarkannya beristirahat dalam damai.” Haidar hanya mengangguk dan Leona terdiam lagi. Namun, keheningan itu hanya bertahan beberapa detik. Sebab kemudian.. “Haidar” “Diamlah, Leona!” Leona memajukan bibirnya dan bersedekap sebagai pertanda kalau dia sedang merajuk. Tindakan itu membuat Haidar mendecih. Dimana-mana cewek itu sama saja! Cerewet! Akhirnya kemacetan di jalan pun bisa terurai dan keduanya tahu apa penyebabnya. Rupanya ada mobil boks yang mengalami pecah ban hingga mengakibatkan kecelakaan. Terlebih mobil itu membawa sekelompok kambing. Apa yang terjadi membuat kambing-kambing itu terjatuh dan tergeletak di jalan. Saat Leona melihat ada seekor kambing yang tergeletak dan masih menunjukkan tanda-tanda bernafas, jiwa dokternya langsung keluar. “Berhenti!” pintanya pada Haidar. “Apa?” Haidar mendelik saat Leona memintanya berhenti. Yang benar saja! “Berhenti kataku!” seru Leona yang membuat Haidar mau tidak mau meminggirkan mobil mewahnya. Leona segera keluar dari mobil dan menyeberang menuju ke area kecelakaan. Gadis itu lalu dengan cekatan mulai memeriksa satu persatu kondisi hewan mengembik itu, dan Haidar bisa melihat bagaimana Leona marah-marah karena tidak ada peralatan yang memadai. Bagi orang lain mungkin hanya seekor kambing, tapi bagi gadis cerewet itu, itu adalah bagaimana cara menyelamatkan nyawa. Haidar lantas mengambil ponselnya dan mendekatkan benda pipih itu ke telinga, “Paman Gaston, tolong kirim ambulan dari rumah sakit hewan yang ada di jalan Amarullah. Tidak usah banyak tanya. Kirim saja sekarang”. Haidar lalu mematikan panggilannya sambil memperhatikan bagaimana Leona ribut dengan polisi lalu lintas yang berada di sana. Sepuluh menit kemudian, sebuah ambulans dari rumah sakit hewan pun tiba. Leona segera berjibaku dengan dokter hewan yang datang untuk bersama-sama memasukkan kambing-kambing yang terluka itu ke dalam mobil ambulan. Setelah ambulan itu pergi, Leona berjalan gontai untuk masuk ke dalam mobil Haidar. Pria itu bisa melihat mata Leona yang memerah menahan tangis, karena kemungkinan besar merasa bersalah. Sebab, salah satu pasien kaki empatnya tidak dapat diselamatkan. “Itu hanya seekor kambing, Leona” ucap Haidar sambil menjalankan mobilnya. “Yang punya nyawa! Meskipun kalian makan juga nanti!” Hardik Leona kesal. Setelah itu, Haidar tidak menjawab dan Leona menjadi semakin sebal dengan pria dingin di sebelahnya. *** Yuhuuuu up Sore Yaaaaaaaa Thank you for reading and support author Don't forget to like vote and gift Tararengkyu ❤️🙂❤️Haidar lantas melirik ke arah Leona yang masih galau memikirkan para kambing korban kecelakaan. Diam-diam Haidar bisa melihat gadis berambut coklat dengan mata karamel itu memang terlihat seperti seorang dokter hewan. Gadis ini sepertinya bukan dari kalangan biasa-biasa saja. “Leona.”“Ya?” Balas Leona judes. Tindakan itu membuat Haidar meliriknya dengan tajam. “Kamu kerja dimana?”“Di Turin, di ranch milik keluargaku dan juga di rumah sakit hewan. Kenapa?” jawab Leona sambil menatap ke arah pria tampan yang sayangnya dingin macam puncak salju gunung Fuji. “Tidak apa-apa.” Leona lalu diam lagi, karena dia juga sedang malas mengobrol saat dirinya sedang memikirkan kambing-kambing itu. Mobil mewah itu pun melaju menuju hotel Centro Mada, tempat di mana Leona menginap. Gadis itu lalu berbalik ke belakang untuk mengambil kantung-kantung belanjaannya dan mengucapkan terima kasih.“Hhhmmm.” Haidar membalas sekenanya.Leona tidak memprotes dengan sikap pria itu, karena dirinya pun ing
“Siapa gadis itu, Haidar?” tanya Ukail penasaran, karena putranya memang dikenal sebagai pria yang tidak bisa dekat dengan seorang wanita. “Dia seorang …” Suara ponsel milik Gaston berbunyi dan pria itu meminta maaf lalu mengangkatnya. “Dia siapa?” Desak Ukail. “Namanya Leona,” jawab Haidar. ‘Sialan! Kenapa aku malah teringat dengan gadis cerewet itu?’“Dia gadis Amman juga?” Haidar menggelengkan kepalanya. “Maafkan saya, Tuanku Raja, Tuanku Pangeran. Namun, ini ada telepon penting untuk Tuanku Pangeran,” potong Gaston.“Berikan ponselmu,” pinta Haidar yang menerima benda pipih itu dari Gaston. “Halo? … Hmmm… Hmmm. Iya, tolong siapkan saja. Nanti akan diambil. Ya, dibereskan oleh Gaston. Baik, terima kasih.” Ukail Abdullah menatap ke arah putranya, “Soal apa, Haidar?” “Pesanan aku, Abi. Aku tidak akan menikahi putri Shah Pahlevi. Aku tidak suka dia”. Ukail manggut-manggut karena tahu gaya hidup putri Shah Pahlevi yang suka dengan kehidupan mewah dan glamor. Padahal Haidar buk
Leona menatap mata emas itu dengan perasaan tidak percaya. Bagaimana bisa dia yang seorang putri pengusahaan dari Turin, diminta menjadi seorang istri kontrak terlepas yang meminta adalah seorang pangeran… tidak, lebih buruk dari itu. Putra Mahkota kerajaan Jordania! “Haidar… Apa kamu masih waras?” Leona membaca klausul kontrak itu dan tertegun bahwa dirinya akan mendapatkan 10% kekayaan Haidar jika bisa melahirkan seorang bayi laki-laki. “Ini apa?” Protes Leona sambil menunjukkan poin dari klausul kontrak. “Bagaimana bisa aku punya anak laki-laki?” Haidar menatap dingin ke Leona. “Apa kamu melupakan pelajaran biologi dasar? Tentang reproduksi manusia?” Mata karamel Leona menatap judes ke pria yang lebih tinggi darinya. “Aku seorang dokter dan tentu saja aku tahu tentang reproduksi manusia serta sex education! Tapi aku tidak mau tidur denganmu!” Haidar mengerjap-ngerjapkan matanya. Apa? Gadis ini tidak mau tidur denganku? Memangnya aku tidak menarik? “Kenapa?” Tanya Haidar denga
Leona sarapan di hotelnya sambil melamun karena dirinya merasa galau akan segala sesuatu yang datang bertubi-tubi. Bohong jika Leona tidak ingin menikah, dia sangat ingin menikah tapi tidak seperti ini! Leona menjadi ingat saat sepupunya, Daisy Mancini harus menikah lewat jalur ekspres dengan Dokter Lucky Buwono, namun akhirnya mereka bahagia apalagi dengan kehadiran jagoannya. Apa aku harus pakai jalur ekspres juga? - batin Leona. Tiba-tiba terdengar suara riuh di dekat pintu restauran hotel dan Leona sudah bisa menebak bahwa itu pasti Gaston. Leona mengacuhkan sambil menyesap kopinya dan memandang pemandangan dari jendela restauran. Leona tidak menoleh saat merasakan ada seseorang yang duduk di depannya. Harum parfum mahal tercium di hidung mancung Leona dan gadis itu merasa baunya berbeda dengan parfum yang dipakai Gaston kemarin. "Ada apa Gaston? Apa aku harus menemui tuanmu lagi?" tanya Leona tanpa menoleh. "Ada apa kamu cari Gaston?" Leona tertegun mendengar suara dalam da
Leona seperti mengalami mimpi dengan begitu cepatnya mereka melakukan pernikahan yang cukup mewah di Amman Yordania. Para anggota keluarganya yang bisa hadir, tampak bingung melihat pasangan yang tidak saling kenal tapi bisa menikah secara kilat. Para Emir dari Timur Tengah yang merupakan para Oom dan sepupu Leona merasa curiga dengan adanya pernikahan mendadak seperti ini. Leona mengatakan bahwa ini murni pernikahan karena cinta bukan proses ekspres seperti sepupunya, Daisy Mancini. Terlepas para keluarga Timur Tengah tahu bahwa ada konflik Yordania dengan Iran, mereka memilih diam karena Leona sepertinya jatuh cinta dengan Haidar. Gadis itu tidak lepas memandang Haidar penuh cinta hingga para keluarga memilih menunggu kelanjutan pernikahan mendadak ini. ___ Sebulan sudah Leona menikah dengan Haidar dan tetap saja gadis itu menolak tidur bersama dengan suaminya. Mereka tidur terpisah dengan kamar bersebrangan dan Leona merasa bosan karena suaminya seolah tidak memberikan k
Amman, Jordania Sesudah keluar dari tenant dan sibuk berdiskusi dengan keluarganya via telepon, Leona sudah merasa kehabisan tenaga. Padahal dia baru saja tiba di Yordania, tapi ibu dan adiknya yang berhasrat belanja besar sudah sibuk meminta Leona untuk membawakan mereka beberapa barang. Kelembaban udara yang rendah membuat Leona tergerak untuk membeli sebuah gelato demi menghibur diri. Namun, sebelum gelato itu sempat masuk ke mulutnya, sebuah tangan kekar telah lebih dulu menarik lengannya dan membuat gelato coklat itu jatuh ke lantai. “AH! Gelatoku!” teriak Leona terkejut. Kini es krim Italia yang berwarna coklat itu tidak hanya jatuh, tapi juga meleleh dan mengotori lantai. Di hadapan Leona sekarang berdiri seorang pria tinggi berwajah khas Timur Tengah dan berkacamata hitam. Tangan pria itu menarik tangan Leona tanpa permisi, seakan mereka kenal satu sama lain. “Siapa kamu? Jangan macam-macam atau aku akan teriak!” seru Leona. Pria itu pun menghentikan perbuatannya da
Leona menatap wajah dingin Haidar dengan tatapan tidak percaya. Dirinya tidak menyangka akan ‘diculik’ oleh seorang pangeran yang bersedia membayar anting anting cantik dengan harga tidak murah. Ya jelas berani beliin karena uang segitu macam uang receh! Ya kan?“Kenapa ?” Haidar membalas tatapan Leona.“Kenapa kamu tidak bilang padaku, sayaang?”drama Leona. “Aku kan jadi malu tidak tahu siapa kamu sebenarnya.” Leona mengalihkan pandangannya dari Haidar ke para teman-temannya. “Dia selalu bersikap sederhana padaku. Bahkan dia tidak bisa mengganti gelato ku yang jatuh dengan alasan …” Leona berbisik. “Dompetnya ketinggalan.”Sontak keempat pasangan itu terbahak sementara Haidar memasang wajah dingin tanpa ekspresi ke Leona yang malah asyik bermain drama seolah mereka sudah bersama cukup lama.“Itu bukan sederhana, Leona. Itu pelit ! Khas Haidar. Malas membuang uang kecil…” ujar Ali.“Nah itu !” Angguk Leona.Haidar hanya menatap dingin ke semua orang. Gadis satu ini…“Kamu Nemu dimana