Haidar lantas melirik ke arah Leona yang masih galau memikirkan tawaran kontrak pernikahan yang ditawarkan.
Sebenarnya, bukan gaya Haidar untuk membuat pernikahan menjadi seperti ajang permainan, tapi dia terpaksa memilih jalan seperti ini demi keamanan negaranya. Sejak awal, Haidar sudah tahu kalau Leona bukan dari kalangan biasa-biasa saja. Sebab, siapapun kalangan old money tahu kalau harga semua outfit yang dikenakan Leona bukan bermerk sembarangan. “Leona.” “Ya?” Balas Leona judes. Tindakan itu membuat Haidar meliriknya dengan tajam. “Di mana kamu bekerja?” “Di Turin, di ranch milik keluargaku dan juga di rumah sakit hewan. Kenapa?” jawab Leona sambil menatap ke arah pria tampan yang sayangnya dingin macam puncak salju gunung Fuji. Mobil Haidar berhenti karena mereka telah tiba di depan lobby hotel tempat Leona menginap. Sebelum gadis itu turun, pria itu memegang tangannya. "Perihal tawaranku tadi, aku tidak menerima penolakan," ucap Haidar sembari menatap tajam Leona. "Akan kupikirkan dulu," balas Leona berani. "Tidak usah dipikirkan lagi, langsung saja bilang iya!" paksa Haidar. "Tidak bisa seperti itu! Bagaimana dengan kedua orang tuaku? Keluargaku? Apa sudah kamu pikirkan? Banyak hal yang harus disesuaikan, Haidar! Lebih baik aku bersikap seolah-olah jatuh cinta padamu dan kita memutuskan menikah!" Leona membalas tatapan tajam Haidar tanpa takut. "Baik, turunlah!" Leona pun turun dari mobil sambil mengambil belanjaannya dari bagian belakang mobil. Haidar sendiri tidak berkomentar, tapi dia terus memandangi Leona yang berjalan memutari mobilnya. Leona lantas mendelik tajam ke arah Haidar, tapi tetap memaksakan diri untuk mengangguk sopan ke arah pria itu sebelum masuk ke dalam lobi hotel. Setelah memastikan Leona telah masuk, Haidar pun melajukan mobilnya untuk meninggalkan pintu depan hotel dan menuju jalan raya. Tak lama, pria itu memasang earpiece di telinga dan melihat melalui kaca spion. Di sana terlihat sebuah mobil Range Rover yang mengikuti dirinya. “Kalian mengikuti aku?” Tanya Haidar melalui earpiece-nya. “Benar, Tuanku. Perintah Ayahanda Anda,” jawab pengawalnya. Haidar merengut, karena ayahnya memang sepertinya tidak mempercayai dirinya. “Di mana pak tua itu berada?” tanya Haidar. “Beliau berada di Istana Fatimah, Tuanku.” Haidar tahu. Jika ayahnya tengah berada di istana yang senada dengan nama ibunya itu, itu berarti dia sedang mengalami kegalauan. Ada apa lagi? Sementara Haidar bingung dengan ayahnya, Leona langsung meletakkan tubuhnya di atas kasur dengan perasaan lelah. Jujur, acara liburan kali ini tidak seperti yang direncanakan. Sebab, awalnya Leona hanya berpikir untuk belanja dan belanja saja. Apalagi uangnya pun banyak. Namun, apa yang terjadi hari ini membuatnya tidak habis pikir. Sebagai seorang putri dari pasangan pengusaha wine serta peternakan di Turin, Raul Accardi dan Lennah Rossi, Leona memiliki seorang adik laki-laki berbeda usia dua tahun dengannya, bernama Lev. Jika Leona merupakan seorang dokter hewan, Lev adalah lulusan agribisnis dari University of Princeton yang sekarang membantu ranch keluarganya. “Benar-benar hari yang melelahkan. Sebaiknya aku mandi dulu dan tidur sebentar.” Namun, tiba-tiba Leona menepuk jidatnya. “Bodoh! Kenapa aku tidak meminta nomor telepon Haidar? Dia masih mempunyai hutang anting-anting!” Keluarga Leona memang kaya raya, apalagi dirinya juga bagian dari klan Pratomo. Meski begitu, tetap saja dia senang kalau dapat gratisan. Ya kan? “Nanti saja dipikirkan, sekarang mandi dulu!” Leona lalu bangun dari tempat tidur menuju kopernya untuk mencari baju santai dan berjalan ke kamar mandi. *** Istana Fatimah Haidar memarkirkan mobilnya di halaman istana yang dibangun ayahnya, Mohammad Ukail Abdullah. Pria tinggi itu lantas berjalan tegap menuju ke istana dengan dua pengawal di belakangnya. Sementara Gaston, asistennya, segera menjejeri Haidar agar dapat berjalan berdampingan. “Apa yang terjadi pada ayahku?” tanya Haidar sembari menoleh ke arah Gaston tanpa menghentikan langkahnya. “Beliau galau, karena Syah di Iran ingin menikahkan putrinya dengan Anda.” Haidar menghentikan langkahnya. “Syah yang mana?” “Pahlevi.” Haidar menghela nafas panjang, ‘Pasti karena putri manja itu!’ Gaston yang melihat pangerannya tampak gusar mulai mempercepat langkahnya lagi. Terlebih saat Haidar juga berjalan semakin cepat menujuke ruang raja di istana itu. Kedatangan Haidar membuat kedua pengawal yang berjaga di depan pintu besar dari emas tersebut segera membukakan pintu. “Tuanku, Raja sudah menunggu Anda,” ucap salah satu pengawal. “Terima kasih.” Haidar pun masuk dan melihat ayahnya duduk di sofa dengan wajah galau. “Assalamualaikum, Abi”. “Wa'alaikum salam, Anakku.” sambut Raja Ukail sembari menoleh ke arah Haidar yang berdiri disana. “Duduklah.” Haidar pun berjalan menuju sofa yang berada di hadapan ayahnya usai mencium punggung tangan Ukail Abdullah. “Gaston sudah memberitahu kamu?” Tanya Ukail tanpa basa-basi. “Sudah, Abi.” “Apa tanggapanmu?” “Aku menolaknya,” jawab Haidar tegas. “Kenapa?” tanya Ukail sambil menatap wajah dingin putranya. “Karena aku sudah memiliki calon sendiri," jawab Haidar tegas membuat ayahnya terkejut dengan ucapan putranya. “Siapa gadis itu, Haidar?” tanya Ukail penasaran, karena putranya memang dikenal sebagai pria yang tidak bisa dekat dengan seorang wanita. “Namanya Leona,” jawab Haidar. “Dia gadis Amman juga?” Haidar menggelengkan kepalanya, hendak menjawab, tapi suara Gaston telah lebih dulu memutus momen. “Maafkan saya, Tuanku Raja, Tuanku Pangeran. Namun, ini ada telepon penting untuk Tuanku Pangeran,” potong Gaston. “Berikan ponselmu,” pinta Haidar yang menerima benda pipih itu dari Gaston. “Halo? Hmmm. Benar, tolong siapkan saja. Nanti akan diambil. Ya, dibereskan oleh Gaston. Baik, terima kasih.” Ukail Abdullah menatap ke arah putranya, “Soal apa, Haidar?” “Pesananku, Abi. Intinya, aku tidak akan menikahi putri Shah Pahlevi, karena aku tidak suka dia”. Ukail manggut-manggut karena tahu gaya hidup putri Shah Pahlevi yang suka dengan kehidupan mewah dan glamor. Padahal Haidar bukan tipe royal meskipun mereka termasuk negara kaya di Timur Tengah. “Siapa gadis bernama Leona itu? Apakah dia seiman?” Tanya Ukail penasaran. “Iya. Abi akan tahu nanti,” jawab Haidar sambil berdiri. Kemudian, dia berkata lagi, “Maaf, Abi. Aku masih ada urusan. Jadi, aku pergi dulu” ***Di kamar hotelnya, Leona tampak berpikir tentang tawaran mendadak dari seorang pangeran Yordania yang entah mengapa mampu membuat dirinya merasa panik. Bukan masalah lamanya kontrak tapi apa yang akan terjadi selama mereka menikah. Leona ingin menikah sekali seumur hidup dan bukan kawin cerai macam artis-artis Hollywood. Bagi Leona, pernikahan itu sakral dan bukan perkara main-main. Gadis itu tampak hilir mudik di kamar hotelnya, berusaha mencerna semua ucapan Haidar bahwa pernikahan ini adalah pernikahan politik dan untuk melindungi negara dan rakyatnya. Apakah karena tahu aku memiliki keluarga di timur tengah, jadi pangeran sombong itu bisa melakukan sekutu dengan mereka? Tapi tetap saja kan tidak perlu harus menikahi aku bukan? Leona tetap berjalan hilir mudik hingga akhirnya dia lelah sendiri dan memutuskan untuk memesan makanan dari hotel karena dia sudah tidak ada selera untuk jalan-jalan lagi. Keesokan paginya, Leona menikmati acara sarapannya di restoran hotel ketika
Leona berjalan mondar mandir di kamar hotelnya sambil menggigiti kukunya pertanda dirinya sedang bingung dan panik. Orang itu! Benar-benar seenaknya sendiri! Leona pun akhirnya duduk di sofa dan mengambil MacBook nya lalu mulai mencari tahu kasus apa yang terjadi di timur tengah. Ya Allah… Memang situasinya kacau. Leona bersimpuh diatas sajadah setelah ayahnya menghubungi dirinya tadi. Leona tidak menyangka Haidar mengatakan apa adanya dengan posisinya yang sulit. Ini memang pernikahan politik dan wajar jika Haidar membuat surat nikah kontrak karena bukan pernikahan sebenarnya, hanya melindungi rakyat Jordania. “Apa yang harus aku lakukan, ya Allah …” ucap Leona. “Masa aku harus menikah dengan jalan seperti ini?” Gadis itu meringkuk diatas sajadah sambil termenung. “Apakah itu hanya akal-akalan Haidar? Tapi aku membaca berita politik memang sedang ada krisis di Timur Tengah.” Leona melentangkan tubuhnya dan menghadap langit-langit hotel. “Kamu sih Leona, hanya ga
Leona akhirnya tidak diijinkan pulang ke hotelnya setelah menandatangani kontrak pernikahan dengan Haidar. Calon suaminya meminta dirinya untuk tinggal karena dia akan menjalani serangkaian acara dan tradisi pernikahan khas Yordania. Sehari setelah penandatanganan kontrak pernikahan itu, Leona dikejutkan dengan kedatang kedua orangtuanya bersama dengan adiknya, Lev. Untuk pertama kalinya, Ukail pun bertemu dengan calon besannya. Suasana yang kaku itu pun pada awalnya menjadi mencair setelah para ayah bisa memahami keinginan anak mereka masing-masing. Lennah pun ikut sibuk dalam acara pernikahan yang agak berbeda dibandingkan dengan di Italia dan berkat bantuan Isme, pengawal yang dipilih Haidar untuk mengawal istrinya nanti, Lennah bisa mengikuti acara sesuai adat istiadat Yordania. Berita pernikahan Pangeran Haidar Abdullah dan Leona Accardi pun tiba di semua pemimpin negara Timur Tengah yang merupakan bagian dari keluarga Leona. Acara pernikahan pun dihelat sangat mewah karen
Leona seperti mengalami mimpi dengan begitu cepatnya mereka melakukan pernikahan yang cukup mewah di Amman Yordania. Para anggota keluarganya yang bisa hadir, tampak bingung melihat pasangan yang tidak saling kenal tapi bisa menikah secara kilat. Para Emir dari Timur Tengah yang merupakan para Oom dan sepupu Leona merasa curiga dengan adanya pernikahan mendadak seperti ini. Leona mengatakan bahwa ini murni pernikahan karena cinta bukan proses ekspres seperti sepupunya, Daisy Mancini. Terlepas para keluarga Timur Tengah tahu bahwa ada konflik Yordania dengan Iran, mereka memilih diam karena Leona sepertinya jatuh cinta dengan Haidar. Gadis itu tidak lepas memandang Haidar penuh cinta hingga para keluarga memilih menunggu kelanjutan pernikahan mendadak ini. ___ Sebulan sudah Leona menikah dengan Haidar dan tetap saja gadis itu menolak tidur bersama dengan suaminya. Mereka tidur terpisah dengan kamar bersebrangan dan Leona merasa bosan karena suaminya seolah tidak memberikan ke
Leona segera mengejar Haidar yang langsung main pergi meninggalkan dirinya membuat gadis itu kesal karena suaminya main kabur saja. "Haidar! Haidar! Tunggu!" panggil Leona sambil berlari mengejar tubuh tinggi itu dengan bhist hitamnya yang berkibar. Leona tidak menyangka saat tiba-tiba Haidar berbalik hingga dirinya menabrak tubuh suaminya. Haidar pun reflek memeluk tubuh gadis itu. "Astaghfirullah... Aduh hidung aku..." Leona mengelus hidungnya yang menubruk dada bidang Haidar yang keras. "Duh, pesek aku! Berdarah nggak?" "Sedikit..." jawab Haidar datar. "Eeeehhh! Kamu tanggung jawab!" tuding Leona sambil menunjuk-nunjuk dada Haidar. "Kok keras banget sih? Yakin kamu tidak pakai baju zir..." Haidar mencium bibir Leona lagi membuat gadis itu terbelalak dan tiba-tiba tubuhnya merasa melayang saat Haidar menggendongnya dengan gaya bridal tanpa melepaskan ciumannya. Leona merangkul leher Haidar karena dirinya merasa terpengaruh dengan ciuman panas suaminya. Leona tahu
Leona menatap mata emas Haidar dengan perasaan antara marah, kesal, gemas tapi juga penasaran alasan di balik keinginan suaminya ingin bercinta dengannya. Bohong kalau Leona tidak merasa tersinggung jika hanya dijadikan pelampiasan secara biologis tapi di sisi lain, dia istri sah Haidar dan suaminya berhak meminta. "Apakah ... Tidak bisa kita bernegosiasi?" tanya Leona. "Mau bernegosiasi bagaimana Leona?" "Bisakah... Kamu menjadi pria yang menyebalkan, dingin, arogan... Bukan yang ..." Leona menggerakkan tangannya ke wajah Haidar."Yang sok lembut demi bisa bercinta denganku?" Mata emas Haidar menatap geli ke omongan istrinya. "Kamu istriku, Leona." "Yang diatas kertas kontrak... Dan ada klausul, tidak tidur bersama..." potong Leona. "Definisi aku, tidur bersama itu kita tidur semalaman dengan berpelukan... Harusnya kamu menuliskan tidak ada hubungan seks disana... Jadi tidak termasuk pelanggaran kontrak kan?" Leona menganga. "Nggak gitu juga bambaaannnggg! Itu sudah
Haidar terbangun menjelang tengah malam karena merasa mendengar suara getar ponselnya diatas nakas. Pria itu menoleh dan melihat Leona masih terlelap dengan nyenyaknya usai bercinta panas tadi sebelum tidur. Haidar mencium kening istrinya lalu mengambil ponselnya dan turun dari tempat tidur, mengacuhkan tubuh polosnya dan menerima panggilannya. "Ya Gaston?" sapa Haidar sambil berdiri di depan jendela kamarnya. "Maaf mengganggu tidur anda, tuanku, tapi ini penting," jawab Gaston. "Sheikh Pahlevi mulai melakukan black campaign ke PBB yang mengatakan bahwa anda memiliki penyimpan persenjataan nuklir di Aqaba..." Haidar mengusap wajahnya kasar. Aqaba adalah tempat yang berbatasan dengan Israel dan sekarang sudah diambil oleh Palestina. Sangat tidak mungkin daerah sana yang dipakai untuk para pengungsi digunakan untuk militernya menyimpan senjata nuklir. "Lalu apalagi?" "Jika di PBB soal nuklir, di pertemuan negara liga Arab, anda melakukan pernikahan politik..." "Siapa jug
Pagi ini Haidar memimpin pertemuan internal bersama dengan ayahnya, Ukail, para menteri dan gubernur Aqaba yang datang setelah mendapatkan inspeksi mendadak dari PBB. Haidar paling tidak suka dengan cara belakang tanpa ada aturan main masuk ke negaranya. Haidar juga memanggil perwakilan PBB yang datang seenaknya. Haidar dikenal sebagai Pangeran Yordania yang dingin, kaku dan tegas bahkan dia bisa kejam dengan orang-orang yang tidak menghargai kedaulatan kerajaannya. Semenjak Ukail kehilangan istrinya dan mengalami patah hati berkepanjangan, Haidar lah yang mengambil alih kepemimpinan meskipun lebih banyak di belakang layar karena Ukail belum secara resmi menyerahkan kekuasaannya. Sekarang Ukail secara nyata memberikan semua tongkat komando ke putra tunggalnya usai menikah dengan Leona Accardi. Memang salah satu syarat dari Ukail, Haidar mendapatkan kekuasaan jika dia sudah menikah. Haidar memang belum secara resmi diangkat sebagai raja Yordania tapi Ukail sudah mulai di belakang l