Share

4. Di Istana

Haidar lantas melirik ke arah Leona yang masih galau memikirkan tawaran kontrak pernikahan yang ditawarkan.

Sebenarnya, bukan gaya Haidar untuk membuat pernikahan menjadi seperti ajang permainan, tapi dia terpaksa memilih jalan seperti ini demi keamanan negaranya.

Sejak awal, Haidar sudah tahu kalau Leona bukan dari kalangan biasa-biasa saja.

Sebab, siapapun kalangan old money tahu kalau harga semua outfit yang dikenakan Leona bukan bermerk sembarangan.

“Leona.”

“Ya?” Balas Leona judes.

Tindakan itu membuat Haidar meliriknya dengan tajam.

“Di mana kamu bekerja?”

“Di Turin, di ranch milik keluargaku dan juga di rumah sakit hewan. Kenapa?” jawab Leona sambil menatap ke arah pria tampan yang sayangnya dingin macam puncak salju gunung Fuji.

Mobil Haidar berhenti karena mereka telah tiba di depan lobby hotel tempat Leona menginap. Sebelum gadis itu turun, pria itu memegang tangannya.

"Perihal tawaranku tadi, aku tidak menerima penolakan," ucap Haidar sembari menatap tajam Leona.

"Akan kupikirkan dulu," balas Leona berani.

"Tidak usah dipikirkan lagi, langsung saja bilang iya!" paksa Haidar.

"Tidak bisa seperti itu! Bagaimana dengan kedua orang tuaku? Keluargaku? Apa sudah kamu pikirkan? Banyak hal yang harus disesuaikan, Haidar! Lebih baik aku bersikap seolah-olah jatuh cinta padamu dan kita memutuskan menikah!" Leona membalas tatapan tajam Haidar tanpa takut.

"Baik, turunlah!"

Leona pun turun dari mobil sambil mengambil belanjaannya dari bagian belakang mobil.

Haidar sendiri tidak berkomentar, tapi dia terus memandangi Leona yang berjalan memutari mobilnya.

Leona lantas mendelik tajam ke arah Haidar, tapi tetap memaksakan diri untuk mengangguk sopan ke arah pria itu sebelum masuk ke dalam lobi hotel.

Setelah memastikan Leona telah masuk, Haidar pun melajukan mobilnya untuk meninggalkan pintu depan hotel dan menuju jalan raya.

Tak lama, pria itu memasang earpiece di telinga dan melihat melalui kaca spion.

Di sana terlihat sebuah mobil Range Rover yang mengikuti dirinya.

“Kalian mengikuti aku?” Tanya Haidar melalui earpiece-nya.

“Benar, Tuanku. Perintah Ayahanda Anda,” jawab pengawalnya.

Haidar merengut, karena ayahnya memang sepertinya tidak mempercayai dirinya.

“Di mana pak tua itu berada?” tanya Haidar.

“Beliau berada di Istana Fatimah, Tuanku.”

Haidar tahu. Jika ayahnya tengah berada di istana yang senada dengan nama ibunya itu, itu berarti dia sedang mengalami kegalauan.

Ada apa lagi?

Sementara Haidar bingung dengan ayahnya, Leona langsung meletakkan tubuhnya di atas kasur dengan perasaan lelah. Jujur, acara liburan kali ini tidak seperti yang direncanakan.

Sebab, awalnya Leona hanya berpikir untuk belanja dan belanja saja. Apalagi uangnya pun banyak. Namun, apa yang terjadi hari ini membuatnya tidak habis pikir.

Sebagai seorang putri dari pasangan pengusaha wine serta peternakan di Turin, Raul Accardi dan Lennah Rossi, Leona memiliki seorang adik laki-laki berbeda usia dua tahun dengannya, bernama Lev.

Jika Leona merupakan seorang dokter hewan, Lev adalah lulusan agribisnis dari University of Princeton yang sekarang membantu ranch keluarganya.

“Benar-benar hari yang melelahkan. Sebaiknya aku mandi dulu dan tidur sebentar.” Namun, tiba-tiba Leona menepuk jidatnya. “Bodoh! Kenapa aku tidak meminta nomor telepon Haidar? Dia masih mempunyai hutang anting-anting!”

Keluarga Leona memang kaya raya, apalagi dirinya juga bagian dari klan Pratomo. Meski begitu, tetap saja dia senang kalau dapat gratisan. Ya kan?

“Nanti saja dipikirkan, sekarang mandi dulu!”

Leona lalu bangun dari tempat tidur menuju kopernya untuk mencari baju santai dan berjalan ke kamar mandi.

***

Istana Fatimah

Haidar memarkirkan mobilnya di halaman istana yang dibangun ayahnya, Mohammad Ukail Abdullah. Pria tinggi itu lantas berjalan tegap menuju ke istana dengan dua pengawal di belakangnya.

Sementara Gaston, asistennya, segera menjejeri Haidar agar dapat berjalan berdampingan.

“Apa yang terjadi pada ayahku?” tanya Haidar sembari menoleh ke arah Gaston tanpa menghentikan langkahnya.

“Beliau galau, karena Syah di Iran ingin menikahkan putrinya dengan Anda.”

Haidar menghentikan langkahnya. “Syah yang mana?”

“Pahlevi.”

Haidar menghela nafas panjang, ‘Pasti karena putri manja itu!’

Gaston yang melihat pangerannya tampak gusar mulai mempercepat langkahnya lagi. Terlebih saat Haidar juga berjalan semakin cepat menujuke ruang raja di istana itu.

Kedatangan Haidar membuat kedua pengawal yang berjaga di depan pintu besar dari emas tersebut segera membukakan pintu.

“Tuanku, Raja sudah menunggu Anda,” ucap salah satu pengawal.

“Terima kasih.” Haidar pun masuk dan melihat ayahnya duduk di sofa dengan wajah galau.

“Assalamualaikum, Abi”.

“Wa'alaikum salam, Anakku.” sambut Raja Ukail sembari menoleh ke arah Haidar yang berdiri disana. “Duduklah.”

Haidar pun berjalan menuju sofa yang berada di hadapan ayahnya usai mencium punggung tangan Ukail Abdullah.

“Gaston sudah memberitahu kamu?” Tanya Ukail tanpa basa-basi.

“Sudah, Abi.”

“Apa tanggapanmu?”

“Aku menolaknya,” jawab Haidar tegas.

“Kenapa?” tanya Ukail sambil menatap wajah dingin putranya.

“Karena aku sudah memiliki calon sendiri," jawab Haidar tegas membuat ayahnya terkejut dengan ucapan putranya.

“Siapa gadis itu, Haidar?” tanya Ukail penasaran, karena putranya memang dikenal sebagai pria yang tidak bisa dekat dengan seorang wanita.

“Namanya Leona,” jawab Haidar.

“Dia gadis Amman juga?”

Haidar menggelengkan kepalanya, hendak menjawab, tapi suara Gaston telah lebih dulu memutus momen.

“Maafkan saya, Tuanku Raja, Tuanku Pangeran. Namun, ini ada telepon penting untuk Tuanku Pangeran,” potong Gaston.

“Berikan ponselmu,” pinta Haidar yang menerima benda pipih itu dari Gaston.

“Halo? Hmmm. Benar, tolong siapkan saja. Nanti akan diambil. Ya, dibereskan oleh Gaston. Baik, terima kasih.”

Ukail Abdullah menatap ke arah putranya, “Soal apa, Haidar?”

“Pesananku, Abi. Intinya, aku tidak akan menikahi putri Shah Pahlevi, karena aku tidak suka dia”.

Ukail manggut-manggut karena tahu gaya hidup putri Shah Pahlevi yang suka dengan kehidupan mewah dan glamor. Padahal Haidar bukan tipe royal meskipun mereka termasuk negara kaya di Timur Tengah.

“Siapa gadis bernama Leona itu? Apakah dia seiman?” Tanya Ukail penasaran.

“Iya. Abi akan tahu nanti,” jawab Haidar sambil berdiri. Kemudian, dia berkata lagi, “Maaf, Abi. Aku masih ada urusan. Jadi, aku pergi dulu”

***

Komen (8)
goodnovel comment avatar
sefi dwi handriyantin
calonnya gak kaleng-kaleng lho tuanku raja.. keluarganya pun juga gak kaleng-kaleng.. the real sultan.. segala macam profesi ada.. punya kerabat kerajaan gak cuma di Timur Tengah aja,, Belanda,, Belgia,, pokoknya komplit pake banget..
goodnovel comment avatar
Rani Sariningsih
calon istri yg barbar , tapi keluarga yg gak kaleng kaleng
goodnovel comment avatar
Nuraisah
calon leona woow
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status