Home / Pernikahan / Perangkap Cinta Putra Mahkota / 3. Tawaran Kontrak Haidar

Share

3. Tawaran Kontrak Haidar

Sepanjang perjalanan dari tempat acara makan siang yang menjadi arena adu jotos menuju hotel, Leona memilih untuk tidak bertanya apa pun.

Padahal  bibirnya sudah gatal karena ingin tahu lebih banyak  tentang siapa pria yang berada di balik kemudi ini.

Sebab, semua orang di sana menghormati pria itu sebagai  Haidar Abdullah, Putra Mahkota Kerajaan Yordania.

'Apakah dia benar-benar seorang pangeran?' batin Leona.

Leona menatap side profile Haidar yang tampak sangat sempurna. Rahang yang keras milik Haidar ditumbuhi oleh bulu-bulu halus berwarna gelap.

Hidung pria itu yang mancung terpahat sempurna seperti cetakan dokter operasi plastik. Bibirnya yang merah tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis, sempurna untuk dicium.

Kemudian matanya...

Baru kali ini Leona melihat secara langsung mata berwana emas, seperti milik Haidar.

Leona hanya pernah melihat warna mata seperti itu di wajah aktor India, Hrithik Roshan. Hanya saja Haidar jauh lebih tampan dari aktor India itu.

"Sudah puas melihat wajahku?" tanya Haidar dingin.

Dengan malu Leona segera memalingkan wajahnya. Bagaimana bisa dia ketahuan memandangi seorang pangeran?

"Maaf, tak dapat dipungkiri  kamu memang sangat menarik," bisik Leona.

"Kenapa? Kamu terpesona?"

Leona menganga. "Astaghfirullah. Narsis sekali."

Perkataan Leona tidak dijawab oleh Haidar. Pria itu menatap tak acuh sambil fokus menyetir.

"Apa semua pangeran begitu?" gumam Leona.

"Apa maksudmu?"

"Para sepupuku adalah Emir dan Pangeran. Mereka juga sangat tampan, tapi terkadang  mereka sama seperti kamu, narsis!"

Haidar tampak berpikir. "Leona, siapa sepupumu?"

"Oh, Emir Dubai, Emir Oman, Emir Qatar, dan Emir Bahrain. Ada juga Pangeran Inggris dan Belgia..." kata Leona sambil memperlihatkan  foto dirinya bersama dengan para sepupunya melalui ponsel.

Haidar mengenal mereka semua.

"Kamu benar sepupu mereka?"

Leona mengangguk.

'Pantas dia bisa mengatasi situasi tadi dengan santai, ternyata karena dia memang terbiasa dengan keluarga Sultan,' batin Haidar.

Tiba-tiba Haidar mendapatkan ide untuk menyelamatkan negaranya dan melindungi rakyatnya, tampaknya tidak ada salahnya untuk melakukan pernikahan politik dengan menikahi salah satu sepupu para Emir.

"Kamu sudah menikah?" tanya Haidar.

"Belum."

"Punya kekasih?"

Leona menggelengkan kepalanya, "Tidak."

Haidar lalu menghentikan mobilnya di area yang sepi dan membuat Leona menatap ke arah pria itu dengan panik. 

Sebab, hanya ada mereka berdua di sana.

Semua pikiran jelek Leona bertumpang tindih dengan  semua bayangan negatif yang bisa ia bayangkan.

Apakah dia akan dibuang di sini? Apakah dia akan dibunuh? Atau apakah dia akan bercinta dengan nafsu membara dengan.. eh tunggu! Otaknya memang kacau!

Haidar mengganti posisinya dan menghadap ke Leona.

Wajah pria itu tampak sangat serius dan sorot matanya  membuat Leona menjadi sedikit bergidik.

"Kamu belum menikah dan tidak punya pacar. Lantas, apa kamu masih perawan?"

Leona melongo. "Apa maksudmu? Sangat tidak sopan kalau kamu ..."

Haidar dengan cepat memegang tengkuk Leona dan menarik gadis itu ke arahnya, sehingga hembusan napas keduanya bisa saling dirasakan.

AC di mobil yang dingin tidak lagi terasa, kali ini Leona merasa panas!

"Aku hendak menawarkan sesuatu yang tidak bisa kamu tolak!" ucap Haidar dalam sambil tetap menatap mata karamel Leona.

"Tawaran apa?" bisik Leona tanpa bisa mengalihkan pandangannya dari mata emas Haidar yang entah mengapa membuat dirinya seperti terhipnotis.

"Jadilah istri kontrakku"

Otak Leona tiba-tiba lemot ketika harus mencerna tiga kata yang diucapkan oleh bibir seksi itu.

"Istri kontrak?" ulang Leona. "A-aku?" Tiba-tiba otak Leona menjadi Lola alias loading lama.

"Ya. Kau dan aku," jawab Haidar tegas.

"Kenapa? Kenapa kamu menawarkan... Sebaiknya kamu jangan gegabah, Pangeran. Kita baru bertemu!" kata Leona dengan panik.

Dia berusaha melepaskan pegangan Haidar di lehernya, tapi Haidar malah menarik tubuhnya hingga merapat lebih intens.

"Karena aku butuh pengantin, Leona."

"Menikah itu ada langkah-langkahnya, tidak bisa mendadak seperti ini. Bahkan kita tidak mengenal satu sama lain dan baru bertemu tadi siang. Kita ..."

Haidar lalu membungkam mulut Leona dengan bibirnya dan gadis itu terbelalak akibat ciuman mendadak Haidar.

Pria itu mengulum bibir Leona dan menghisapnya sekilas sebelum kemudian melepaskan pagutannya dan membuat Leona tidak bisa berkata-kata.

"Diam." desis Haidar.

Leona mengangguk. Ia takut Haidar bisa berbuat lebih dari ini dan dia tidak tahu harus bagaimana melawan seorang pangeran. Terlebih seorang Pangeran dari negara seberkuasa Yordania.

"Dengar, aku membutuhkan istri dengan latar belakang yang tidak biasa. Saat kamu bilang sepupumu adalah para Emir Timur Tengah, itu seakan seperti takdir," ucap Haidar.

"Jadi, kamu memanfaatkanku?" bisik Leona dengan  gemetar.

"Bohong jika aku bilang tidak. Ya, Leona, aku memanfaatkan kamu dan keluargamu."

"Tapi, kenapa?"

"Singkat saja, saat ini negaraku diincar untuk dijadikan sebagai pangakalan nuklir, pangakalan militer asing, dan hal-hal lain yang merugikan rakyatku." jawab Haidar.

"Jadi dengan kita menikah, kamu memiliki dukungan dan sekutu dari para sepupuku?"

Haidar menyeringai, "Pintar!"

"Lantas, apa keuntungan untukku?"

"Kamu akan menjadi permaisuriku dan berkuasa atas kekayaan yang bisa membuatmu membeli apa saja yang kamu inginkan."

Leona tampak berpikir, "Kalau begitu kita satu kamar?"

"Kamu keberatan?"

"Ya! Aku keberatan!" jawab Leona tegas.

"Padahal tadi ciuman kita sangat indah dan kamu sangat manis".

"Tidak usah merayu, Haidar! Aku yakin kamu pasti sudah terbiasa menggunakan kekuasaanmu untuk merayu gadis-gadis!" potong Leona judes.

"Apa klausul kontrak darimu?" tanya Haidar tanpa mau menjawab tuduhan Leona yang menurutnya tak berdasar.

"Tidak ada tidur bersama dan hubungan kontrak ini hanya setahun. Selama kontrak berlangsung, kamu tidak boleh selingkuh dengan alasan apa pun!"

Haidar mengernyitkan dahi karena merasa tidak puas. "Kalau kita tidak tidur bersama, bagaimana aku bisa menyalurkan kebutuhan biologisku?"

"Tentu saja dengan tangan dan sabun..."

Haidar menggelengkan kepalanya, "Pikirkan baik-baik, Leona."

"Bagaimana kalau aku tidak mau?" tantang Leona.

"Maka kamu akan mendapatkan konsekuensinya dan itu akan menjadi konsekuensi yang sangat menyebalkan!"

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Murti Puji Lestari
mas pangeran mbok ya peka dikit thooo
goodnovel comment avatar
sefi dwi handriyantin
namanya juga dokter,,pasti berusaha buat menyelamatkan pasiennya lah Haidar..
goodnovel comment avatar
Meaza Baggio
Dokter itu tugas nya menyelamatkan pasien nya haida apa pun kondisi nya, bukan malah bilang hanya ....salah besar itu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status