Share

5. Cartier Panthère de Cartier Drop Earrings

“Siapa gadis itu, Haidar?” tanya Ukail penasaran, karena putranya memang dikenal sebagai pria yang tidak bisa dekat dengan seorang wanita.

“Dia seorang …”

Suara ponsel milik Gaston berbunyi dan pria itu meminta maaf lalu mengangkatnya.

“Dia siapa?” Desak Ukail.

“Namanya Leona,” jawab Haidar. ‘Sialan! Kenapa aku malah teringat dengan gadis cerewet itu?’

“Dia gadis Amman juga?”

Haidar menggelengkan kepalanya.

“Maafkan saya, Tuanku Raja, Tuanku Pangeran. Namun, ini ada telepon penting untuk Tuanku Pangeran,” potong Gaston.

“Berikan ponselmu,” pinta Haidar yang menerima benda pipih itu dari Gaston. “Halo? … Hmmm… Hmmm. Iya, tolong siapkan saja. Nanti akan diambil. Ya, dibereskan oleh Gaston. Baik, terima kasih.”

Ukail Abdullah menatap ke arah putranya, “Soal apa, Haidar?”

“Pesanan aku, Abi. Aku tidak akan menikahi putri Shah Pahlevi. Aku tidak suka dia”.

Ukail manggut-manggut karena tahu gaya hidup putri Shah Pahlevi yang suka dengan kehidupan mewah dan glamor. Padahal Haidar bukan tipe royal meskipun mereka termasuk negara kaya di Timur Tengah.

“Siapa gadis bernama Leona itu? Apakah dia seiman?” Tanya Ukail penasaran.

“Iya. Abi akan tahu nanti,” jawab Haidar sambil berdiri. Kemudian, dia berkata lagi, “Maaf, Abi. Aku masih ada urusan.”

Ukail mengangguk sebelum mempersilakan putranya itu untuk pergi.

___

Keesokan paginya, Leona menikmati acara sarapannya di restoran hotel sambil menerima telepon dari ibunya.

“Sayang, Mommy kesepian karena tidak ada kamu yang cerewet,” rengek Lennah yang kehilangan teman ributnya di rumah.

“Ajak ribut Daddy atau Lev lah…”

“Haish. Daddy dan adikmu itu kan kalem banget. Mommy gemas sendiri jadinya,” keluh Lennah membuat Leona cekikikan.

“Sebentar lagi aku pulang, Mom. Kita akan gelut lagi,” senyum Leona.

“Ditunggu ya, Sayang.”

“Iya, Mommy-ku. Assalamualaikum,” pamit Leona.

“Wa'alaikum salam.”

Leona pun melanjutkan acara sarapannya. Namun, dia langsung celingak-celinguk kala melihat para staff hotel yang tampak terkejut dengan orang-orang yang datang ke restoran tempatnya sedang menikmati sarapan.

Leona lalu mengangkat bahu dan kembali makan. Sebab, menurutnya, apa yang terjadi bukanlah urusannya. Namun, pemikiran itu berubah saat empat orang dengan pakaian hitam-hitam itu menghampiri mejanya.

“Nona Leona Accardi?”

Leona menatap keempat pria itu dengan bingung. Sebab, orang yang memanggil namanya terlihat lebih tua dibandingkan dengan tiga orang di belakangnya.

“Ya? Kalian siapa?” mata karamel Leona menatap curiga ke keempat orang itu.

“Perkenalkan, nama saya Gaston dan saya adalah asisten tuan Haidar. Kami meminta nona Accardi untuk ikut bersama kami guna menemui tuan Haidar,” jawab pria yang tua itu.

Leona mengernyitkan dahinya, “Haidar minta bertemu denganku?”

“Iya, Nona.”

“Sekarang?” tanya Leona lagi.

Kali ini dia bersyukur bajunya cukup sopan, yaitu berupa blus lengan pendek dengan aksen renda dipadu rok panjang dan sepatu sneaker yang nyaman untuk jalan-jalan. Sebab, awalnya dia memang berencana untuk ke pasar tradisional di Amman.

“Benar, Nona.”

Leona mengangguk, “Bolehkah aku menghabiskan kopiku dulu?”

“Silakan.”

Leona lalu menghabiskan kopinya dan berdiri, sementara Gaston mengawal gadis cantik itu. Samar-samar Gaston bisa mencium harum parfum lembut yang dipakai oleh Leona.

Nona satu ini sangat wangi.

Leona pun kemudian masuk ke dalam mobil Range Rover yang sudah siap di depan pintu masuk hotel. Tindakannya itu diikuti oleh Gaston yang duduk di kursi depan.

Tiga pengawal lainnya sendiri berada di mobil belakang dan dua mobil itu pun berjalan beriringan menuju ke istana Abdullah.

Selama perjalanan, Leona menikmati pemandangan dari kaca mobil hingga mereka tiba di istana yang megah.

Sekarang, dia percaya kalau Haidar adalah pangeran.

Mobil itu kemudian berhenti di sebuah istana kecil yang berada di belakang istana utama. Saat Leona turun, para pelayan, terutama pelayan perempuan tampak berbisik-bisik ke arah gadis itu.

Leona sendiri membiarkannya dan hanya berjalan mengikuti Gaston menuju ke sebuah ruangan dengan pintu kayu besar yang mirip dengan kayu jati.

Gaston mengetuk pintu dan membukanya. Leona melongo karena di ruang kerja yang mewah itu berdiri sosok Haidar dalam balutan kemeja dan celana hitam.

“Tuanku, Nona Leona Accardi.” Gaston membungkuk hormat ke Haidar.

“Tinggalkan kami berdua, Gaston,” perintah Haidar.

Gaston pun pergi meninggalkan Haidar bersama dengan Leona yang tampak mengagumi interior ruangan pria itu.

“Kemari Leona.” ujar Haidar sembari berjalan ke meja kerjanya.

“Aku baru percaya kalau kamu itu seorang pangeran,” gumam Leona.

Haidar tidak menjawab, tapi memberikan sebuah kotak bertuliskan Cartier, “Sesuai janjiku.”

Leona menerima dan membuka isinya, “Cartier Panthère de Cartier Drop Earrings…”

Haidar mengangguk.

“Ada satu hal lagi,” lanjut pria itu sambil menyerahkan sebuah klausul kontrak ke Leona.

Gadis itu lantas meletakkan kotak anting-antingnya di atas meja dan langsung melihat adanya tulisan besar dalam bahasa Inggris.

“Menjadi istri kontrak?” mata karamel Leona menatap Haidar tidak percaya. “Kamu gila!”

***

Yuhuuuu up Sore Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️ 🙂 ❤️

Comments (7)
goodnovel comment avatar
sefi dwi handriyantin
awas lho Haidar nanti kamu bisa jadi bucin akut dan membagongkan..
goodnovel comment avatar
Rani Sariningsih
awas nanti bucin setengah mati loh haidar
goodnovel comment avatar
Nor Latifa Ifah
karma klan paling membagongkan ak menimpa Haidar .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status