Share

6. Kontrak Pernikahan

Leona berjalan mondar mandir di kamar hotelnya sambil menggigiti kukunya pertanda dirinya sedang bingung dan panik.

Orang itu! Benar-benar seenaknya sendiri!

Leona pun akhirnya duduk di sofa dan mengambil MacBook nya lalu mulai mencari tahu kasus apa yang terjadi di timur tengah.

Ya Allah… Memang situasinya kacau.

Leona bersimpuh diatas sajadah setelah ayahnya menghubungi dirinya tadi. Leona tidak menyangka Haidar mengatakan apa adanya dengan posisinya yang sulit.

Ini memang pernikahan politik dan wajar jika Haidar membuat surat nikah kontrak karena bukan pernikahan sebenarnya, hanya melindungi rakyat Jordania.

“Apa yang harus aku lakukan, ya Allah …” ucap Leona. “Masa aku harus menikah dengan jalan seperti ini?”

Gadis itu meringkuk diatas sajadah sambil termenung.

“Apakah itu hanya akal-akalan Haidar? Tapi aku membaca berita politik memang sedang ada krisis di Timur Tengah.” Leona melentangkan tubuhnya dan menghadap langit-langit hotel. “Kamu sih Leona, hanya gara-gara anting Cartier … Macam kamu tidak bisa beli saja, jadinya terbawa masalah kemana-mana.”

Keesokan paginya, Leona sarapan di hotelnya sambil melamun karena dirinya merasa galau akan segala sesuatu yang datang bertubi-tubi. Bohong jika Leona tidak ingin menikah, dia sangat ingin menikah tapi tidak seperti ini! Leona menjadi ingat saat sepupunya, Daisy Mancini harus menikah lewat jalur ekspres dengan Dokter Lucky Buwono, namun akhirnya mereka bahagia apalagi dengan kehadiran jagoannya.

Apa aku harus pakai jalur ekspres juga? - batin Leona.

Tiba-tiba terdengar suara riuh di dekat pintu restauran hotel dan Leona sudah bisa menebak bahwa itu pasti Gaston. Leona mengacuhkan sambil menyesap kopinya dan memandang pemandangan dari jendela restauran.

Leona tidak menoleh saat merasakan ada seseorang yang duduk di depannya. Harum parfum mahal tercium di hidung mancung Leona dan gadis itu merasa baunya berbeda dengan parfum yang dipakai Gaston kemarin.

"Ada apa Gaston? Apa aku harus menemui tuanmu lagi?" tanya Leona tanpa menoleh.

"Ada apa kamu cari Gaston?"

Leona tertegun mendengar suara dalam dan dingin di hadapannya. Gadis itu lalu menoleh dan melihat Haidar sudah duduk di hadapannya dengan suit bewarna hitam-hitam.

Sepertinya dia suka warna hitam. Taruhan di walk in closet nya 80 persen kemejanya bewarna hitam! - batin Leona.

"Kukira Gaston. Ada apa yang mulia pangeran Haidar Abdullah?" Leona menundukkan wajahnya memberikan hormat ke pria itu.

"Sudah selesai sarapannya? Ayo ikut!" Haidar pun berdiri dan menarik tangan Leona.

"Eh? Eh? Tunggu! Tas aku ketinggalan!" Leona mengambil tas Longchamp nya yang disampirkan di kursi lalu berjalan sedikit terseret karena ditarik Haidar.

Semua orang menundukkan kepalanya saat Haidar berjalan menuju lobby hotel dan menghela punggung Leona untuk masuk ke dalam mobil Mercedez Benz G-Class nya. Leona mengira bahwa mereka akan naik dengan sopir tapi tidak menduga jika Haidar menyetir sendiri.

Leona tidak mengeluarkan sepatah katapun karena memilih untuk ribut di ruang kerja Haidar. Leona sedikit banyak hapal jalan ke istana milik pria itu karena memang di jalan utama.

Mobil hitam itu pun tiba di istana kecil milik Haidar dan pria itu pun turun lalu membukakan pintu Leona guna membantunya turun. Haidar lalu berjalan terlebih dahulu di depan dengan diikuti Leona yang rasanya ingin menjitak kepala pangeran itu.

Sayangnya aku kalah tinggi - batin Leona.

Haidar pun masuk ke dalam ruang kerjanya setelah dua pengawal membukakan pintu besar itu dan Leona pun ikut masuk. Lagi-lagi Leona kagum dengan kemewahan ruang kerja pangeran Yordania itu meskipun dirinya juga termasuk anak orang kaya.

"So, apa keputusan kamu?" tanya Haidar sambil bersandar di meja kerjanya dan kakinya yang panjang tampak disilangkan ke depan.

"Aku ajukan pertanyaan dulu."

"Shoot!"

"Jujur sama aku. Ini bukan hanya soal kilang minyak kan? Ini soal nuklir bukan?" Leona menatap tajam ke Haidar.

"Aku kira kamu tidak paham politik."

"Daddy aku yang bilang, Haidar! Aku tidak suka politik tapi aku lebih tidak suka negara cantik ini menjadi penyimpanan nuklir!" bentak Leona kesal.

"Jadi?" Mata emas Haidar menatap tajam ke putri pengusaha Raul Accardi itu.

"Oke. Aku akan menerima tawaran kamu... Dengan syarat yang juga aku ajukan ke kamu."

"Which is?"

"Tidak ada tidur bersama, pernikahan hanya setahun sampai semuanya aman dan tenang, aku hanya minta ganti rugi setahun!"

Haidar menaikkan sebelah alisnya. "Yakin?"

"Yeah!"

"Jika perasaan kamu berubah?" tanya Haidar.

"Tidak akan!" jawab Leona yakin.

Haidar berdiri dan mendekati Leona yang terpaksa harus mendongak karena kalah tinggi.

"Sebenarnya tinggi kamu berapa sih?" tanya Leona.

"190cm. Kamu? 150cm?"

Leona memukul bahu Haidar. "Aku tidak sependek itu ! 167cm."

Haidar menarik pinggang Leona lagi dan membuat gadis itu terkejut karena sudah dua kali pria ini membuat dirinya terperangkap dalam pelukannya.

"Setahun?" tanya Haidar dengan nada dingin.

"Setahun..."

"Baiklah." Haidar melepaskan pelukannya membuat Leona sedikit terhuyung karena tubuhnya merasa kehilangan pelukan hangat itu. "Tanda tangani..."

"Ganti dulu isi kontraknya ..." pinta Leona.

Haidar memencet tombol di mejanya dan tak lama Gaston masuk.

"Ada apa Tuanku?" tanya Gaston.

"Ganti isi kontraknya." Haidar memberikan poin-poinnya ke Gaston sementara Leona berjalan-jalan di sekitar ruang kerja mewah itu dan melihat foto-foto diatas meja Konsul. Leona bisa melihat Haidar sangat mirip dengan ibunya.

"Baik, saya segera ganti tuanku." Gaston membungkuk dan keluar dari ruang kerja Haidar.

"Aku menunggu?" tanya Leona.

"Yes." Haidar pun duduk di kursi kebesarannya dan mulai bekerja sementara Leona memilih untuk mengambil MacBook nya serta bekerja di sofa.

Suara ponsel gadis itu berbunyi dan Leona menerimanya. Haidar bisa mendengar gadis itu berbicara dengan bahasa Italia yang diperkirakan berhubungan dengan pekerjaannya disana.

Haidar sesekali melirik ke arah Leona yang sibuk dengan pekerjaannya. Pangeran tampan itu memang serius dengan keputusannya menikahi Leona karena dia butuh dukungan dari para pemimpin negara Timur Tengah untuk menolak pembangunan penyimpanan nuklir di wilayahnya.

Haidar bisa saja menolak tapi dia juga tidak mau mengambil resiko dengan adanya kemungkinan perang dengan Iran. Jika dia menikah dengan Leona, paling tidak negaranya aman apalagi Paman Leona adalah raja Belgia dan sepupunya pangeran Inggris serta pangeran Arab Saudi.

Ini memang pernikahan politik tapi Haidar harus melakukannya demi perdamaian di Timur Tengah.

Cukup sudah permasalahan perang yang merugikan banyak orang serta menghilangkan banyak nyawa, ekonomi hancur dan keburukan lainnya.

Susah payah leluhurnya membuat damai dengan tidak menyenggol siapapun dan ini yang sedang dia lakukan. Ayahnya, semenjak Fatimah meninggal, menjadi pribadi yang tertutup dan sulit mengambil keputusan.

"Haidar..." panggil Leona.

"Hhhmm..."

"Aku tidak mau pesta mewah."

Haidar menatap wajah Leona. "Apa maksudmu?"

"Pesta pernikahan sederhana..."

"Tidak!" potong Haidar. "Kamu harus tahu, kita akan menikah secara mewah untuk memperlihatkan kepada semua negara. Paham?"

Leona memajukan bibirnya. "Padahal tidak perlu mewah karena semua orang tahu kamu menikah denganku."

Haidar tertegun. Gadis ini anak orang kaya, bahkan termasuk keluarga Sultan tapi dia minta pernikahan sederhana? Ya ampun!

Comments (9)
goodnovel comment avatar
Murti Puji Lestari
kereennn mbak lanjut apakah akan ada gegeran timur Tengah versi mbak hana, kita tunggu sama sama ...
goodnovel comment avatar
sefi dwi handriyantin
bener banget Leona,, ngadu sama big boss,, minta petunjuk.. siapa tahu awalnya cuma kontrak berubah untuk selamanya.. saling cinta dan bucin.. kayak Ravi Karina,, dok Lucky jeng Daisy..
goodnovel comment avatar
Rani Sariningsih
semangat buat leona
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status