Share

6. Haidar dan Raul Accardi

Leona menatap mata emas itu dengan perasaan tidak percaya. Bagaimana bisa dia yang seorang putri pengusahaan dari Turin, diminta menjadi seorang istri kontrak terlepas yang meminta adalah seorang pangeran… tidak, lebih buruk dari itu. Putra Mahkota kerajaan Jordania!

“Haidar… Apa kamu masih waras?” Leona membaca klausul kontrak itu dan tertegun bahwa dirinya akan mendapatkan 10% kekayaan Haidar jika bisa melahirkan seorang bayi laki-laki.

“Ini apa?” Protes Leona sambil menunjukkan poin dari klausul kontrak. “Bagaimana bisa aku punya anak laki-laki?”

Haidar menatap dingin ke Leona. “Apa kamu melupakan pelajaran biologi dasar? Tentang reproduksi manusia?”

Mata karamel Leona menatap judes ke pria yang lebih tinggi darinya. “Aku seorang dokter dan tentu saja aku tahu tentang reproduksi manusia serta sex education! Tapi aku tidak mau tidur denganmu!”

Haidar mengerjap-ngerjapkan matanya. Apa? Gadis ini tidak mau tidur denganku? Memangnya aku tidak menarik?

“Kenapa?” Tanya Haidar dengan nada dalam.

“Karena, aku tidak mengenal siapa dirimu! Aku hanya tahu kamu Pangeran Haidar Abdullah, itu saja! Dan, aku tidak mencintaimu!” Jawab Leona dengan nada naik. “Aku menolak!”

Leona lalu mengambil kotak Cartier itu dan berbalik untuk berjalan menuju pintu.

“Leona Accardi!” Panggil Haidar.

“Apa!” Balas Leona galak.

“Aku belum mengijinkan kamu pergi.”

Leona berbalik dan berjalan mendekati Haidar dengan wajah marah. “Siapa kamu? Hak aku untuk pergi!”

“Aku adalah putra mahkota Kerajaan Jordania dan aku punya hak melarang kamu pergi. Ingat, aku memiliki kekuasaan disini dan kamu, hanya seorang turis.” Haidar menatap dingin mata karamel Leona.

“Ka … Kamu … Diktaktor!”

Haidar mengedikkan bahunya. “Terserah kamu bilang apa.”

Leona menggeram marah. “Apa kamu tidak tahu siapa keluarga aku?”

“Tahu dan aku tidak perduli!”

“Oom aku raja Belgia, Emir Dubai, Emir Qatar, Emir Bahrain dan Emir Oman!”

“Aku mengenal mereka, Raja Arsyanendra Léopold of Belgium, Emir Ghazantar Schumacher dan Emir Nandara Blair of Dubai, Emir Rauf Khalid of Qatar, Emir Malik Al Khalifa of Bahrain dan Emir Eren Al Sharif of Oman.”

Leona mendongakkan dagunya. “Mereka tidak akan pernah menerima jika kamu melakukan seperti ini padaku! Belum kedua orang tua aku!”

Haidar tersenyum smirk. “Apakah kamu akan mau terjadi perang?”

“Jordania tidak akan bisa melawan kekuatan gabungan dari para ipar itu!” Balas Leona galak.

“Jadi?”

Leona mengernyitkan keningnya. “Apa maksudmu dengan ‘jadi’?”

Haidar memegang dagu Leona. “Menikah denganku dan tidak akan perang di Timur Tengah.”

“Itu bukan salahku!”

“Oh, akan menjadi salahmu jika kamu tidak mau.”

Leona menatap tajam pria tampan yang menyebalkan itu. “F**** you!”

Haidar menarik pinggang Leona dan gadis itu menabrak dada bidang yang berotot. Leona berani bertaruh jika pangeran satu ini pasti memiliki tubuh macam model majalah GQ. Sebagai seorang dokter, meskipun dokter hewan, Leona bisa merasakan tubuh orang yang suka berolahraga atau tidak. Apalagi ayah dan adiknya paling suka nge-gym hingga tahu badan mereka seperti apa.

“Lepaskan!” Bentak Leona.

“Bibir kamu itu tidak patut untuk mengumpat, Leona.”

“Suka suka aku! Bibir punya a…” Suara Leona menghilang saat Haidar mencium bibirnya.

Gadis itu berusaha melepaskan pelukan Haidar tapi pria itu jauh lebih erat memeluknya bahkan satu tangannya yang bebas menahan tangan Leona.

Bibir Haidar yang semula mencium macam ingin tahu, kecupan ringan, perlahan menjadi panas dengan lidahnya bermain di dalam mulut Leona. Gadis itu masih berusaha melepaskan diri namun Haidar menahan kepalanya hingga mau tidak mau, Leona merasakan ciuman pria itu.

Merasa kedua tangannya bebas, dengan sisa kekuatannya, Leona mendorong tubuh Haidar hingga pagutannya terlepas dan gadis itu pun berdiri dengan nafas tersengal-sengal. Haidar bisa melihat wajah terluka Leona dan air matanya tanpa diminta pun mengalir dari matanya yang indah.

“Ka … Kamu …” ucapnya tergagap. Leona mengambil tissue diatas meja dan mengelap bibirnya yang tadi dicium panas oleh Haidar.

Haidar membenarkan bajunya yang sedikit kusut.

“Well, setidaknya kita cocok di ciuman…”

PLAK!

Leona menampar pipi Hadiar dan gadis itu sudah bersiap jika pangeran itu menyerang dirinya. Ternyata Haidar diam saja dengan wajahnya yang tanpa ekspresi.

“Pikirkan baik-baik, Leona. Aku tidak takut melawan semua anggota keluarga kamu yang di Timur Tengah tapi aku memintamu menikah denganku bukan tanpa alasan.”

“Berikan alasan yang masuk akal! Bukan ada klausul aku harus melahirkan anak laki-laki! Memangnya aku bisa mengontrol kecebong kamu! Aku tidak suka jika kamu menganggap bahwa aku bisa dibeli seenaknya!” Bentak Leona.

“Sheikh Pahlevi dari Iran ingin menikahkan putrinya denganku.”

“Itu urusan kamu! Bukan urusan aku!” Cebik Leona.

“Menjadi urusan kamu karena aku tidak mau menikah dengannya!”

“Bilang saja kamu … Gay atau tidak tertarik menikah!”

Haidar menaikkan sebelah alisnya. “Bagaimana bisa kamu bilang aku gay padahal aku mencium kamu panas?”

Pipi Leona memerah karena tanpa sadar, dirinya pun menikmati ciuman pria itu. Ya ampun Leona, kamu sangat menyedihkan. Gampang terhanyut dengan ciuman seperti itu.

“Tolak saja. Kan beres!”

Haidar menggelengkan kepalanya. “Tidak semudah itu. Menikah denganmu, maka Iran tidak bisa melawan kami karena aku akan mendapatkan dukungan dari lima negara timur tengah.”

Leona melongo. “Jadi? Kamu …”

“Aku lebih baik ribut dengan keluarga kamu untuk menikahimu daripada harus perang!”

Leona memegang pangkal hidungnya. “Iran ingin mengikat Jordania untuk …”

“Kilang minyak.”

“Tentu saja…” ucap Leona. “Dasar politik!”

“Kamu bisa paham kan?”

“Aku pelajari kontrak kamu dan aku keberatan jika dalam salah satu poinnya mengatakan aku harus melahirkan bayi laki-laki.” Leona menatap berani ke Haidar.

“Why?”

“Karena prince Haidar Abdullah, jika aku pun mau menikah denganmu, aku tidak akan tidur denganmu!”

___

Gaston mengantarkan Leona kembali ke hotelnya sementara Haidar duduk di kursi kerjanya sambil berpikir. Mata emasnya melihat kotak Cartier yang tertinggal di mejanya dan pria itu mengambilnya.

Haidar mengklik tombol di iMac nya dan menghubungi seseorang. Tak lama di layarnya muncul wajah seorang pria dengan garis khas Italia disana.

“Boleh tahu anda siapa?” Tanya pria itu dengan wajah dingin.

“Selamat malam Signor Accardi. Perkenalkan, saya Haidar Abdullah, prince of Jordania.”

Raul Accardi menatap datar. “Kamu itu hanya aktor yang berakting untuk melakukan scam kan?”

Haidar tertegun. Aktor?! Scam? Apa wajah aku wajah penipu?

___

Leona berjalan mondar mandir di kamar hotelnya sambil menggigiti kukunya pertanda dirinya sedang bingung dan panik.

Orang itu! Benar-benar seenaknya sendiri!

Leona pun akhirnya duduk di sofa dan mengambil MacBook nya lalu mulai mencari tahu kasus apa yang terjadi di timur tengah.

Ya Allah… Memang situasinya kacau.

____

Raul hanya diam tanpa ekspresi saat mendengar permintaan Haidar untuk meminang putrinya. Raul tidak menduga liburan putrinya kali ini menjadi kacau balau apalagi Leona baru dua hari di Amman. Bagaimana bisa ada seorang pangeran dengan yakinnya hendak menikahi putrinya? Apa dia tidak tahu jika Leona sangatlah bar-bar?

“Apa kamu yakin?” Tanya Raul.

“Saya yakin, Signor Accardi. Saya sudah tahu siapa keluarga Leona.”

“Apa tujuan kamu sebenarnya, Haidar?” Tembak Raul yang tahu pasti tidak ada udang di balik bakwan jika soal ini.

“Saya tidak mau negara saya menjadi tempat penyimpanan senjata nuklir. Jika saya menerima lamaran itu, anda bisa bayangkan bukan?”

“Kamu adalah penguasa Jordania, Haidar. Tidak ada yang berhak utak Atik negara kamu!” Tegas Raul.

“Sayangnya, saya pasti ditekan oleh keluarga Pahlevi. Saya menolak atau pun menerima pernikahan, pasti akan ada perang. Jika bersama Leona, mereka akan berpikir ulang.”

“Jika ini adalah pernikahan politik dan demi keuntungan kamu, aku tidak menyetujui!”

“Saya tahu tapi ini demi orang banyak, Signor dan mencegah perang dunia.”

Raul menghela nafas panjang. “Akan aku pikirkan tapi ingat Haidar, aku tidak silau dengan kekayaan dan kekuasaan kamu karena kami sudah kaya.”

___

Leona bersimpuh diatas sajadah setelah ayahnya menghubungi dirinya tadi. Leona tidak menyangka Haidar mengatakan apa adanya dengan posisinya yang sulit.

Ini memang pernikahan politik dan wajar jika Haidar membuat surat nikah kontrak karena bukan pernikahan sebenarnya, hanya melindungi rakyat Jordania.

“Apa yang harus aku lakukan, ya Allah …” ucap Leona. “Masa aku harus menikah dengan jalan seperti ini?”

Gadis itu meringkuk diatas sajadah sambil termenung.

“Apakah itu hanya akal-akalan Haidar? Tapi aku membaca berita politik memang sedang ada krisis di Timur Tengah.” Leona melentangkan tubuhnya dan menghadap langit-langit hotel. “Kamu sih Leona, hanya gara-gara anting Cartier … Macam kamu tidak bisa beli saja, jadinya terbawa masalah kemana-mana.”

***

yuhuuuu up Sore Yaaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️ 🙂 ❤️

Komen (8)
goodnovel comment avatar
sefi dwi handriyantin
bener banget Leona,, ngadu sama big boss,, minta petunjuk.. siapa tahu awalnya cuma kontrak berubah untuk selamanya.. saling cinta dan bucin.. kayak Ravi Karina,, dok Lucky jeng Daisy..
goodnovel comment avatar
Rani Sariningsih
semangat buat leona
goodnovel comment avatar
Meaza Baggio
Pernikahan bukan buat main2 Haidar ,apa lg dalam keluarga leonna pernikahan itu sesuatu yg samgat sakral. Bagus leonna ,minta petunjuk dan jalan yg terbaik sama Allah .
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status