Dominic pulang kerumah setelah selesai berbicara pada pengacara, entah mengapa ada perasaan tidak enak dihatinya dan ternyata benar, ia melihat sang menantu ditarik paksa keluar dari rumah oleh anaknya.“Ada apa ini?”“Papa…!” Berta menoleh ke sumber suara dan mendapatkan tatapan tajam papanya.“Ada apa ini? Mengapa kamu menyeret Celine seperti binatang dan kamu….Reno, ada apa dengan wajah kamu?” Pandangan Dominic tertuju pada Reno yang wajahnya terluka. Reno menunduk tanpa berani menjawab.Mendengar suara Dominic, Berlina yang tadinya masih di dalam rumah segera keluar. Berlina berpikir sang suami tidak pulang cepat.“Sayang….kamu sudah pulang.” ucap Berlina lembut, lalu ia melotot pada Celine.Mendapat tatapan tajam dari Berlina, Celine berusaha berdiri dan memegang perutnya yang terasa nyeri. “Tolong jelaskan. Ada apa ini?” Dominic kembali bertanya pada Berlina karena tidak mendapat jawaban dari Berta yang saat ini hanya menunduk takut.“Menantu kesayangannya Papa berselingkuh den
“Kamu dirumah saja,” ucap Bryan sambil memasang jam tangan mahal. Lalu ia mengambil jasnya yang tersangkut di sudut lemari.“Memangnya Mas mau kemana selesai acara?” Tanya Celine yang saat ini sedang duduk di tepi ranjang sambil meremas selimut yang menutupi dadanya yang polos karena mereka baru saja selesai bercinta.“Sejak kapan kamu mulai mencampuri urusanku.” ucap Bryan dengan ketus.“Bukan begitu Mas….”“Alah…sudah. Aku muak mendengar ocehanmu itu. Lebih baik kamu bersiap-siap ke bawah.”“Baik.” ucap Celine patuh. Lalu ia bangkit dengan selimut masih menutupi tubuhnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.“Eh…tunggu.” panggil Bryan membuat Celine menghentikan langkahnya.“Iya, Mas.”“Kalau Papa tanya. Bilang saja kamu tidak enak badan jangan kamu bilang kalau aku yang tidak mengizinkan kamu ikut atau kamu bilang kaki kamu sakit.” kata Bryan lalu menoleh kaki Celine yang terluka sehingga ia berjalan dengan pincang.“Kamu tenang saja, Mas. Aku ngerti kok dan ini bukan yang pe
“CELINEEEE…..” Teriak Bryan yang tampak bosan menunggu Celine turun berganti pakaian. Celine yang mendengar teriakan Bryan hanya bisa mengelus dada. Padahal ia baru 15 menit berada dikamar dan belum berhias diri, ia tidak mau membuat malu mertua dan suaminya kalau ia tidak berpenampilan baik walau ia tidak suka berdandan tapi ia tahu cara untuk memoles wajahnya agar terlihat menarik.Tidak mau mendengar teriakan suaminya kembali, ia pun bergegas memakai baju yang sudah disediakan jauh-jauh hari. Baju tersebut sudah lama ingin ia kenakan untuk menghadiri pesta perusahaan tapi tidak pernah jadi digunakan karena ia tidak diizinkan pergi namun malam ini ia akan memakainya. Dengan percaya diri Celine memakai gaunnya yang sangat pas di badannya lalu memoles wajahnya agar kelihatan cantik.Kulit Celine yang putih bersih, hanya memakai sedikit riasan sudah membuatnya kelihatan cantik. Namun sayang di mata suaminya ia hanya seorang wanita tak menarik walau tubuhnya ia nikmati.Celine pun berg
Bryan yang hanya melihat namanya di layar ponsel membuat jantungnya memompa dengan cepat. Bryan tidak menyangka setelah sekian lama Mona baru menghubunginya. Ia segera mengangkatnya, ia tidak mau panggilan tersebut akan berakhir kalau ia lama mengangkatnya.“Mona,”“Hai…lama tidak bertemu ternyata kamu masih seperti dulu. Kamu kelihatan semakin tampan dengan stelan jas navy yang kamu gunakan.” kata Mona di seberang seakan ia mengetahui keadaan Bryan saat ini.“Kamu dimana?” Tanya Bryan mengerutkan dahinya dan melihat-lihat sekitar tamu undangan karena ucapan Mona seakan ia berada di sini.“Dasar gak sabaran.” jawab Mona sambil tertawa saat memandang wajah penasaran Bryan terhadapnya.Bryan berdecak kesal karena Mona mempermainkannya, ia sangat yakin saat ini pasti Mona berada tepat di dekatnya karena Mona mengetahui pakaian yang ia kenakan. Dengan ponsel masih berada di telinganya, Bryan mencoba mencari keberadaan Mona. Dan mata tajamnya menangkap sosok wanita dengan memakai dres tanp
Airmata yang sedari tadi Celine tahan akhirnya lolos juga, ia sedih karena seharusnya yang berada di samping suaminya bukan wanita tersebut. Ia juga kecewa dengan sikap suaminya yang bukannya mengajaknya ke panggung malah bersikap acuh padanya. Celine pun bangkit dari duduknya, ia ingin keluar dari acara ini. Percuma ia berada disini, dengan langkah tertatih-tatih Celine keluar dari gedung terdengar suara bergemuruh karena sang pemilik acara sedang mengumumkan sesuatu dan Celine tidak peduli, yang ia inginkan sekarang kembali ke rumah dan beristirahat karena kakinya sudah sangat sakit. “Nona Celine, apa yang ia lakukan?” Gumam Reno sang asisten Bryan saat melihat Celine berjalan keluar dari gedung hotel. Reno yang tadinya hendak masuk ke dalam hotel berbalik arah menghampiri istri Tuannya. “Nona Celine…” pekik Reno. Langkah Celine terhenti lalu ia menoleh ke sumber suara dan tampak sangat asisten suaminya sedang berjalan cepat ke arahnya. “Apa yang Nona lakukan di luar? Kenapa n
“Terus…sayang….ini sangat nikmat. Aku tidak pernah merasakan senikmat ini dengan istriku.”Celine mendengar suara laki-laki yang sangat ia kenal berkata hal yang membuat jantungnya berpacu dengan cepat, ia melangkah ke sumber suara yang ternyata berada di sebelah kamarnya.Pintu kamar tersebut terbuka sedikit sehingga Celine bisa melihat dengan jelas apa yang sedang mereka lakukan di dalam.“Mas….apa yang kalian lakukan?” Teriak Celine dengan berderai airmata melihat suaminya mengerang nikmat di bawah tubuh wanita lain. Dengan tubuh gemetaran Celine hanya mampu menatap sang suami yang tidak peduli dengan keberadaannya.“MAAAAS……!” Teriak Celine kembali. Celine tersentak langsung membuka, keringat muncul di dahi dengan nafas tersengal-sengal.“Syukurlah ternyata cuma mimpi. Tapi mengapa mimpi tersebut seperti nyata.” lirih Celine lalu ia menatap jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 3 malam.“Ini sudah hampir pagi, mengapa beliau belum pulang ya ? Apa yang lain juga tidak pula
Bryan diam tanpa menjawab pertanyaan yang Celine ajukan. Ia berusaha mengingat kembali kejadian semalam sebelum ia pulang, namun ia tidak bisa mengingatkan.“Mas jawab yang aku tanyakan?” Tanya Celine kembali dengan suara bergetar.“Diamlah Celine! Aku tidak ingat apa yang sudah aku lakukan semalam.” bentak Bryan. Lalu ia duduk di sisi ranjang lantas mengambil ponselnya yang ada di nakas.Celine hanya diam memperhatikan wajah suaminya yang tampak gusar bukan meminta maaf padanya malah menghubungi seseorang.“Sial! Mengapa tidak di angkat?” Gerutu Bryan saat yang dihubungi tidak mengangkat panggilannya.“Mas, aku tidak suka kamu selingkuhi. Kalau memang kamu masih mencintai wanita itu maka ceraikan aku saja.” ucap Celine di sela-sela isak tangisnya. Bryan menatap tajam ke arah Celine, “jangan asal bicara kamu ya. Cepat kamu siapkan pakaian kerjaku.” Bryan bangkit dari duduknya menuju kamar mandi, ia seolah enggan menanggapi ucapan Celine.“Mas….aku rela keluarga kamu hina, bahkan tem
Selesai membersihkan diri Celine keluar dari kamar, perutnya terasa lapar ia pun turun ke dapur. Dengan langkah pincangnya Celine menuruni tangan dengan hati-hati sambil berpegangan pada pembatas tangga. Sesampainya di ruang makan, Celine terbengong menatap meja yang kosong. Tidak ada lagi makanan yang ia masak di meja. Makanan begitu banyak tidak mungkin dihabiskan oleh orang rumah. “Ah…mungkin Bibi Nani menyimpannya di dapur.” Celine pun melangkah ke dapur dan membuka lemari pendingin. Namun isi dalam kulkas hanya terdapat bahan-bahan mentah. Berlina yang sejak tadi berdiri dengan tangan berada di pinggangnya sambil tersenyum sinis, “Bagus ya. Jam segini baru turun kebawah dan membuat suami kamu melewatkan sarapan.” Celine memutar tubuhnya menghadap ke arah mertuanya yang berdiri tak jauh darinya di dapur. “Maaf, Ma.” sesal Celine. “Apa kamu tahu? Kalau hari ini Bryan mengadakan rapat penting.” ketus Berlina. Dan Celine hanya menggeleng karena memang dia tidak tahu kalau