“Terus…sayang….ini sangat nikmat. Aku tidak pernah merasakan senikmat ini dengan istriku.”
Celine mendengar suara laki-laki yang sangat ia kenal berkata hal yang membuat jantungnya berpacu dengan cepat, ia melangkah ke sumber suara yang ternyata berada di sebelah kamarnya. Pintu kamar tersebut terbuka sedikit sehingga Celine bisa melihat dengan jelas apa yang sedang mereka lakukan di dalam. “Mas….apa yang kalian lakukan?” Teriak Celine dengan berderai airmata melihat suaminya mengerang nikmat di bawah tubuh wanita lain. Dengan tubuh gemetaran Celine hanya mampu menatap sang suami yang tidak peduli dengan keberadaannya. “MAAAAS……!” Teriak Celine kembali. Celine tersentak langsung membuka, keringat muncul di dahi dengan nafas tersengal-sengal. “Syukurlah ternyata cuma mimpi. Tapi mengapa mimpi tersebut seperti nyata.” lirih Celine lalu ia menatap jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 3 malam. “Ini sudah hampir pagi, mengapa beliau belum pulang ya ? Apa yang lain juga tidak pulang.” batin Celine sambil turun dari ranjang, lalu ia duduk di sofa yang terletak di kamar. Celine menuangkan air yang tersedia di meja lalu meneguknya. Tenggorokannya terasa kering seakan ia lelah berteriak padahal semua itu hanya mimpi. “Sebaiknya aku hubungi Mas Yan, tidak pernah ia tidak pulang kerumah sesibuk apapun.” Celine bangkit dari duduknya dan hendak mengambil ponsel yang berada di nakas samping ranjangnya. Namun terdengar bunyi pintu dibuka, Celine pun menoleh dan mendapatkan sangat suami pulang dengan keadaan berantakan. “Mas…kamu kenapa?” Dengan langkah tertatih-tatih Celine menghampiri Bryan yang berjalan sempoyongan. “Minggir kamu, aku bisa sendiri.” Bryan menepis tangan Celine yang hendak membantu Bryan berjalan. Celine membiarkan Bryan berjalan dengan sempoyongan menuju ranjang mereka. Begitu sampai ia langsung menjatuhkan tubuhnya di ranjang dengan kaki menggantung di pinggir tempat tidur. Melihat tidak ada pergerakan dari suaminya, Celine pun mendekati ranjang dan melepaskan sepatu sang suami yang masih terpakai. Bau alkohol menyengat di pensiunan Celine namun ia tahan. Dengan sekuat tenaga Celine membalikkan tubuh besar suaminya yang saat ini tidur tengkurap. Setelah membalikkan tubuh Bryan, ia pun membuka baju kemeja putih sehingga meninggalkan baju dalamnya kensi. Mata Celine membulat saat ia lihat dada suaminya penuh dengan tanda merah. “Apa mungkin mimpiku jadi kenyataan? Tidak…itu tidak mungkin! Bisa saja tanda merah itu karena digigit serangga. Aku gak boleh berpasangan buruk.” Celine mencoba menepis bayangan buruk yang ada dipikirannya. Lalu Celine mengambil selimut dan menutupi tubuh Bryan yang hanya memakai kaos dalam. Tangan Celine bergetar memegang kemeja putih Bryan, ia segera berjalan menuju kamar mandi dan melemparkan kemeja tersebut ke keranjang pakaian kotor. Celine sengaja tidak ingin memperhatikan bagian kerah karena sepintas ada noda di bagian tersebut namun saat Celine memasukkannya ke keranjang posisi kerah kemeja malah terlihat jelas dimata Celine ada noda merah berbentuk bibir. Tubuhnya Celine melemas, ia pun terduduk di lantai samping keranjang sambil menangis tanpa suara. “Apa salahku, Mas? Mengapa kamu tega membuat hati ini semakin sakit? Aku rela dihina, dicaci oleh keluargamu tapi aku tidak rela kalau kamu selingkuhi bahkan sama melakukan hal yang menjijikkan.” lirih Celine dengan suara pelan sambil memukul dadanya. Celine yang tidak bisa tidur kembali pun keluar dari kamarnya menuju dapur setelah ia membasuh wajahnya agar kelihatan segar walau mata sembabnya masih kelihatan. Penghuni rumah masih pada di kamarnya masing-masing karena waktu masih menunjukkan pukul 4 pagi. Celine membuka lemari pendingin dan mengeluarkan semua bahan makanan yang akan dibuat untuk sarapan pagi ini. Dengan perasaan kesal Celine membuat menu sarapan yang banyak, nasi kuning, udang balado, ayam kremes, sambal kentang dan daging rendang. Semua Celine lakukan sendiri, setelah hampir selesai Mbok Nany yang baru bangun dikejutkan dengan adanya Celine di dapur. “Maaf Non. Mbok telat bangun.” ucap Mbok Nany merasa tidak enak Nona Mudanya sudah lebih dulu bangun untuk membuatkan sarapan. “Mbok gak telat cuma aku aja yang kecepatan bangun.” ucap Celine sambil tersenyum. “Ini semua sudah selesai, tinggal Mbok letakan di meja saja.” Mbok Nany menatap takjub makanan yang di buat Celine, ia bisa mengerjakan semuanya sendiri. Mbok Nany segera meletakan semua masakan di meja dan bergegas kembali ke dapur. “Non, biar Mbok yang cuci saja.” pinta Mbok Nany saat melihat Celine hendak mencuci alat memasak yang ia gunakan. “Gak apa-apa Mbok.” “Non sudah capek masak begitu banyak. Nanti kaki Non sakit lagi kelamaan berdiri, biar Mbok aja yang nyuci dan sekarang Nona siap-siap untuk sarapan juga.” Mbok Nany mendekati Celine yang berada di wastafel dan membuka sarung tangannya. “Baiklah.” Celine menghela nafas dengan berat, lalu ia membuka apron nya dan berjalan dengan langkah gontai ke kamarnya. **** Bryan terbangun dengan kepalanya terasa nyeri, ia mencoba mengingat kejadian semalam saat bersama Mona sampai ia kembali ke rumah dalam keadaan mabuk. Bryan merutuki kebodohannya karena hampir saja melecehkan Mona karena pengaruh alkohol tapi untungnya ia bisa mengendalikan diri. “Aakhh….kalau saja bayangan Celine tidak hadir mungkin semalam aku sudah tidur bersama Mona ” gerutu Bryan sambil menjambak rambutnya. “Perasaan apa ini? Apakah aku mulai merasa simpati dengan wanita pincang itu? Mengapa aku rasanya sangat marah saat teman-teman menghinanya?” Batin Bryan, semalam Bryan minum sangat banyak karena ia kesal temannya mengejek Celine dan Bryan tidak mungkin menghajar mereka di acara penting Papanya. Pintu kamar terbuka, Celine masuk ke dalam kamar tanpa menoleh ke arah ranjang. Ia langsung berjalan menuju kamar mandi tanpa mempedulikan Bryan yang saat ini sedang memijat kepalanya yang sakit. “Kenapa dengannya? Tumben mukanya jutek, biasanya langsung tersenyum.” gumam Bryan yang bingung dengan sikap Celine yang agak berubah. Bryan meraih gelas yang ada dinakas, saat ia hendak mengambilnya isi dalam gelas tersebut kosong. Biasanya Celine tidak pernah melupakan mengisi air di dalam gelas tersebut. Bryan kembali meletakkan gelas tersebut lalu ia duduk bersandar di ranjang menunggu Celine keluar dari kamar mandi. Celine tampak lebih segar setelah mandi, lalu ia menuju walk in closet. Lagi-lagi Celine tidak mempedulikan Bryan. Hatinya sangat sakit membayangkan tanda merah di dada sang suami dan juga di kemejanya. “Celine….” kata Bryan saat Celine hendak kembali keluar dari kamar. “Hmmmm” “Ambilkan aku air minum!” Tanpa menjawab Celine mengambil ceret yang ada di sofa lalu menuangkannya ke dalam gelas kosong yang ada di nakas. Lalu memberikannya ke Bryan. Bryan menerimanya dan lalu langsung menandaskannya sampai habis. Kemudian ia berikan kembali gelas kosong tersebut pada Celine. Celine masih berdiri didepan Bryan dengan menggenggam erat gelas yang ada di tangannya. Di dalam kamar mandi tadi ia sudah bertekad untuk memberanikan diri bertanya pada Bryan tentang apa yang sudah dia lakukan dengan wanita itu. “Mas….” “Hmmmm….” gumam Bryan sambil masih memijat kepalanya, ternyata ia tidak bisa banyak minum dan ini sungguh sangat menyiksanya. “Bisa Mas jelaskan tanda yang ada di tubuh Mas itu?” tanya Celine. Deg Bryan menatap tajam Celine lalu menoleh ke badannya dan ia pun terkejut dengan tanda tersebut.Bryan diam tanpa menjawab pertanyaan yang Celine ajukan. Ia berusaha mengingat kembali kejadian semalam sebelum ia pulang, namun ia tidak bisa mengingatkan.“Mas jawab yang aku tanyakan?” Tanya Celine kembali dengan suara bergetar.“Diamlah Celine! Aku tidak ingat apa yang sudah aku lakukan semalam.” bentak Bryan. Lalu ia duduk di sisi ranjang lantas mengambil ponselnya yang ada di nakas.Celine hanya diam memperhatikan wajah suaminya yang tampak gusar bukan meminta maaf padanya malah menghubungi seseorang.“Sial! Mengapa tidak di angkat?” Gerutu Bryan saat yang dihubungi tidak mengangkat panggilannya.“Mas, aku tidak suka kamu selingkuhi. Kalau memang kamu masih mencintai wanita itu maka ceraikan aku saja.” ucap Celine di sela-sela isak tangisnya. Bryan menatap tajam ke arah Celine, “jangan asal bicara kamu ya. Cepat kamu siapkan pakaian kerjaku.” Bryan bangkit dari duduknya menuju kamar mandi, ia seolah enggan menanggapi ucapan Celine.“Mas….aku rela keluarga kamu hina, bahkan tem
Selesai membersihkan diri Celine keluar dari kamar, perutnya terasa lapar ia pun turun ke dapur. Dengan langkah pincangnya Celine menuruni tangan dengan hati-hati sambil berpegangan pada pembatas tangga. Sesampainya di ruang makan, Celine terbengong menatap meja yang kosong. Tidak ada lagi makanan yang ia masak di meja. Makanan begitu banyak tidak mungkin dihabiskan oleh orang rumah. “Ah…mungkin Bibi Nani menyimpannya di dapur.” Celine pun melangkah ke dapur dan membuka lemari pendingin. Namun isi dalam kulkas hanya terdapat bahan-bahan mentah. Berlina yang sejak tadi berdiri dengan tangan berada di pinggangnya sambil tersenyum sinis, “Bagus ya. Jam segini baru turun kebawah dan membuat suami kamu melewatkan sarapan.” Celine memutar tubuhnya menghadap ke arah mertuanya yang berdiri tak jauh darinya di dapur. “Maaf, Ma.” sesal Celine. “Apa kamu tahu? Kalau hari ini Bryan mengadakan rapat penting.” ketus Berlina. Dan Celine hanya menggeleng karena memang dia tidak tahu kalau
“Suara apa itu?” Celine mengerutkan dahinya dan mencoba memperjelas pendengarannya. Tangan Celine gemetar saat memegang gagang pintu, namun ia sangat penasaran dengan suara yg berada didalam ruangan itu.Perlahan ia memberanikan diri membuka pintu dan betapa terkejutnya Celine saat melihat Bryan sedang bercumbu dengan seorang wanita yang dilihatnya semalam, bahkan mereka seperti sapi kepanasan sampai tidak sadar jika Celine sudah berada didepan pintu.Tangan Celine bergetar dan tak sengaja ia menjatuhkan bekal yang dibawa untuk Bryan, Bryan dan Mona menghentikan permainan mereka dan menoleh ke arah suara yang berada di depan pintu, Tanpa berkata apa-apa rahang Celine terasa bergetar dan air matanya mengalir begitu saja saat menyaksikan hal yang tak pernah ia bayangkan, tubuhnya lemas dan seakan dunianya runtuh untuk pertama kalinya.Bryan hanya menoleh dengan wajah datar, ia juga tidak menyangka jika akan tergoda dengan Mona. Semua serba begitu cepat dan Bryan tanpa sadar terbuai ol
Sepulang dari kantor Bryan, Celine mengurung diri di kamar. Ia menunggu Bryan pulang untuk menjelaskan kejadian tersebut namun sampai larut malam Bryan tak kunjung pulang.Saat Celine hampir terlelap, di antara sadar atau tidak ia merasakan ada seseorang membuka pintu kamar. Sontak Celine terperanjat dan bangkit dari tidurnya, ia menatap sosok yang dari tadi ia tunggu.“Mas baru pulang. Apakah sudah makan?” tanya Celine saat Bryan masuk ke kamar.Bryan menatap Celine dengan tatapan sulit diartikan, ia melihat mata sembab Celine namun seolah bersikap tak peduli.“Aku sudah makan. Kalau kamu mengantuk tidurlah. Aku mau membersihkan diri dulu.” jawab Bryan sambil berlalu menuju kamar mandi.“Aku belum mengantuk, aku akan siapkan baju tidurnya.” sahut Celine tanpa memperdulikan Bryan yang menatapnya, lalu ia turun dari ranjang menuju walk in closet milik Bryan dan memilih baju tidur yang nyaman lalu ia letakan di sisi tempat tidur.Bryan hanya melirik Celine sejenak, kemudian ia melangkah
Berta membisikkan sesuatu ke Mona dan membuat Mona membulatkan matanya.“Kamu yakin ini akan berhasil?” tanya Mona yang gak ragu.Berta mengangguk dengan semangat, ia sangat membenci Celine. Semenjak Celine menjadi anggota keluarganya, ia seakan tidak dipedulikan oleh Papanya bahkan setiap Papanya pulang dari luar negeri yang ditanyakan pasti menantunya bukan dirinya.“Oke kalau begitu, ayo kita ke klub. Kita harus bersenang-senang malam ini.” ucap Mona.“Itu yang aku suka.” Berta dan Mona tertawa bersama. Mereka keluar dari apartemen Mona menuju ke klub. Berta dan Mona sudah seperti kakak beradik, dari dulu Berta menginginkan Mona menjadi adik iparnya karena Berta lah yang menjodohkan Mona pada Bryan. Mona sering menginap dirumah Bryan atas ajakan Berta. Namun pekerjaan yang diambil Mona sebagai model membuat Mona harus meninggalkan Indonesia. Berta sempat marah dan kecewa pada Mona yang meninggalkan Bryan demi pekerjaannya sehingga Bryan putus asa dan mengalami musibah yang membuat
“Mona….” ucap Brian yang terkejut dengan kehadiran Mona.“Selamat pagi, sayang.” Jawab Mona tanpa tahu malu dan tersenyum menggoda.“Eheemmm….” Terdengar deheman dari belakang, saat Mona menoleh ternyata ada Papa Bryan yang menatapnya tidak suka.“Eh…Om Dominic. Selamat pagi.” sapa Mona tersenyum kaku.“Jaga ucapan kamu Mona, nanti didengar menantu saya.” kata Dominic, lalu ia duduk di kursi tunggal yang biasa ia duduki.“Apaan sih Pa? Mereka kan dari dulu memang begitu.” sahut Berlina yang tahu suaminya tidak suka dengan Mona.“Itu dulu sebelum 5 tahun yang lalu dan sekarang Bryan sudah menikah, jadi hargai istrinya.” sarkas Dominic membuat Mona dan Berlina terdiam begitu juga dengan Berta yang duduk di sebelah Mona berdengus kesal,lagi-lagi Papanya membela Celine.Berlina menatap suaminya dengan malas, lalu bangkit untuk menaruh makanan di piring sang suami.Tak lama Celine kembali ke meja makan dengan membawa nampan berisi susu dan roti yang diminta Berlina. Untung saja tadi Bibi
Reno yang tadinya hendak menemui Bryan diruang tamu melewat arah tangga di mana saat itu Celine sedang menaiki anak tangga dengan tubuh hampir terjatuh, Reno segera berlari dengan spontan ia melingkarkan tangannya di pinggang ramping Celine. “Nona…anda baik-baik saja.” ucap Reno dengan cemas. “Ah…Reno. Aku tidak apa-apa dan tolong singkirkan tangan kamu.” kata Celine yang takut ada seseorang yang melihat perbuatan Reno padanya walau Celine tahu Reno hanya sekedar menolongnya. “Maaf…Nona. Saya tidak sengaja. Nona tadi hampir jatuh sehingga saya spontan membantu.” Reno langsung melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang Celine. “Ya aku tau.” “Wajah Nona pucat, apa Nona sakit?” “Aku baik-baik saja. Bryan ada di ruang makan kamu kemari pasti mau bertemu dengan beliau kan. Aku mau ke atas dulu ” Celine menyuruh Reno untuk segera pergi dari hadapannya, ia tampak gelisah kalau nanti ada orang yang tiba-tiba muncul. “Baik Nona.” Reno menatap punggung istri Tuannya yang b
Berta menatap sinis mobil Reno yang berlalu meninggalkan rumahnya, lagi-lagi Reno mengabaikan nya, Ia menggenggam tangannya dengan kesal, ia sangat membenci Celine yang selalu menarik perhatian orang. Berta bergegas masuk ke dalam rumah saat melihat Celine dan Bryan turun dari tangga. Sepertinya mereka akan keluar terlihat Celine memakai pakaian bagus.Berta hendak memperlihatkan foto Celine dengan Reno pada Bryan namun ia urungkan karena waktunya belum tepat. Sebab tiba-tiba terdengar suara seseorang terjatuh dari tangga.Gedubuk….!!!“Auwhh….” Mona merintih kesakitan sambil memegang kakinya.“Mona…kamu baik-baik saja.” Bryan segera menghampiri Mona yang terduduk di lantai.“Aduh….Kakiku, Yan. Sepertinya terkilir.” ucap Mona dengan wajah kesakitan.Berta juga mendekat ke Mona dan melihat keadaan Mona, “Bryan cepat angkat Mona dan bawa kerumah sakit.” kata Berta dengan nada khawatir karena pergelangan kaki Mona sudah terlihat memerah.Celine berdiri menatap kakak beradik yang sibuk m