Share

Bab 5

“Terus…sayang….ini sangat nikmat. Aku tidak pernah merasakan senikmat ini dengan istriku.”

Celine mendengar suara laki-laki yang sangat ia kenal berkata hal yang membuat jantungnya berpacu dengan cepat, ia melangkah ke sumber suara yang ternyata berada di sebelah kamarnya.

Pintu kamar tersebut terbuka sedikit sehingga Celine bisa melihat dengan jelas apa yang sedang mereka lakukan di dalam.

“Mas….apa yang kalian lakukan?” Teriak Celine dengan berderai airmata melihat suaminya mengerang nikmat di bawah tubuh wanita lain. Dengan tubuh gemetaran Celine hanya mampu menatap sang suami yang tidak peduli dengan keberadaannya.

“MAAAAS……!” Teriak Celine kembali. Celine tersentak langsung membuka, keringat muncul di dahi dengan nafas tersengal-sengal.

“Syukurlah ternyata cuma mimpi. Tapi mengapa mimpi tersebut seperti nyata.” lirih Celine lalu ia menatap jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 3 malam.

“Ini sudah hampir pagi, mengapa beliau belum pulang ya ? Apa yang lain juga tidak pulang.” batin Celine sambil turun dari ranjang, lalu ia duduk di sofa yang terletak di kamar.

Celine menuangkan air yang tersedia di meja lalu meneguknya. Tenggorokannya terasa kering seakan ia lelah berteriak padahal semua itu hanya mimpi.

“Sebaiknya aku hubungi Mas Yan, tidak pernah ia tidak pulang kerumah sesibuk apapun.” Celine bangkit dari duduknya dan hendak mengambil ponsel yang berada di nakas samping ranjangnya. Namun terdengar bunyi pintu dibuka, Celine pun menoleh dan mendapatkan sangat suami pulang dengan keadaan berantakan.

“Mas…kamu kenapa?” Dengan langkah tertatih-tatih Celine menghampiri Bryan yang berjalan sempoyongan.

“Minggir kamu, aku bisa sendiri.” Bryan menepis tangan Celine yang hendak membantu Bryan berjalan.

Celine membiarkan Bryan berjalan dengan sempoyongan menuju ranjang mereka. Begitu sampai ia langsung menjatuhkan tubuhnya di ranjang dengan kaki menggantung di pinggir tempat tidur. 

Melihat tidak ada pergerakan dari suaminya, Celine pun mendekati ranjang dan melepaskan sepatu sang suami yang masih terpakai.

Bau alkohol menyengat di pensiunan Celine namun ia tahan. Dengan sekuat tenaga Celine membalikkan tubuh besar suaminya yang saat ini tidur tengkurap.

Setelah membalikkan tubuh Bryan, ia pun membuka baju kemeja putih sehingga meninggalkan baju dalamnya kensi. Mata Celine membulat saat ia lihat dada suaminya penuh dengan tanda merah.

“Apa mungkin mimpiku jadi kenyataan? Tidak…itu tidak mungkin! Bisa saja tanda merah itu karena digigit serangga. Aku gak boleh berpasangan buruk.” Celine mencoba menepis bayangan buruk yang ada dipikirannya. 

Lalu Celine mengambil selimut dan menutupi tubuh Bryan yang hanya memakai kaos dalam. Tangan Celine bergetar memegang kemeja putih Bryan, ia segera berjalan menuju kamar mandi dan melemparkan kemeja tersebut ke keranjang pakaian kotor. 

Celine sengaja tidak ingin memperhatikan bagian kerah karena sepintas ada noda di bagian tersebut namun saat Celine memasukkannya ke keranjang posisi kerah kemeja malah terlihat jelas dimata Celine ada noda merah berbentuk bibir. Tubuhnya Celine melemas, ia pun  terduduk di lantai samping keranjang sambil menangis tanpa suara. 

“Apa salahku, Mas? Mengapa kamu tega membuat hati ini semakin sakit? Aku rela dihina, dicaci oleh keluargamu tapi aku tidak rela kalau kamu selingkuhi bahkan sama melakukan hal yang menjijikkan.” lirih Celine dengan  suara pelan sambil memukul dadanya.

Celine yang tidak bisa tidur kembali pun keluar dari kamarnya menuju dapur setelah ia membasuh wajahnya agar kelihatan segar walau mata sembabnya masih kelihatan.

Penghuni rumah masih pada di kamarnya masing-masing karena waktu masih menunjukkan pukul 4 pagi. Celine membuka lemari pendingin dan mengeluarkan semua bahan makanan yang akan dibuat untuk sarapan pagi ini.

Dengan perasaan kesal Celine membuat menu sarapan yang banyak, nasi kuning, udang balado, ayam kremes, sambal kentang dan daging rendang. Semua Celine lakukan sendiri, setelah hampir selesai Mbok Nany yang baru bangun dikejutkan dengan adanya Celine di dapur.

“Maaf Non. Mbok telat bangun.” ucap Mbok Nany merasa tidak enak Nona Mudanya sudah lebih dulu bangun untuk membuatkan sarapan.

“Mbok gak telat cuma aku aja yang kecepatan bangun.” ucap Celine sambil tersenyum.

“Ini semua sudah selesai, tinggal Mbok letakan di meja saja.”

Mbok Nany menatap takjub makanan yang di buat Celine, ia bisa mengerjakan semuanya sendiri. Mbok Nany segera meletakan semua masakan di meja dan bergegas kembali ke dapur.

“Non, biar Mbok yang cuci saja.” pinta Mbok Nany saat melihat Celine hendak mencuci alat memasak yang ia gunakan.

“Gak apa-apa Mbok.”

“Non sudah capek masak begitu banyak. Nanti kaki Non sakit lagi kelamaan berdiri, biar Mbok aja yang nyuci dan sekarang Nona siap-siap untuk sarapan juga.” Mbok Nany mendekati Celine yang berada di wastafel dan membuka sarung tangannya.

“Baiklah.” Celine menghela nafas dengan berat, lalu ia membuka apron nya dan berjalan dengan langkah gontai ke kamarnya.

****

Bryan terbangun dengan kepalanya terasa nyeri, ia mencoba mengingat kejadian semalam saat bersama Mona sampai ia kembali ke rumah dalam keadaan mabuk.

Bryan merutuki kebodohannya karena hampir saja melecehkan Mona karena pengaruh alkohol tapi untungnya ia bisa mengendalikan diri.

“Aakhh….kalau saja bayangan Celine tidak hadir mungkin semalam aku sudah tidur bersama Mona ” gerutu Bryan sambil menjambak rambutnya. 

“Perasaan apa ini? Apakah aku mulai merasa simpati dengan wanita pincang itu? Mengapa aku rasanya sangat marah saat teman-teman menghinanya?” Batin Bryan, semalam Bryan minum sangat banyak karena ia kesal temannya mengejek Celine dan Bryan tidak mungkin menghajar mereka di acara penting Papanya.

Pintu kamar terbuka, Celine masuk ke dalam kamar tanpa menoleh ke arah ranjang. Ia langsung berjalan menuju kamar mandi tanpa mempedulikan Bryan yang saat ini sedang memijat kepalanya yang sakit.

“Kenapa dengannya? Tumben mukanya jutek, biasanya langsung tersenyum.” gumam Bryan yang bingung dengan sikap Celine yang agak berubah.

Bryan meraih gelas yang ada dinakas, saat ia hendak mengambilnya isi dalam gelas tersebut kosong. Biasanya Celine tidak pernah melupakan mengisi air di dalam gelas tersebut. Bryan kembali meletakkan gelas tersebut lalu ia duduk bersandar di ranjang menunggu Celine keluar dari kamar mandi.

Celine tampak lebih segar setelah mandi, lalu ia menuju walk in closet. Lagi-lagi Celine tidak mempedulikan Bryan. Hatinya sangat sakit membayangkan tanda merah di dada sang suami dan juga di kemejanya.

“Celine….” kata Bryan saat Celine hendak kembali keluar dari kamar.

“Hmmmm”

“Ambilkan aku air minum!”

Tanpa menjawab Celine mengambil ceret yang ada di sofa lalu menuangkannya ke dalam gelas kosong yang ada di nakas. Lalu memberikannya ke Bryan.

Bryan menerimanya dan lalu langsung menandaskannya sampai habis. Kemudian ia berikan kembali gelas kosong tersebut pada Celine.

Celine masih berdiri didepan Bryan dengan menggenggam erat gelas yang ada di tangannya. Di dalam kamar mandi tadi ia sudah bertekad untuk memberanikan diri bertanya pada Bryan tentang apa yang sudah dia lakukan  dengan wanita itu.

“Mas….” 

“Hmmmm….” gumam Bryan sambil masih memijat kepalanya, ternyata ia tidak bisa banyak minum dan ini sungguh sangat menyiksanya.

“Bisa Mas jelaskan tanda yang ada di tubuh Mas itu?” tanya Celine.

Deg

Bryan menatap tajam Celine lalu menoleh ke badannya dan ia pun terkejut dengan tanda tersebut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status