Paman, Aku Layak Menjadi Isterimu

Paman, Aku Layak Menjadi Isterimu

last updateLast Updated : 2025-04-24
By:  LafizaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
80Chapters
1.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Setelah dikecewakan di kehidupan lamanya dan meninggal karena sebuah penyakit langka, Willa Anderson mendapati dirinya terbangun di dalam tubuh yang lain. Di hari pertamanya, dia bertemu dengan Aaron Harris yang mempesona dan langsung tergila-gila. Usianya baru saja melewati angka 19, tapi dia sudah memutuskan untuk menikahi pria dengan dua anak tersebut. “Paman, aku bersedia menelan racun untukmu.” Willa menatap wajah menawan Aaron tanpa malu-malu dan mengatakan kalimat itu di pertemuan pertama mereka. “Aku akan menjadi ibu yang baik bagi anak-anakmu,” ujar Willa di kesempatan lain hingga membuat Aaron sakit kepala. Ethan, putera Aaron yang berusia 14 tahun nyaris mengamuk setiap mendengar ocehan Willa. Sementara adiknya, Olivia telah menjadi sekutu kecil bagi gadis itu.

View More

Chapter 1

Bab 1. Kesempatan Kedua

Gadis yang terbaring pucat di ranjang yang mirip ranjang rumah sakit itu menatap langit-langit ruangan di atasnya. Suasananya sangat hening hingga dia bisa mendengar suara napas dan detak jantungnya sendiri. Ada sekilas kesedihan di matanya, tapi segera lenyap.

Dia seorang gadis muda yang cantik. Rambut coklatnya yang ikal panjang tersebar di sekitar wajah. Bulu matanya yang lentik bergetar. Sementara bibirnya yang indah mengulas senyum pahit.

Biasanya dia adalah gadis dengan semangat dan rasa percaya diri yang kuat. Hari ini dia merasa putus asa.

“Jadi, profesor hebat seperti kau pun tidak punya kemampuan untuk menyembuhkan penyakitku?” Setelah beberapa saat terdiam gadis itu melontarkan kalimat mengejek pada seorang pria tua dengan jas putih dan kacamata. Pandangannya masih pada langit-langit ruangan.

Pria yang menjadi lawan bicara hanya bisa mengangguk dengan enggan. Dia tidak peduli dengan ejekan itu. Dia hanya peduli dengan nasib malang gadis ini.

“Maaf,” ujarnya tak berdaya. “Sampai saat ini, tidak ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit seperti yang kau alami .”

Gadis itu hanya melirik sekilas pada wajah kuyu sang profesor, lalu kemudian terkekeh sendiri. Dia menertawakan nasibnya yang tidak beruntung.

“Aku masih sangat muda. Ulang tahunku yang ke sembilan belas baru seminggu yang lalu. Tapi kematian sudah akan menjemputku.” Lalu dia terbatuk sedikit hingga menimbulkan rasa nyeri luar biasa di dadanya.

Pria tua berjas buru-buru mendekat. “Bagaimana perasaanmu?” tanyanya dalam kebingungan. Gadis yang sedang sakit parah ini bahkan tidak memberitahu orang-orang terdekatnya. Hanya dia yang tahu. Jadi, hanya dia yang akan berada di sisinya untuk menenangkan atau kalau bisa juga menghibur.

Si gadis mengangkat tangannya sebagai isyarat bahwa dia tidak memerlukan bantuan apa pun.

“Napasku agak sesak. Dan kepalaku mulai sakit.” Pandangannya juga mulai tidak jelas sebenarnya, tapi dia tidak mengatakannya.

Akhir-akhir ini dia bahkan mulai berhalusinasi. Sang profesor memberitahu jika itu adalah salah satu gejala akhir.

“Dengar, kalau sesuatu terjadi, katakan pada ibu dan ayahku kalau aku berterima kasih pada mereka. Katakan juga pada pamanku—“ Gadis itu terbatuk lagi. Dia mencoba bangun tapi terlalu lemah untuk menopang dirinya.

Sang profesor mencoba membantu. “Jangan bergerak dulu.”

Gadis itu memang tidak bisa lagi menggerakkan tubuhnya. Dia kembali terjatuh di tempat tidur. Wajahnya sangat pucat. Tapi dia masih bisa bicara.

“Katakan pada Michael, persetan dengannya—“

Mata cantiknya masih terbuka saat napasnya hilang. Bibir pucatnya juga masih  membayang senyum kepahitan.

***

Rasanya sangat nyaman. Dia tidak lagi kesakitan seperti yang belakangan ini dia alami. Semua terasa ringan. Meski seperti berenang dalam kegelapan tanpa batas. Meski yang ada hanya kesunyian. Kematian ternyata tidak semenyakitkan yang dia bayangkan.

Sampai semua kenyamanan dan ketenangan itu menjadi berantakan oleh suara keras yang memasuki pendengarannya.

“Willa!” Suara memanggil disertai gedoran tidak sabar pada pintu membuat Willa tersentak.

Ada semacam kekuatan yang menyeretnya ke sebuah lubang cahaya yang berisik.

Gadis itu membuka mata dengan tiba-tiba dan mendapati langit-langit kamar yang berbeda. Dia menjadi linglung sejenak.

Di mana ini? Rasanya sangat asing. Tapi rasanya juga familiar.

“Willa, buka pintunya! Kau ingin kita terlambat di hari pertama kuliah?” Suara seorang gadis di luar sana terdengar sangat marah. Mungkin dia akan menghancurkan pintunya sebentar lagi jika tidak ada yang membukakan.

Willa mencoba bangun. Ternyata bisa. Meski tidak sakit lagi, tapi kepalanya sedikit pusing. Samar-samar, dia mengingatnya kini.

Ini bukan kamarnya! Ini juga bukan tempat terakhir kali dia berada.

“Willa Anderson, kau ingin aku mengadukan pada ayah bahwa kau telah mempermalukan diri dengan menulis surat cinta untuk William?” Suara gadis itu melengking nyaring dan masih berkata akan mengadukan Willa. Seolah-olah semua orang di rumah tidak ada yang mendengar perkataannya hingga dia perlu mengadukan lagi pada ayahnya.

Anderson? Nama belakangnya Anderson? Bukankah dia memiliki nama belakang Hayes? Sebuah nama keluarga yang sangat misterius.

Pintu digedor lagi.

Dengan terhuyung Willa turun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu. Dia tidak punya banyak waktu untuk memikirkannya. Nanti saja.

Begitu pintu dibuka, wajah cantik seorang gadis dengan lapisan make up yang kentara segera menyambut. Dia mengawasi wajah berantakan Willa yang baru bangun sambil meringis jijik.

“Kau bahkan belum mandi?” Emily benar-benar merasa sakit kepala. Mereka sedang terburu-buru dan Willa tidak terlihat seperti orang yang akan bepergian beberapa menit lagi.

Beberapa ingatan memasuki kepala Willa. Ingatan yang bukan miliknya.

Gadis di depannya adalah Emily Anderson, kakak satu ayahnya. Mereka hanya selisih usia tiga bulan.

“Kepalaku sedikit sakit. Kalian pergi saja lebih dulu.” Willa tidak ingin berdebat. Ini terlalu membingungkan. Seperti mimpi saja.

Apa yang terjadi pada si pemilik tubuh asli?

“Setelah melihatmu, aku memang tidak akan menunggumu lagi.” Emily dengan kesal mengentakkan kakinya dan bergegas pergi dari hadapan Willa. Suaranya yang mengadu pada semua orang di lantai satu terdengar jelas hingga ke lantai atas.

Di kamarnya, Willa mengamati sekeliling sambil memegangi kepalanya. Dia mulai merunut semua kejadian satu persatu.

Sebagai puteri satu-satunya di keluarga Hayes, Willa adalah permata kesayangan keluarga. Di pulau yang menjadi kediaman mereka, tepatnya di markas Omega, semua orang berusaha menyenangkannya. Hingga dia mengakui perasaannya pada pamannya, Michael Nelson, pimpinan Omega sekaligus adik angkat ayahnya. Dia tahu, semua orang mulai bergosip tentangnya.

“Nona Hayes masih terlalu muda.”

“Tuan Nelson tidak mungkin menikah dengan gadis manja itu.”

“Bukankah sudah kukatakan, dia adalah magnet yang bisa menarik gadis mana pun?”

“Hei, apa kalian belum mendengarnya? Tuan Nelson—“

Kemudian rencana pernikahan itu nyaris membuat Willa mendatangi calon bibinya. Dia ingin sekali membunuh wanita yang tiba-tiba saja akan menjadi isteri Michael. Bagaimana dia bisa tidak tahu kalau pamannya telah memiliki kekasih?

Lalu kematian itu datang begitu cepat. Semuanya menjadi kabur. Tiba-tiba saja dia sudah terbangun oleh suara panggilan Emiliy.

Ini tampak seperti mimpi. Tapi ini juga begitu nyata.

Jadi, tahun berapa sekarang?

Di atas meja belajar sebuah ponsel tergeletak. Willa mengecek tanggal. Sudah lima puluh tahun sejak kepergiannya.

Sial! Apa benar bisa seperti ini?

Willa mengamati benda pipih di tangannya. Ingatan pemilik lama membuatnya tidak kesulitan mengoperasikan benda canggih ini. Tapi tetap saja dia merasa asing.

Berapa banyak hal di dunia ini yang sudah berubah?

Ketukan lagi di pintu.

“Willa, apa kau sakit?” Sebuah suara memanggil. Kali ini berbeda. Ini suara seorang laki-laki, ayah dari pemilik asli tubuhnya, ayahnya sekarang, Daniel Anderson.

Tatapan Willa beralih ke arah pintu. Dia penasaran dengan lelaki  yang menjadi ayahnya kini.

 

 

 

 

 

 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Rai Seika
Semangat update, Thor
2024-10-15 21:20:33
1
user avatar
Jimmy Chuu
Karya baru semangat baru .........
2024-07-08 11:49:46
1
user avatar
Azizah Bounty
Seru banget ini cerita, lanjut terus, semangat terus, menyala terus Kak Lafiza
2024-06-28 22:25:58
1
default avatar
Yeo
Bagus ceritanya.. Seru banget. Tapi thor rajin2 la update babnya itu..
2024-06-02 00:00:29
1
80 Chapters
Bab 1. Kesempatan Kedua
Gadis yang terbaring pucat di ranjang yang mirip ranjang rumah sakit itu menatap langit-langit ruangan di atasnya. Suasananya sangat hening hingga dia bisa mendengar suara napas dan detak jantungnya sendiri. Ada sekilas kesedihan di matanya, tapi segera lenyap. Dia seorang gadis muda yang cantik. Rambut coklatnya yang ikal panjang tersebar di sekitar wajah. Bulu matanya yang lentik bergetar. Sementara bibirnya yang indah mengulas senyum pahit.Biasanya dia adalah gadis dengan semangat dan rasa percaya diri yang kuat. Hari ini dia merasa putus asa.“Jadi, profesor hebat seperti kau pun tidak punya kemampuan untuk menyembuhkan penyakitku?” Setelah beberapa saat terdiam gadis itu melontarkan kalimat mengejek pada seorang pria tua dengan jas putih dan kacamata. Pandangannya masih pada langit-langit ruangan.Pria yang menjadi lawan bicara hanya bisa mengangguk dengan enggan. Dia tidak peduli dengan ejekan itu. Dia hanya peduli dengan nasib malang gadis ini.“Maaf,” ujarnya tak berdaya. “S
last updateLast Updated : 2024-04-11
Read more
Bab 2. Sekelompok Idiot
“Kau bisa masuk. Pintunya tidak dikunci.” Willa mengatakan itu sambil bangkit lagi dari posisi berbaringnya.Seraut wajah tua muncul dari balik pintu yang didorong. “Apa kau perlu dokter?” Lelaki itu menawarkan seraya mendekat. Dia memeriksa suhu tubuh Willa dengan meletakkan telapak tangan di dahinya.“Aku baik-baik saja.” Hampir saja Willa menepiskan tangan asing itu kalau tidak segera sadar kalau dia adalah orangtua kandungnya saat ini.Tampaknya lelaki ini cukup perhatian sebagai seorang ayah. Willa sedikit merasa hangat. Ingatan pemilik lama sebagian masih samar-samar baginya.Ayahnya dulu juga seorang yang penyayang.“Apa kau yakin?” Daniel masih meragukan ucapan Willa meski merasa suhu tubuh puterinya normal.“Tentu saja. Semalam aku tidur agak larut jadi masih sedikit mengantuk. Mungkin setelah mandi akan lebih baik. Ayah pergi saja dulu.” Willa mendorong lelaki itu pergi. “Aku akan pergi naik taksi nanti.”Daniel mengamati Willa sejenak, memastikan kebenaran ucapannya.“Bai
last updateLast Updated : 2024-04-11
Read more
Bab 3. Pertarungan
Tapi si gadis malah ikut tertawa. Seakan bukan dia yang menjadi bahan tertawaan.Richard menjadi tidak senang. Olok-olok mereka terasa menampar udara.“Apa yang kau tertawakan, Nona Anderson?”“Aku menertawakan apa yang kalian anggap lucu.” Willa bahkan menyeka sudut matanya yang berair karena ikut tertawa tadi.“Menurutmu apa yang lucu?” Richard menjadi kesal kini. Bicara gadis ini berbelit-belit. Apa mungkin dia ketakutan? Mungkin—“Kau bertanya apa yang lucu padaku sementara kau juga tertawa? Bukankah kau benar-benar idiot yang tidak tertolong?” ujar Willa. Lagi-lagi dia menyebut para remaja itu sebagai idiot.Ucapan Willa tidak saja membuat bingung tapi juga memancing kemarahan sekelompok remaja itu. Ini telah ke sekian kalinya mereka dipanggil idiot hanya dalam hitungan menit.“Bos, hajar saja. Beri pelajaran. Mulutnya terlalu tajam. Lama-lama kita akan menjadi sakit kepala dibuatnya.” Seorang bertubuh pendek dengan wajah jerawatan menyela dengan tidak sabar. Dia hanya mendengark
last updateLast Updated : 2024-04-11
Read more
Bab 4. Hanya Masalah Kecil
Willa menepis senjata pertama dengan memukul pergelangan lawan. Pisau segera terjatuh. Dan remaja yang tadi memegang pisau merasa sendi lengannya terlepas. Dia menjerit setinggi langit saat merasakan nyeri yang luar biasa.Senjata kedua terlempar oleh kibasan tas di tangan Willa. Pisau itu malah berbalik menggores lengan si penyerang. Gadis itu membuat gerakan berputar. Senjata ke tiga dihadang dengan sebuah tendangan. Pisau terlempar jatuh ke tanah. Sebuah tendangan lagi mendarat di perut si remaja. Laki-laki muda itu terbungkuk menahan sakit sambil memegangi perut. Sebentar kemudian dia sudah muntah-muntah.Senjata ke empat datang lebih lambat karena si penyerang mendadak jadi gugup. Willa tidak menghindar. Sambil menyeringai dia menyambut serangan itu dengan telapak tangan terbuka. Tanpa ada yang mengerti, pisau telah berpindah ke tangan Willa.Remaja yang tadi memegang pisau membelalakkan matanya. Dia seperti sedang melihat hantu saja.Pisau di tangan Willa berputar-putar dalam
last updateLast Updated : 2024-04-12
Read more
Bab 5. Aaron Harris yang Mempesona
Aaron sudah terbiasa dengan banyak tatapan memuja dari para wanita. Tapi cara gadis ini menatapnya sedikit keterlaluan. Bahkan dia bisa melihat gadis ini menelan ludahnya. Dia terlihat tidak berusaha menutupi rasa ketertarikannya.Tapi apa katanya tadi? Paman? Mereka baru bertemu dan gadis ini telah menyapanya dengan panggilan yang mengisyaratkan bahwa mereka telah sangat akrab. Terdengar kurang sopan. Tapi cukup untuk sedikit menghapus prasangka buruk Aaron. Bagaimana pun, tidak ada seorang gadis yang akan memanggilnya satu generasi lebih tua jika berniat mendekatinya.“Ayah, ini nona Willa Anderson. Dia yang sudah menyelamatkan kami. Ayah harus melihatnya. Dia sangat hebat. Kami sempat berpikir anak-anak nakal itu akan mencelakainya. Tapi ternyata, Nona Anderson berhasil menghajar mereka semua." Olivia Harris maju mengenalkan Willa pada ayahnya. Dia bahkan memegangi lengan gadis itu dan terlihat sangat menyukainya.Perasaan dingin Aaron sedikit mengendur. Mana mungkin dia bersikap a
last updateLast Updated : 2024-05-02
Read more
Bab 6. Dua Orang yang Kerasukan
Sang ayah di kursi penumpang terbatuk. Samuel di sebelahnya masih bisa mengendalikan diri. Dia hanya berdehem untuk membersihkan tenggorokannya yang tiba-tiba terasa gatal. Sementara Ethan tidak bereaksi. Sebuah headphone telah memblokir suara di sekitarnya. Dia punya firasat bahwa akan ada percakapan yang tidak ingin dia dengar sejak masuk ke dalam mobil.Gadis di kursi belakang melebarkan mata indahnya dan mengintip lewat kaca spion. Hanya ada satu kemungkinan jika tuan Harris sampai sekarang belum menemukan pasangan lagi. Dia masih mencintai isterinya yang sudah meninggal atau belum ada wanita yang membuatnya tertarik untuk menikah lagi. Jangan katakan kalau tidak ada wanita yang menyukainya? Willa berani disambar petir jika setengah wanita Lakeside pasti akan tergila-gila jika bertemu Aaron Harris.Bahkan dia yang baru pertama kali bertemu saja sudah mencampakkan cinta matinya dahulu begitu bertemu pria ini.Willa sibuk berdebat sendiri di dalam hati sampai sebuah sikutan di ping
last updateLast Updated : 2024-05-03
Read more
Bab 7. Apa Ibu Tirimu Sangat Jahat?
Acara makan siang hari itu meriah oleh celoteh dua orang, Willa dan Olivia. Mereka bicara tentang apa saja yang melintas di kepala keduanya dan tampak seperti dua sahabat yang telah berpisah bertahun-tahun lamanya.Aaron dan Ethan hanya menyahut dengan enggan sesekali jika ditanya tentang suatu hal. Keduanya berusaha fokus pada makanan yang mereka santap. Sementara dua gadis menjadi sangat berisik dalam pendengaran mereka.Usai makan siang, Willa tanpa malu-malu meminta diantar ke rumah keluarga Anderson. “Aku khawatir ibuku akan mengamuk karena aku terlambat kembali,” ujar Willa dengan wajah dibuat memelas. Padahal hari masih siang. Tidak ada yang akan peduli jika dia tidak pulang sekali pun. Oh, mungkin ayahnya akan khawatir juga. Tapi tidak akan lama. Isteri tercintanya akan membuat praduga-praduga yang menyalahkan Willa dan mengatakan jika semua akan baik-baik saja.“Apa ibu tirimu sangat jahat?” Olivia begitu antusias menanyakan itu.
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more
Bab 8. Rencana Perjodohan
Willa berhenti di depan pintu kamarnya, memandang Emily sekilas dari atas hingga bawah. Senyumnya segera dengan polos mengembang.“Dia memang sedikit lebih tua. Tapi dia jauh lebih baik dari William. Kau ambil saja tuan muda sombong itu. Aku sudah tidak menyukainya lagi.” Setelah mengatakan itu, Willa masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan keras di depan wajah Emily.Bam!Bahkan Emily bisa merasakan sambaran angin dari pintu yang sengaja ditutup dengan cara kasar. Wajah gadis itu segera menjadi jelek.Emily merasa hari ini Willa berbeda dari biasanya. Adiknya seperti tidak memiliki rasa takut sedikit pun padanya. Dan ada apa dengan kata-katanya tadi? Sudah tidak menyukai William? Siapa yang menulis surat cinta dan mengatakan bahwa sangat mencintai pemuda itu sampai ingin mati?Willa menyukai William dan mengirim sebuah surat cinta yang kemudian bocor. Surat yang ditulis dengan kata-kata yang menjijikkan itu dibaca semua penghuni sekolah di papan pengumuman. Seseorang menempelk
last updateLast Updated : 2024-05-05
Read more
Bab 9. Undangan Makan Malam
Willa masih bersenandung saat turun ke lantai bawah untuk makan malam. Ini pertama kalinya dia bertemu Rachel, ibu sambungnya. Dia pikir dia akan mengabaikan wanita ini karena mereka tidak saling menyukai. Nyatanya Rachel sangat ramah. Dia menambahkan daging dan sayur ke piring Willa dan mengatakan padanya untuk makan lebih banyak.Dengan sedikit heran, Willa melirik Emily. Senyum kakaknya itu terlihat tidak pada tempatnya. Ada apa ini?Di bagian lain, Nathan, adik lelakinya yang berumur 16 tahun seperti tidak melihat semua yang terjadi di meja makan.Semuanya terjawab saat Rachel tiba-tiba dengan gembira mengatakan sebuah rencana. “Willa, ayahmu sedang berusaha mencari bantuan ke beberapa orang. Dia ingin mengundang tuan Morgan untuk makan malam. Kita bisa saja menghubungi sekretarisnya, tapi kami ingin membuat makan malam yang tidak terlalu formal. Kita akan membuatnya penuh dengan nuansa kekeluargaan. Maukah kau memintanya untuk datang? Kudengar kau cukup dekat dengannya.”Wajah Wi
last updateLast Updated : 2024-05-06
Read more
Bab 10. Keluarga Anderson Panik
Saat semua orang panik di kediaman Anderson, Willa sedang berada di ruang tamu keluarga Harris. Olivia Harris sedang mengajarinya sebuah game pertarungan di ponsel. Karakter Willa tewas berkali-kali, tapi dia tidak jera juga. Olivia menertawakannya, hal yang membuat Willa hampir melempar ponsel miliknya. Pemilik asli tubuhnya ternyata juga tidak pandai bermain game.“Willa, ternyata kau lebih pandai berkelahi di dunia nyata dibanding di dalam game.” Olivia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengolok-olok gadis itu. Ini permainan mudah dan familiar di kalangan anak-anak. Tapi Willa bahkan tidak tahu cara menggerakkan tangan dan kaki karakternya. Dia terus membuatnya berputar-putar dan bergerak tidak jelas.“Diamlah. Kau terus membuatku kalah dengan terus bicara.” Willa menganggap kesialannya adalah kesalahan Olivia.Gadis kecil itu segera cemberut. “Willa, bukankah sebaiknya kita pergi ke kamarku. Apa kau tidak lelah?”Mereka tiba di rumah setelah makan siang. Willa menjemput Olivia d
last updateLast Updated : 2024-05-07
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status