Share

Bab 4

Airmata yang sedari tadi Celine tahan akhirnya lolos juga, ia sedih karena seharusnya yang berada di samping suaminya bukan wanita tersebut. Ia juga kecewa dengan sikap suaminya yang bukannya mengajaknya ke panggung malah bersikap acuh padanya.

Celine pun bangkit dari duduknya, ia ingin keluar dari acara ini. Percuma ia berada disini, dengan langkah tertatih-tatih Celine keluar dari gedung terdengar suara bergemuruh karena sang pemilik acara sedang mengumumkan sesuatu dan Celine tidak peduli, yang ia inginkan sekarang kembali ke rumah dan beristirahat karena kakinya sudah sangat sakit.

“Nona Celine, apa yang ia lakukan?” Gumam Reno sang asisten Bryan saat melihat Celine berjalan keluar dari gedung hotel. Reno yang tadinya hendak masuk ke dalam hotel berbalik arah menghampiri istri Tuannya.

“Nona Celine…” pekik Reno.

Langkah Celine terhenti lalu ia menoleh ke sumber suara dan tampak sangat asisten suaminya sedang berjalan cepat ke arahnya.

“Apa yang Nona lakukan di luar? Kenapa nona tidak di dalam?” tanya Reno dengan raut wajah cemas, ia takut ada seorang wartawan melihat menantu Dominic berada di luar acara.

“Aku mau pulang.” kata Celine sambil berlalu.

Reno langsung menghadang jalan Celine, “Ayo, kembali ke dalam Nona. Sebelum Tuan tahu.”

“Mereka tidak akan tahu, Reno. Mereka bahkan tidak menganggapku ada di acara tersebut. Jadi buat apa aku ada di sana.” ucap Celine dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.

Reno menghela nafas dengan berat. Ia tahu apa yang dialami Celine selama ini, ia juga merasa kasihan terhadap Celine namun ia hanya seorang bawahan yang tidak bisa membantu.

“Baiklah, mari saya antar Nona pulang.”

“Tidak usah, aku sudah memesan taksi mungkin bentar lagi sampai.”

“Jangan Nona. Biar saya antar saja.”

“Tapi….” Celine menggantung ucapannya karena Reno sudah berlalu menghampiri sebuah taksi yang berhenti di depan mereka. Setelah Reno membayar ganti rugi, taksi tersebut pun berlalu meninggalkan hotel.

Kemudian Reno kembali menghampiri Celine dan mengajak wanita tersebut ke mobilnya. Reno akui tindakannya ini salah membawa pulang istri Tuannya tanpa izin namun ia juga tidak mau disalahkan kalau nanti Celine pulang sendirian dan menjadi bahan omongan orang-orang.

Reno pun mengendarai mobilnya meninggalkan hotel. Celine duduk di belakang mobil dengan pandangan menatap keluar jendela, ia sengaja membuka setengah kaca jendela agar angin malam masuk ke dalam mobil dan rasanya sangat menyejukkan.

“Reno…” lirih Celine dengan pandangan masih menatap jalanan.

“Ya, Nona. Apa ada yang Nona inginkan?”

“Tidak ada. Menurut kamu apa Tuan masih mencintai Nona Mona?” Celine tidak tahu bertanya pada siapa tentang Bryan sehingga ia bertanya pada reno yang ia yakin sangat mengetahui tentang Bryan.

“Maaf Nona saya tidak tahu. Tapi yang pasti saat ini anda adalah istrinya jadi sudah pasti anda yang di cintai Tuan.” Jawab Reno, walau dihatinya tidak yakin Tuannya itu mencintai istrinya.

Celine menggeleng, “Bryan tidak pernah mengatakan ia mencintaiku. Bahkan ia juga tidak pernah membelaku, mungkin ia malu mempunyai istri sepertiku.” ujar Celine sambil menghapus air matanya yang tiba-tiba jatuh.

Celine ingat dimana saat ia dihina oleh Mama Berlina dan Kakaknya Berta, tidak ada sedikitpun Bryan membelanya atau menolongnya bahkan Bryan berlalu pergi meninggalkannya.

Reno hanya diam tanpa memberi tanggapan, sekilas ia melihat di kaca spion raut wajah sedih Celine. Mobil yang dikendarai Reno pun sampai di kediaman Dominic. Reno segera turun dan membuka pintu mobil untuk Celine.

“Silahkan, Nona.” Ucap Reno mempersilahkan Celine keluar dari mobil.

“Ah…mengapa cepat sekali sampai, padahal aku baru menikmati suasana malam.” Keluh Celine sambil menarik nafasnya dengan berat. Lalu ia keluar dari mobil dan berdiri di samping Reno, ia menatap bangunan rumah yang megah namun tampak menyeramkan baginya.

“Makasih ya, sudah mengantar.”

“Sudah tugas saya Nona.” Reno hendak kembali masuk ke mobil namun Celine masih berdiam diri menatap bangunan rumah, sepertinya ia enggan untuk masuk ke dalam.

“Nona sebaiknya anda segera masuk ke dalam angin malam tidak baik buat tubuh anda.” tegur Reno.

Celine menoleh ke arah Reno yang berdiri di sampingnya, “andai ucapan kamu tadi Bryan yang katakan aku pasti sangat bahagia.”

“Maaf, nona kalau saya lancang.” Reno langsung menunduk, ia menyesal dengan ucapannya.

Celine pun tersenyum melihat Reno yang ketakutan, kata-kata Reno tadi hanya ucapan sederhana yang tidak pernah Bryan ucapkan padanya, “Kamu tidak salah untuk apa minta maaf. Ya sudah saya masuk dulu.”

Dengan langkah berat Celine pun masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarnya.

Reno menatap punggung istri Tuannya dengan iba, ia juga merasa prihatin dengan keadaan Celine yang seperti burung dalam sangkar.

****

Setelah mengantar Celine pulang dan memastikan istri Tuannya masuk ke dalam rumah, Reno pun kembali ke hotel. Sambil berjalan ia memeriksa ponselnya dan alangkah terkejutnya saat melihat ada begitu banyak panggilan tak terjawab dari Tuan Bryan.

“Ah sial, mengapa ponsel ini tidak berdering?” Gerutu Reno, ia bergegas mencari keberadaan Bryan sebelum Bryan menghubunginya kembali.

Saat turun dari panggung Bryan bergegas mencari Celine yang sampai acara hampir selesai ia tidak tampak. Celine tidak pernah keluar jadi ia agak cemas kalau Celine kesasar dan tidak tahu jalan.

Bryan menggenggam ponselnya dengan erat karena berkali-kali ia menghubungi sang asisten tidak dijawab. Ia hendak kembali menghubungi Reno namun dari jauh tampak Reno berjalan cepat kearahnya.

“Kemana saja kamu, hah?!” Sarkas Bryan begitu Reno sampai di hadapannya.

“Maaf Tuan. Tadi saya…..” ucapan Reno terputus karena Mona datang menghampiri Bryan.

“Bryan….” tegur Mona yang menatap Bryan turun dengan buru-buru, ia pun segera menghampiri Bryan yang sedang berbicara dengan asistennya.

“Ada apa?” Tanya Bryan ke Mona yang sudah bergelayut manja di lengan Bryan.

“Bukankah teman-teman kampus kita ada di sini juga? Ayo dong temani aku bertemu mereka.” ajak Mona.

Bryan hendak menolak ajakan Mona karena ia ingin mencari keberadaan Celine, namun ia tidak enak untuk menolaknya.

“Reno, kamu cari Celine dan bawa dia pulang kerumah!” Perintah Bryan.

“Maaf Tuan. Nona Celine sudah saya bawa pulang karena tadi….”

“Bagus kalau dia sudah pulang. Ayo kita kesana!” Bryan langsung mengajak Mona ke tempat teman-temannya berada, saat mengetahui kalau Celine sudah pulang. Bryan tampak kesal Celine pulang tanpa pamit padanya.

“Hah….benar apa kata Nona Celine. Ternyata Tuan tidak peduli beliau sudah pulang apa belum.” bathin Reno sambil menatap Tuannya berlalu.

Dengan tersenyum senang, Mona berjalan sambil menggandeng tangan Bryan, ia pun mengedipkan sebelah matanya pada seseorang yang sedang menatap kearahnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status