Airmata yang sedari tadi Celine tahan akhirnya lolos juga, ia sedih karena seharusnya yang berada di samping suaminya bukan wanita tersebut. Ia juga kecewa dengan sikap suaminya yang bukannya mengajaknya ke panggung malah bersikap acuh padanya.
Celine pun bangkit dari duduknya, ia ingin keluar dari acara ini. Percuma ia berada disini, dengan langkah tertatih-tatih Celine keluar dari gedung terdengar suara bergemuruh karena sang pemilik acara sedang mengumumkan sesuatu dan Celine tidak peduli, yang ia inginkan sekarang kembali ke rumah dan beristirahat karena kakinya sudah sangat sakit. “Nona Celine, apa yang ia lakukan?” Gumam Reno sang asisten Bryan saat melihat Celine berjalan keluar dari gedung hotel. Reno yang tadinya hendak masuk ke dalam hotel berbalik arah menghampiri istri Tuannya. “Nona Celine…” pekik Reno. Langkah Celine terhenti lalu ia menoleh ke sumber suara dan tampak sangat asisten suaminya sedang berjalan cepat ke arahnya. “Apa yang Nona lakukan di luar? Kenapa nona tidak di dalam?” tanya Reno dengan raut wajah cemas, ia takut ada seorang wartawan melihat menantu Dominic berada di luar acara. “Aku mau pulang.” kata Celine sambil berlalu. Reno langsung menghadang jalan Celine, “Ayo, kembali ke dalam Nona. Sebelum Tuan tahu.” “Mereka tidak akan tahu, Reno. Mereka bahkan tidak menganggapku ada di acara tersebut. Jadi buat apa aku ada di sana.” ucap Celine dengan mata berkaca-kaca menahan tangis. Reno menghela nafas dengan berat. Ia tahu apa yang dialami Celine selama ini, ia juga merasa kasihan terhadap Celine namun ia hanya seorang bawahan yang tidak bisa membantu. “Baiklah, mari saya antar Nona pulang.” “Tidak usah, aku sudah memesan taksi mungkin bentar lagi sampai.” “Jangan Nona. Biar saya antar saja.” “Tapi….” Celine menggantung ucapannya karena Reno sudah berlalu menghampiri sebuah taksi yang berhenti di depan mereka. Setelah Reno membayar ganti rugi, taksi tersebut pun berlalu meninggalkan hotel. Kemudian Reno kembali menghampiri Celine dan mengajak wanita tersebut ke mobilnya. Reno akui tindakannya ini salah membawa pulang istri Tuannya tanpa izin namun ia juga tidak mau disalahkan kalau nanti Celine pulang sendirian dan menjadi bahan omongan orang-orang. Reno pun mengendarai mobilnya meninggalkan hotel. Celine duduk di belakang mobil dengan pandangan menatap keluar jendela, ia sengaja membuka setengah kaca jendela agar angin malam masuk ke dalam mobil dan rasanya sangat menyejukkan. “Reno…” lirih Celine dengan pandangan masih menatap jalanan. “Ya, Nona. Apa ada yang Nona inginkan?” “Tidak ada. Menurut kamu apa Tuan masih mencintai Nona Mona?” Celine tidak tahu bertanya pada siapa tentang Bryan sehingga ia bertanya pada reno yang ia yakin sangat mengetahui tentang Bryan. “Maaf Nona saya tidak tahu. Tapi yang pasti saat ini anda adalah istrinya jadi sudah pasti anda yang di cintai Tuan.” Jawab Reno, walau dihatinya tidak yakin Tuannya itu mencintai istrinya. Celine menggeleng, “Bryan tidak pernah mengatakan ia mencintaiku. Bahkan ia juga tidak pernah membelaku, mungkin ia malu mempunyai istri sepertiku.” ujar Celine sambil menghapus air matanya yang tiba-tiba jatuh. Celine ingat dimana saat ia dihina oleh Mama Berlina dan Kakaknya Berta, tidak ada sedikitpun Bryan membelanya atau menolongnya bahkan Bryan berlalu pergi meninggalkannya. Reno hanya diam tanpa memberi tanggapan, sekilas ia melihat di kaca spion raut wajah sedih Celine. Mobil yang dikendarai Reno pun sampai di kediaman Dominic. Reno segera turun dan membuka pintu mobil untuk Celine. “Silahkan, Nona.” Ucap Reno mempersilahkan Celine keluar dari mobil. “Ah…mengapa cepat sekali sampai, padahal aku baru menikmati suasana malam.” Keluh Celine sambil menarik nafasnya dengan berat. Lalu ia keluar dari mobil dan berdiri di samping Reno, ia menatap bangunan rumah yang megah namun tampak menyeramkan baginya. “Makasih ya, sudah mengantar.” “Sudah tugas saya Nona.” Reno hendak kembali masuk ke mobil namun Celine masih berdiam diri menatap bangunan rumah, sepertinya ia enggan untuk masuk ke dalam. “Nona sebaiknya anda segera masuk ke dalam angin malam tidak baik buat tubuh anda.” tegur Reno. Celine menoleh ke arah Reno yang berdiri di sampingnya, “andai ucapan kamu tadi Bryan yang katakan aku pasti sangat bahagia.” “Maaf, nona kalau saya lancang.” Reno langsung menunduk, ia menyesal dengan ucapannya. Celine pun tersenyum melihat Reno yang ketakutan, kata-kata Reno tadi hanya ucapan sederhana yang tidak pernah Bryan ucapkan padanya, “Kamu tidak salah untuk apa minta maaf. Ya sudah saya masuk dulu.” Dengan langkah berat Celine pun masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamarnya. Reno menatap punggung istri Tuannya dengan iba, ia juga merasa prihatin dengan keadaan Celine yang seperti burung dalam sangkar. **** Setelah mengantar Celine pulang dan memastikan istri Tuannya masuk ke dalam rumah, Reno pun kembali ke hotel. Sambil berjalan ia memeriksa ponselnya dan alangkah terkejutnya saat melihat ada begitu banyak panggilan tak terjawab dari Tuan Bryan. “Ah sial, mengapa ponsel ini tidak berdering?” Gerutu Reno, ia bergegas mencari keberadaan Bryan sebelum Bryan menghubunginya kembali. Saat turun dari panggung Bryan bergegas mencari Celine yang sampai acara hampir selesai ia tidak tampak. Celine tidak pernah keluar jadi ia agak cemas kalau Celine kesasar dan tidak tahu jalan. Bryan menggenggam ponselnya dengan erat karena berkali-kali ia menghubungi sang asisten tidak dijawab. Ia hendak kembali menghubungi Reno namun dari jauh tampak Reno berjalan cepat kearahnya. “Kemana saja kamu, hah?!” Sarkas Bryan begitu Reno sampai di hadapannya. “Maaf Tuan. Tadi saya…..” ucapan Reno terputus karena Mona datang menghampiri Bryan. “Bryan….” tegur Mona yang menatap Bryan turun dengan buru-buru, ia pun segera menghampiri Bryan yang sedang berbicara dengan asistennya. “Ada apa?” Tanya Bryan ke Mona yang sudah bergelayut manja di lengan Bryan. “Bukankah teman-teman kampus kita ada di sini juga? Ayo dong temani aku bertemu mereka.” ajak Mona. Bryan hendak menolak ajakan Mona karena ia ingin mencari keberadaan Celine, namun ia tidak enak untuk menolaknya. “Reno, kamu cari Celine dan bawa dia pulang kerumah!” Perintah Bryan. “Maaf Tuan. Nona Celine sudah saya bawa pulang karena tadi….” “Bagus kalau dia sudah pulang. Ayo kita kesana!” Bryan langsung mengajak Mona ke tempat teman-temannya berada, saat mengetahui kalau Celine sudah pulang. Bryan tampak kesal Celine pulang tanpa pamit padanya. “Hah….benar apa kata Nona Celine. Ternyata Tuan tidak peduli beliau sudah pulang apa belum.” bathin Reno sambil menatap Tuannya berlalu. Dengan tersenyum senang, Mona berjalan sambil menggandeng tangan Bryan, ia pun mengedipkan sebelah matanya pada seseorang yang sedang menatap kearahnya.“Terus…sayang….ini sangat nikmat. Aku tidak pernah merasakan senikmat ini dengan istriku.”Celine mendengar suara laki-laki yang sangat ia kenal berkata hal yang membuat jantungnya berpacu dengan cepat, ia melangkah ke sumber suara yang ternyata berada di sebelah kamarnya.Pintu kamar tersebut terbuka sedikit sehingga Celine bisa melihat dengan jelas apa yang sedang mereka lakukan di dalam.“Mas….apa yang kalian lakukan?” Teriak Celine dengan berderai airmata melihat suaminya mengerang nikmat di bawah tubuh wanita lain. Dengan tubuh gemetaran Celine hanya mampu menatap sang suami yang tidak peduli dengan keberadaannya.“MAAAAS……!” Teriak Celine kembali. Celine tersentak langsung membuka, keringat muncul di dahi dengan nafas tersengal-sengal.“Syukurlah ternyata cuma mimpi. Tapi mengapa mimpi tersebut seperti nyata.” lirih Celine lalu ia menatap jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 3 malam.“Ini sudah hampir pagi, mengapa beliau belum pulang ya ? Apa yang lain juga tidak pula
Bryan diam tanpa menjawab pertanyaan yang Celine ajukan. Ia berusaha mengingat kembali kejadian semalam sebelum ia pulang, namun ia tidak bisa mengingatkan.“Mas jawab yang aku tanyakan?” Tanya Celine kembali dengan suara bergetar.“Diamlah Celine! Aku tidak ingat apa yang sudah aku lakukan semalam.” bentak Bryan. Lalu ia duduk di sisi ranjang lantas mengambil ponselnya yang ada di nakas.Celine hanya diam memperhatikan wajah suaminya yang tampak gusar bukan meminta maaf padanya malah menghubungi seseorang.“Sial! Mengapa tidak di angkat?” Gerutu Bryan saat yang dihubungi tidak mengangkat panggilannya.“Mas, aku tidak suka kamu selingkuhi. Kalau memang kamu masih mencintai wanita itu maka ceraikan aku saja.” ucap Celine di sela-sela isak tangisnya. Bryan menatap tajam ke arah Celine, “jangan asal bicara kamu ya. Cepat kamu siapkan pakaian kerjaku.” Bryan bangkit dari duduknya menuju kamar mandi, ia seolah enggan menanggapi ucapan Celine.“Mas….aku rela keluarga kamu hina, bahkan tem
Selesai membersihkan diri Celine keluar dari kamar, perutnya terasa lapar ia pun turun ke dapur. Dengan langkah pincangnya Celine menuruni tangan dengan hati-hati sambil berpegangan pada pembatas tangga. Sesampainya di ruang makan, Celine terbengong menatap meja yang kosong. Tidak ada lagi makanan yang ia masak di meja. Makanan begitu banyak tidak mungkin dihabiskan oleh orang rumah. “Ah…mungkin Bibi Nani menyimpannya di dapur.” Celine pun melangkah ke dapur dan membuka lemari pendingin. Namun isi dalam kulkas hanya terdapat bahan-bahan mentah. Berlina yang sejak tadi berdiri dengan tangan berada di pinggangnya sambil tersenyum sinis, “Bagus ya. Jam segini baru turun kebawah dan membuat suami kamu melewatkan sarapan.” Celine memutar tubuhnya menghadap ke arah mertuanya yang berdiri tak jauh darinya di dapur. “Maaf, Ma.” sesal Celine. “Apa kamu tahu? Kalau hari ini Bryan mengadakan rapat penting.” ketus Berlina. Dan Celine hanya menggeleng karena memang dia tidak tahu kalau
“Suara apa itu?” Celine mengerutkan dahinya dan mencoba memperjelas pendengarannya. Tangan Celine gemetar saat memegang gagang pintu, namun ia sangat penasaran dengan suara yg berada didalam ruangan itu.Perlahan ia memberanikan diri membuka pintu dan betapa terkejutnya Celine saat melihat Bryan sedang bercumbu dengan seorang wanita yang dilihatnya semalam, bahkan mereka seperti sapi kepanasan sampai tidak sadar jika Celine sudah berada didepan pintu.Tangan Celine bergetar dan tak sengaja ia menjatuhkan bekal yang dibawa untuk Bryan, Bryan dan Mona menghentikan permainan mereka dan menoleh ke arah suara yang berada di depan pintu, Tanpa berkata apa-apa rahang Celine terasa bergetar dan air matanya mengalir begitu saja saat menyaksikan hal yang tak pernah ia bayangkan, tubuhnya lemas dan seakan dunianya runtuh untuk pertama kalinya.Bryan hanya menoleh dengan wajah datar, ia juga tidak menyangka jika akan tergoda dengan Mona. Semua serba begitu cepat dan Bryan tanpa sadar terbuai ol
Sepulang dari kantor Bryan, Celine mengurung diri di kamar. Ia menunggu Bryan pulang untuk menjelaskan kejadian tersebut namun sampai larut malam Bryan tak kunjung pulang.Saat Celine hampir terlelap, di antara sadar atau tidak ia merasakan ada seseorang membuka pintu kamar. Sontak Celine terperanjat dan bangkit dari tidurnya, ia menatap sosok yang dari tadi ia tunggu.“Mas baru pulang. Apakah sudah makan?” tanya Celine saat Bryan masuk ke kamar.Bryan menatap Celine dengan tatapan sulit diartikan, ia melihat mata sembab Celine namun seolah bersikap tak peduli.“Aku sudah makan. Kalau kamu mengantuk tidurlah. Aku mau membersihkan diri dulu.” jawab Bryan sambil berlalu menuju kamar mandi.“Aku belum mengantuk, aku akan siapkan baju tidurnya.” sahut Celine tanpa memperdulikan Bryan yang menatapnya, lalu ia turun dari ranjang menuju walk in closet milik Bryan dan memilih baju tidur yang nyaman lalu ia letakan di sisi tempat tidur.Bryan hanya melirik Celine sejenak, kemudian ia melangkah
Berta membisikkan sesuatu ke Mona dan membuat Mona membulatkan matanya.“Kamu yakin ini akan berhasil?” tanya Mona yang gak ragu.Berta mengangguk dengan semangat, ia sangat membenci Celine. Semenjak Celine menjadi anggota keluarganya, ia seakan tidak dipedulikan oleh Papanya bahkan setiap Papanya pulang dari luar negeri yang ditanyakan pasti menantunya bukan dirinya.“Oke kalau begitu, ayo kita ke klub. Kita harus bersenang-senang malam ini.” ucap Mona.“Itu yang aku suka.” Berta dan Mona tertawa bersama. Mereka keluar dari apartemen Mona menuju ke klub. Berta dan Mona sudah seperti kakak beradik, dari dulu Berta menginginkan Mona menjadi adik iparnya karena Berta lah yang menjodohkan Mona pada Bryan. Mona sering menginap dirumah Bryan atas ajakan Berta. Namun pekerjaan yang diambil Mona sebagai model membuat Mona harus meninggalkan Indonesia. Berta sempat marah dan kecewa pada Mona yang meninggalkan Bryan demi pekerjaannya sehingga Bryan putus asa dan mengalami musibah yang membuat
“Mona….” ucap Brian yang terkejut dengan kehadiran Mona.“Selamat pagi, sayang.” Jawab Mona tanpa tahu malu dan tersenyum menggoda.“Eheemmm….” Terdengar deheman dari belakang, saat Mona menoleh ternyata ada Papa Bryan yang menatapnya tidak suka.“Eh…Om Dominic. Selamat pagi.” sapa Mona tersenyum kaku.“Jaga ucapan kamu Mona, nanti didengar menantu saya.” kata Dominic, lalu ia duduk di kursi tunggal yang biasa ia duduki.“Apaan sih Pa? Mereka kan dari dulu memang begitu.” sahut Berlina yang tahu suaminya tidak suka dengan Mona.“Itu dulu sebelum 5 tahun yang lalu dan sekarang Bryan sudah menikah, jadi hargai istrinya.” sarkas Dominic membuat Mona dan Berlina terdiam begitu juga dengan Berta yang duduk di sebelah Mona berdengus kesal,lagi-lagi Papanya membela Celine.Berlina menatap suaminya dengan malas, lalu bangkit untuk menaruh makanan di piring sang suami.Tak lama Celine kembali ke meja makan dengan membawa nampan berisi susu dan roti yang diminta Berlina. Untung saja tadi Bibi
Reno yang tadinya hendak menemui Bryan diruang tamu melewat arah tangga di mana saat itu Celine sedang menaiki anak tangga dengan tubuh hampir terjatuh, Reno segera berlari dengan spontan ia melingkarkan tangannya di pinggang ramping Celine. “Nona…anda baik-baik saja.” ucap Reno dengan cemas. “Ah…Reno. Aku tidak apa-apa dan tolong singkirkan tangan kamu.” kata Celine yang takut ada seseorang yang melihat perbuatan Reno padanya walau Celine tahu Reno hanya sekedar menolongnya. “Maaf…Nona. Saya tidak sengaja. Nona tadi hampir jatuh sehingga saya spontan membantu.” Reno langsung melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang Celine. “Ya aku tau.” “Wajah Nona pucat, apa Nona sakit?” “Aku baik-baik saja. Bryan ada di ruang makan kamu kemari pasti mau bertemu dengan beliau kan. Aku mau ke atas dulu ” Celine menyuruh Reno untuk segera pergi dari hadapannya, ia tampak gelisah kalau nanti ada orang yang tiba-tiba muncul. “Baik Nona.” Reno menatap punggung istri Tuannya yang b