Share

Bab 3

Bryan yang hanya melihat namanya di layar ponsel membuat jantungnya memompa dengan cepat. Bryan tidak menyangka setelah sekian lama Mona baru menghubunginya. Ia segera mengangkatnya, ia tidak mau panggilan tersebut akan berakhir kalau ia lama mengangkatnya.

“Mona,”

“Hai…lama tidak bertemu ternyata kamu masih seperti dulu. Kamu kelihatan semakin tampan dengan stelan jas navy yang kamu gunakan.” kata Mona di seberang seakan ia mengetahui keadaan Bryan saat ini.

“Kamu dimana?” Tanya Bryan mengerutkan dahinya dan melihat-lihat sekitar tamu undangan karena ucapan Mona seakan ia berada di sini.

“Dasar gak sabaran.” jawab Mona sambil tertawa saat memandang wajah penasaran Bryan terhadapnya.

Bryan berdecak kesal karena Mona mempermainkannya, ia sangat yakin saat ini pasti Mona berada tepat di dekatnya karena Mona mengetahui pakaian yang ia kenakan. Dengan ponsel masih berada di telinganya, Bryan mencoba mencari keberadaan Mona. Dan mata tajamnya menangkap sosok wanita dengan memakai dres tanpa lengan berwarna gold tersenyum manis ke arahnya sambil melambaikan tangannya. Bryan tersenyum tipis, kemudian ia berjalan mendekati tempat Mona berada.

Celine yang masih berdiri di meja hidangan mulai merasakan kakinya sakit, ia hendak mencari tempat duduk yang tidak jauh dari tempatnya berdiri namun sayang letak kursinya sangat jauh dan ia takut membuat Mama mertuanya marah melihatnya berjalan.

“Aduh…kakiku sakit banget.” Celine meringis kesakitan. “Apa sebaiknya aku menghubungi Bryan ya? Ah tidak usah lah nanti malah merepotkannya.” Celine mengurungkan niatnya untuk menghubungi Bryan. Ia mencoba menahan rasa sakit kakinya dan berharap para tamu undangan fokus pada acara yang akan berlangsung sebentar lagi.

Senyum sumringah terbit di bibir Celine saat pandangannya tertuju pada Bryan yang sedang berjalan ke arahnya. Celine tidak tahu kalau tujuan Bryan adalah menemui wanita yang saat ini berdiri tidak jauh di dekat Celine.

Jantung Celine berdebar ditatap boleh Bryan dengan tatapan memuja, ia sungguh salah tingkah dan tangannya mulai keringat dingin.

Saat Bryan hampir mendekatinya, Celine pun tertunduk malu. Namun aroma parfum Bryan bukan semakin mendekat tapi menjauh. Celine yang tadinya menunduk menegakkan kembali kepalanya dan menatap kemana Bryan berjalan.

Celine terkejut ternyata Bryan menghampiri seorang wanita cantik dan tanpa canggung merasa pun saling berpelukan. Mata Celine mulai berkaca-kaca dan hatinya sangat sakit, tubuhnya mendadak lemah ia hampir saja terjatuh kalau saja ia tidak berpegangan pada meja hidangan.

“Hei…lihat. Itu Pak Bryan kan. Bukannya yang disampingnya Nona Mona.” ucap wanita berbaju hitam pada temannya.

“Iya, benar itu Pak Bryan bersama Nona Mona. Wah mereka tampak serasi ya. Yang pria ganteng banget yg wanita cantik banget.” Jawab teman si baju hitam.

“Tapi sayang ya pak Bryan punya istri cacat. Gak serasi banget dengan beliau yang sempurna.”

“Ya benar. Pantesan gak pernah di ajak ke kantor atau ke acara penting perusahaan ya.” ucap teman si baju hitam. Lalu mereka berbisik-bisik sambil tertawa, lantas pergi setelah mengambil beberapa makanan yang tersedia.

Celine yang mendengar percakapan dua wanita yang tampaknya karyawan perusahaan karena menyebut Bryan dengan Pak, ia pun hanya bisa menahan rasa sakit hatinya. Ia mencoba menahan air matanya agar tidak menetes, ia tidak mau orang-orang menatapnya dengan aneh. Ingin rasanya ia keluar dari acara ini, telinganya panas mendengar omongan para tamu yang tidak menyadari kehadirannya.

Bryan terpaksa melepaskan pelukan dari Mona, rasanya Bryan ingin memeluk Mona lebih lama lagi tapi ia sadar kalau mereka berada di tengah acara pesta perusahaan.

“Kapan kamu sampai? Kemana saja kamu selama ini.” Bryan langsung melontarkan pertanyaan yang selama ini ia pendam.

Bukannya menjawab Mona hanya tersenyum sambil memegang tangan Bryan, “nanti aku akan ceritakan semua sama kamu. Ayo, temani aku bertemu Om sama Tante. Aku sudah kangen sama mereka.” ajak Mona.

“Aku tunggu penjelasan dari kamu selesai acara nanti.” ucap Bryan dengan mata terus menatap wajah cantik Mona.

Mona mengangguk, Bryan pun mengajak Mona bertemu Papa Mamanya.

Celine memalingkan wajahnya saat Bryan berjalan, dengan Mona menggandeng tangan Bryan, Mona tersenyum manis dan menyapa para tamu yang sebagian telah mengenalnya sebagai model terkenal. Kembali para tamu berbisik-bisik melihat kedatangan Mona bersama Bryan. Melihat orang-orang sedang fokus pada Mona dan Bryan, Celine pun berjalan cepat dengan kakinya yang pincang mencari tempat duduk yang kosong agar orang-orang tidak memperhatikannya.

Tubuhnya benar-benar lemas, untung saja seorang pelayan datang menghampirinya dan memberi segelas minuman dingin. Dengan tangan gemetaran Celine meraihnya dan meminumnya.

Di kejauhan Celine bisa menatap Berlina menyambut Mona dengan pelukan hangat. Entah apa yang mereka bicarakan Celine tak tahu. Karena Celine duduk dengan jarak yang sangat jauh dari keluarga Dominic berkumpul. Ingin rasanya ia menjauh dari acara ini karena keberadaannya sungguh tidak dianggap.

“Ya Ampun…ini beneran kamu Mona. Wah kamu makin cantik saja.” puji Berlina saat Mona datang menghampirinya dan mereka pun saling berpelukan lalu mencium pipi kanan kiri.

“Tante juga makin cantik” balas Mona memuji Berlina. Dan mereka pun tertawa. Lalu Mona menghampiri Berta yang berada di samping Berlina, mereka pun memeluk.

“Kangen banget aku sama kamu, pikir kita gak bakalan ketemu lagi.” ucap Berta saat pelukan mereka terurai.

“Aku pasti pulang dong. Di sini kebahagiaan aku berada.” jawab Mona, laku ia melirik Bryan yang berdiri di dekat Papanya.

“Mana Celine? Bukankah Papa menyuruh kamu membawa Celine kemari. Ini acara akan segera dimulai. Apa ingin keluarga kita semua berkumpul di atas pentas?” Tanya Dominic.

“Aku sudah mencarinya, Pa. Tapi aku tidak tahu dia dimana.”

“Kamu cari sampai dapat.” ucap Dominic dengan wajah datar.

“Pa, sudah. Malu dilihat orang kalau Papa marah hanya demi wanita pincang itu. Ayo kita sudah dipanggil oleh MC untuk naik ke panggung.” Berlina langsung menarik tangan sang suami untuk berdiri. Berlina bersyukur karena saat Dominic dan Bryan berdebat, MC pun mengumumkan kalau mereka harus naik ke panggung.

“Berta, Bryan ayo naik. Mona ayo kamu naik juga, temani Berta di atas.” Berlina sengaja mengajak Mona untuk naik ke atas biar Mona mendampingi Bryan.

Tamu undangan di minta oleh MC untuk berdiri, karena semua anggota keluarga Dominic telah naik ke pentas. Semua tamu undangan bertepuk tangan dengan riuh, Celine yang duduk paling belakang hanya menatap dengan sedih, seharusnya ia yang berdiri di samping suaminya.

Di atas panggung pandangan Bryan tertuju oleh wanita yang berdiri sendirian. Mona yang mengetahui arah pandangan Bryan langsung menggandeng tangan Bryan dan tersenyum ke arah kamera yang meminta untuk berfoto bersama.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status