“CELINEEEE…..” Teriak Bryan yang tampak bosan menunggu Celine turun berganti pakaian.
Celine yang mendengar teriakan Bryan hanya bisa mengelus dada. Padahal ia baru 15 menit berada dikamar dan belum berhias diri, ia tidak mau membuat malu mertua dan suaminya kalau ia tidak berpenampilan baik walau ia tidak suka berdandan tapi ia tahu cara untuk memoles wajahnya agar terlihat menarik. Tidak mau mendengar teriakan suaminya kembali, ia pun bergegas memakai baju yang sudah disediakan jauh-jauh hari. Baju tersebut sudah lama ingin ia kenakan untuk menghadiri pesta perusahaan tapi tidak pernah jadi digunakan karena ia tidak diizinkan pergi namun malam ini ia akan memakainya. Dengan percaya diri Celine memakai gaunnya yang sangat pas di badannya lalu memoles wajahnya agar kelihatan cantik. Kulit Celine yang putih bersih, hanya memakai sedikit riasan sudah membuatnya kelihatan cantik. Namun sayang di mata suaminya ia hanya seorang wanita tak menarik walau tubuhnya ia nikmati. Celine pun bergegas keluar kamar setelah kembali memeriksa riasan agar tidak tampak mencolok. Ia menuruni anak tangga dengan hati-hati, suara ketukan high heel milik Celine membuat Bryan ada yang duduk di ruang tamu menoleh dan ia pun menatap Celine tanpa berkedip. “Buruan jalannya. Dandan begini saja lama banget. Mau berjam-jam kamu bersolek wajah kamu tidak akan berubah. Tetap tidak menarik di mataku.” ucap Bryan sambil bangkit dari duduk, ia berbohong karena hampir saja ia terkesima melihat penampilan Celine. “Tunggu, Mas.” Celine yang memandangi Bryan sudah keluar dari rumah menuju mobilnya terpaksa melangkahkan kakinya dengan cepat. Celine bernafas lega karena ia telah sampai di depan mobil mewah Rolls-Royce milik Bryan. Sesampainya di depan mobil, Celine bingung ia harus duduk dimana. Karena baru kali ini Celine bepergian berdua dengan Bryan. Tiiiinnn….bunyi klakson membuat Celine terlonjak kaget, lalu ia segera membuka pintu belakang mobil tersebut. “Hey….kau pikir aku ini supir.” Teriak Bryan dari dalam mobil saat Celine hendak membuka pintu belakang. “Maaf Mas.” Celine tidak jadi membuka pintu belakang dan membuka pintu depan. Dengan canggung ia duduk di samping Bryan lalu memasang seat beltnya. Melihat Celine sudah duduk, tanpa bicara Bryan pun melajukan mobilnya ke hotel tempat acara berlangsung. **** Pesta perusahaan pun berlangsung meriah banyak kolega bisnis Bryan dan Dominic hadir, para tamu pun mulai berbisik-bisik saat melihat Celine yang baru pertama kali menampakkan dirinya hadir di pesta tersebut. Ada yang merendahkan Celine namun ada pula menatap kagum kecantikan natural Celine. Celine mulai risih karena mereka menatap dirinya, dengan langkah terpincang-pincang Celine menghampiri sebuah meja hidangan di mana banyak tersedia makanan. Jangan ditanya kemana Bryan, begitu turun dari mobil Bryan sudah meninggalkan Celine sendirian dan Bryan bergabung dengan para tamu undangan. “Kamu itu harus tahu diri dan jangan buat malu.” ucap sinis Berlina yang tiba-tiba sudah ada di samping Celine yang hendak mengambil puding. “Maksud Mama apa?” Tanya Celine tidak mengerti karena ia merasa berpenampilan menarik. “Heh…dasar pincang! Kamu duduk saja atau berdiri saja sampai acara selesai dan jangan berlenggak lenggok kayak peragawati disini. Apa kamu tidak lihat? Kalau orang-orang risih liat kamu berjalan.” kata Berlina dengan nada mencemooh. Ia sangat kesal tadi, temannya tertawa mengejek saat Celine berjalan masuk ke dalam. “Maaf, Ma. Celine tidak tahu.” “Sekarang sudah tahu kan, awas kalau aku lihat kamu berjalan.” ancam Berlina kemudian berlalu pergi meninggalkan Celine. Celine menarik nafas dengan kasar, ia menyesal telah hadir di acara ini. Ia ingin mencari tempat duduk karena acara ini akan berlangsung lama tidak mungkin ia hanya berdiri saja. Namun kursi yang disediakan letaknya sangat jauh dari tempat Celine berdiri, Celine hanya bisa pasrah harus berdiri sampai acara selesai. Dominic yang melihat anaknya sendirian tanpa menantunya menghampiri Bryan yang saat ini sedang mengobrol dengan teman sesama bisnisnya. “Bryan, dimana Celine?” Tanya Dominic dengan sorot mata tajam. “Tadi ada sama Bryan, Pa. Lalu dia izin mau mencari makanan.” Bryan terpaksa berbohong karena takut Papanya akan marah kalau tahu Bryan sudah meninggalkan Celine saat pertama kali datang. Untung saja ia tidak melihat Celine berjalan menuju meja hidangan. “Kamu cari Celine, karena acara puncak akan segera dimulai.” “Baik, Pa.” ucap Bryan dengan malas. Dominic kembali menyapa para tamu undangan setelah berbicara dengan Bryan. Ponsel Bryan berdering saat ia ingin mencari Celine, ia pun mengambil ponsel di saku celana terlebih dahulu. Wajah Bryan mengeras saat ia melihat nama panggilan yang ada di layar ponselnya.Bryan yang hanya melihat namanya di layar ponsel membuat jantungnya memompa dengan cepat. Bryan tidak menyangka setelah sekian lama Mona baru menghubunginya. Ia segera mengangkatnya, ia tidak mau panggilan tersebut akan berakhir kalau ia lama mengangkatnya.“Mona,”“Hai…lama tidak bertemu ternyata kamu masih seperti dulu. Kamu kelihatan semakin tampan dengan stelan jas navy yang kamu gunakan.” kata Mona di seberang seakan ia mengetahui keadaan Bryan saat ini.“Kamu dimana?” Tanya Bryan mengerutkan dahinya dan melihat-lihat sekitar tamu undangan karena ucapan Mona seakan ia berada di sini.“Dasar gak sabaran.” jawab Mona sambil tertawa saat memandang wajah penasaran Bryan terhadapnya.Bryan berdecak kesal karena Mona mempermainkannya, ia sangat yakin saat ini pasti Mona berada tepat di dekatnya karena Mona mengetahui pakaian yang ia kenakan. Dengan ponsel masih berada di telinganya, Bryan mencoba mencari keberadaan Mona. Dan mata tajamnya menangkap sosok wanita dengan memakai dres tanp
Airmata yang sedari tadi Celine tahan akhirnya lolos juga, ia sedih karena seharusnya yang berada di samping suaminya bukan wanita tersebut. Ia juga kecewa dengan sikap suaminya yang bukannya mengajaknya ke panggung malah bersikap acuh padanya. Celine pun bangkit dari duduknya, ia ingin keluar dari acara ini. Percuma ia berada disini, dengan langkah tertatih-tatih Celine keluar dari gedung terdengar suara bergemuruh karena sang pemilik acara sedang mengumumkan sesuatu dan Celine tidak peduli, yang ia inginkan sekarang kembali ke rumah dan beristirahat karena kakinya sudah sangat sakit. “Nona Celine, apa yang ia lakukan?” Gumam Reno sang asisten Bryan saat melihat Celine berjalan keluar dari gedung hotel. Reno yang tadinya hendak masuk ke dalam hotel berbalik arah menghampiri istri Tuannya. “Nona Celine…” pekik Reno. Langkah Celine terhenti lalu ia menoleh ke sumber suara dan tampak sangat asisten suaminya sedang berjalan cepat ke arahnya. “Apa yang Nona lakukan di luar? Kenapa n
“Terus…sayang….ini sangat nikmat. Aku tidak pernah merasakan senikmat ini dengan istriku.”Celine mendengar suara laki-laki yang sangat ia kenal berkata hal yang membuat jantungnya berpacu dengan cepat, ia melangkah ke sumber suara yang ternyata berada di sebelah kamarnya.Pintu kamar tersebut terbuka sedikit sehingga Celine bisa melihat dengan jelas apa yang sedang mereka lakukan di dalam.“Mas….apa yang kalian lakukan?” Teriak Celine dengan berderai airmata melihat suaminya mengerang nikmat di bawah tubuh wanita lain. Dengan tubuh gemetaran Celine hanya mampu menatap sang suami yang tidak peduli dengan keberadaannya.“MAAAAS……!” Teriak Celine kembali. Celine tersentak langsung membuka, keringat muncul di dahi dengan nafas tersengal-sengal.“Syukurlah ternyata cuma mimpi. Tapi mengapa mimpi tersebut seperti nyata.” lirih Celine lalu ia menatap jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 3 malam.“Ini sudah hampir pagi, mengapa beliau belum pulang ya ? Apa yang lain juga tidak pula
Bryan diam tanpa menjawab pertanyaan yang Celine ajukan. Ia berusaha mengingat kembali kejadian semalam sebelum ia pulang, namun ia tidak bisa mengingatkan.“Mas jawab yang aku tanyakan?” Tanya Celine kembali dengan suara bergetar.“Diamlah Celine! Aku tidak ingat apa yang sudah aku lakukan semalam.” bentak Bryan. Lalu ia duduk di sisi ranjang lantas mengambil ponselnya yang ada di nakas.Celine hanya diam memperhatikan wajah suaminya yang tampak gusar bukan meminta maaf padanya malah menghubungi seseorang.“Sial! Mengapa tidak di angkat?” Gerutu Bryan saat yang dihubungi tidak mengangkat panggilannya.“Mas, aku tidak suka kamu selingkuhi. Kalau memang kamu masih mencintai wanita itu maka ceraikan aku saja.” ucap Celine di sela-sela isak tangisnya. Bryan menatap tajam ke arah Celine, “jangan asal bicara kamu ya. Cepat kamu siapkan pakaian kerjaku.” Bryan bangkit dari duduknya menuju kamar mandi, ia seolah enggan menanggapi ucapan Celine.“Mas….aku rela keluarga kamu hina, bahkan tem
Selesai membersihkan diri Celine keluar dari kamar, perutnya terasa lapar ia pun turun ke dapur. Dengan langkah pincangnya Celine menuruni tangan dengan hati-hati sambil berpegangan pada pembatas tangga. Sesampainya di ruang makan, Celine terbengong menatap meja yang kosong. Tidak ada lagi makanan yang ia masak di meja. Makanan begitu banyak tidak mungkin dihabiskan oleh orang rumah. “Ah…mungkin Bibi Nani menyimpannya di dapur.” Celine pun melangkah ke dapur dan membuka lemari pendingin. Namun isi dalam kulkas hanya terdapat bahan-bahan mentah. Berlina yang sejak tadi berdiri dengan tangan berada di pinggangnya sambil tersenyum sinis, “Bagus ya. Jam segini baru turun kebawah dan membuat suami kamu melewatkan sarapan.” Celine memutar tubuhnya menghadap ke arah mertuanya yang berdiri tak jauh darinya di dapur. “Maaf, Ma.” sesal Celine. “Apa kamu tahu? Kalau hari ini Bryan mengadakan rapat penting.” ketus Berlina. Dan Celine hanya menggeleng karena memang dia tidak tahu kalau
“Suara apa itu?” Celine mengerutkan dahinya dan mencoba memperjelas pendengarannya. Tangan Celine gemetar saat memegang gagang pintu, namun ia sangat penasaran dengan suara yg berada didalam ruangan itu.Perlahan ia memberanikan diri membuka pintu dan betapa terkejutnya Celine saat melihat Bryan sedang bercumbu dengan seorang wanita yang dilihatnya semalam, bahkan mereka seperti sapi kepanasan sampai tidak sadar jika Celine sudah berada didepan pintu.Tangan Celine bergetar dan tak sengaja ia menjatuhkan bekal yang dibawa untuk Bryan, Bryan dan Mona menghentikan permainan mereka dan menoleh ke arah suara yang berada di depan pintu, Tanpa berkata apa-apa rahang Celine terasa bergetar dan air matanya mengalir begitu saja saat menyaksikan hal yang tak pernah ia bayangkan, tubuhnya lemas dan seakan dunianya runtuh untuk pertama kalinya.Bryan hanya menoleh dengan wajah datar, ia juga tidak menyangka jika akan tergoda dengan Mona. Semua serba begitu cepat dan Bryan tanpa sadar terbuai ol
Sepulang dari kantor Bryan, Celine mengurung diri di kamar. Ia menunggu Bryan pulang untuk menjelaskan kejadian tersebut namun sampai larut malam Bryan tak kunjung pulang.Saat Celine hampir terlelap, di antara sadar atau tidak ia merasakan ada seseorang membuka pintu kamar. Sontak Celine terperanjat dan bangkit dari tidurnya, ia menatap sosok yang dari tadi ia tunggu.“Mas baru pulang. Apakah sudah makan?” tanya Celine saat Bryan masuk ke kamar.Bryan menatap Celine dengan tatapan sulit diartikan, ia melihat mata sembab Celine namun seolah bersikap tak peduli.“Aku sudah makan. Kalau kamu mengantuk tidurlah. Aku mau membersihkan diri dulu.” jawab Bryan sambil berlalu menuju kamar mandi.“Aku belum mengantuk, aku akan siapkan baju tidurnya.” sahut Celine tanpa memperdulikan Bryan yang menatapnya, lalu ia turun dari ranjang menuju walk in closet milik Bryan dan memilih baju tidur yang nyaman lalu ia letakan di sisi tempat tidur.Bryan hanya melirik Celine sejenak, kemudian ia melangkah
Berta membisikkan sesuatu ke Mona dan membuat Mona membulatkan matanya.“Kamu yakin ini akan berhasil?” tanya Mona yang gak ragu.Berta mengangguk dengan semangat, ia sangat membenci Celine. Semenjak Celine menjadi anggota keluarganya, ia seakan tidak dipedulikan oleh Papanya bahkan setiap Papanya pulang dari luar negeri yang ditanyakan pasti menantunya bukan dirinya.“Oke kalau begitu, ayo kita ke klub. Kita harus bersenang-senang malam ini.” ucap Mona.“Itu yang aku suka.” Berta dan Mona tertawa bersama. Mereka keluar dari apartemen Mona menuju ke klub. Berta dan Mona sudah seperti kakak beradik, dari dulu Berta menginginkan Mona menjadi adik iparnya karena Berta lah yang menjodohkan Mona pada Bryan. Mona sering menginap dirumah Bryan atas ajakan Berta. Namun pekerjaan yang diambil Mona sebagai model membuat Mona harus meninggalkan Indonesia. Berta sempat marah dan kecewa pada Mona yang meninggalkan Bryan demi pekerjaannya sehingga Bryan putus asa dan mengalami musibah yang membuat
Dominic pulang kerumah setelah selesai berbicara pada pengacara, entah mengapa ada perasaan tidak enak dihatinya dan ternyata benar, ia melihat sang menantu ditarik paksa keluar dari rumah oleh anaknya.“Ada apa ini?”“Papa…!” Berta menoleh ke sumber suara dan mendapatkan tatapan tajam papanya.“Ada apa ini? Mengapa kamu menyeret Celine seperti binatang dan kamu….Reno, ada apa dengan wajah kamu?” Pandangan Dominic tertuju pada Reno yang wajahnya terluka. Reno menunduk tanpa berani menjawab.Mendengar suara Dominic, Berlina yang tadinya masih di dalam rumah segera keluar. Berlina berpikir sang suami tidak pulang cepat.“Sayang….kamu sudah pulang.” ucap Berlina lembut, lalu ia melotot pada Celine.Mendapat tatapan tajam dari Berlina, Celine berusaha berdiri dan memegang perutnya yang terasa nyeri. “Tolong jelaskan. Ada apa ini?” Dominic kembali bertanya pada Berlina karena tidak mendapat jawaban dari Berta yang saat ini hanya menunduk takut.“Menantu kesayangannya Papa berselingkuh den
Setelah mendapat pesan gambar dari Berta, Bryan langsung melajukan mobilnya pulang ke kediamannya. Mona yang berada di samping Bryan hanya diam menatap wajah Bryan yang sangat mengerikan, selama mengenal Bryan ia tidak pernah melihat Bryan semarah ini.Mona sempat mengirim chat pada Berta menanyakan kejadian apa di rumah, tapi Berta berkata kalau rencana mereka sedang berjalan, di dalam hati Mona tersenyum senang. Mona hendak menghibur Bryan tapi ia tidak berani untuk berbicara hingga mobil yang dikendarai Brian sampai di halaman rumah mewah milik keluarga Dominic.Bryan segera keluar dari mobil tanpa membukakan pintu untuk Mona. Mona sedikit kecewa dengan sikap Bryan, ia pun turun dengan hati-hati karena kakinya masih terasa nyeri. Di ruang tamu sudah ada Reno, Celine, Berta dan Berlina. Mona berjalan mendekati Berta dan duduk di sampingnya, Mona bisa melihat tatapan tajam Berlina ke Celine yang saat ini menunduk dengan wajah cemas.Mona dan Celine terlonjak kaget saat tiba-tiba Brya
Berta menatap sinis mobil Reno yang berlalu meninggalkan rumahnya, lagi-lagi Reno mengabaikan nya, Ia menggenggam tangannya dengan kesal, ia sangat membenci Celine yang selalu menarik perhatian orang. Berta bergegas masuk ke dalam rumah saat melihat Celine dan Bryan turun dari tangga. Sepertinya mereka akan keluar terlihat Celine memakai pakaian bagus.Berta hendak memperlihatkan foto Celine dengan Reno pada Bryan namun ia urungkan karena waktunya belum tepat. Sebab tiba-tiba terdengar suara seseorang terjatuh dari tangga.Gedubuk….!!!“Auwhh….” Mona merintih kesakitan sambil memegang kakinya.“Mona…kamu baik-baik saja.” Bryan segera menghampiri Mona yang terduduk di lantai.“Aduh….Kakiku, Yan. Sepertinya terkilir.” ucap Mona dengan wajah kesakitan.Berta juga mendekat ke Mona dan melihat keadaan Mona, “Bryan cepat angkat Mona dan bawa kerumah sakit.” kata Berta dengan nada khawatir karena pergelangan kaki Mona sudah terlihat memerah.Celine berdiri menatap kakak beradik yang sibuk m
Reno yang tadinya hendak menemui Bryan diruang tamu melewat arah tangga di mana saat itu Celine sedang menaiki anak tangga dengan tubuh hampir terjatuh, Reno segera berlari dengan spontan ia melingkarkan tangannya di pinggang ramping Celine. “Nona…anda baik-baik saja.” ucap Reno dengan cemas. “Ah…Reno. Aku tidak apa-apa dan tolong singkirkan tangan kamu.” kata Celine yang takut ada seseorang yang melihat perbuatan Reno padanya walau Celine tahu Reno hanya sekedar menolongnya. “Maaf…Nona. Saya tidak sengaja. Nona tadi hampir jatuh sehingga saya spontan membantu.” Reno langsung melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang Celine. “Ya aku tau.” “Wajah Nona pucat, apa Nona sakit?” “Aku baik-baik saja. Bryan ada di ruang makan kamu kemari pasti mau bertemu dengan beliau kan. Aku mau ke atas dulu ” Celine menyuruh Reno untuk segera pergi dari hadapannya, ia tampak gelisah kalau nanti ada orang yang tiba-tiba muncul. “Baik Nona.” Reno menatap punggung istri Tuannya yang b
“Mona….” ucap Brian yang terkejut dengan kehadiran Mona.“Selamat pagi, sayang.” Jawab Mona tanpa tahu malu dan tersenyum menggoda.“Eheemmm….” Terdengar deheman dari belakang, saat Mona menoleh ternyata ada Papa Bryan yang menatapnya tidak suka.“Eh…Om Dominic. Selamat pagi.” sapa Mona tersenyum kaku.“Jaga ucapan kamu Mona, nanti didengar menantu saya.” kata Dominic, lalu ia duduk di kursi tunggal yang biasa ia duduki.“Apaan sih Pa? Mereka kan dari dulu memang begitu.” sahut Berlina yang tahu suaminya tidak suka dengan Mona.“Itu dulu sebelum 5 tahun yang lalu dan sekarang Bryan sudah menikah, jadi hargai istrinya.” sarkas Dominic membuat Mona dan Berlina terdiam begitu juga dengan Berta yang duduk di sebelah Mona berdengus kesal,lagi-lagi Papanya membela Celine.Berlina menatap suaminya dengan malas, lalu bangkit untuk menaruh makanan di piring sang suami.Tak lama Celine kembali ke meja makan dengan membawa nampan berisi susu dan roti yang diminta Berlina. Untung saja tadi Bibi
Berta membisikkan sesuatu ke Mona dan membuat Mona membulatkan matanya.“Kamu yakin ini akan berhasil?” tanya Mona yang gak ragu.Berta mengangguk dengan semangat, ia sangat membenci Celine. Semenjak Celine menjadi anggota keluarganya, ia seakan tidak dipedulikan oleh Papanya bahkan setiap Papanya pulang dari luar negeri yang ditanyakan pasti menantunya bukan dirinya.“Oke kalau begitu, ayo kita ke klub. Kita harus bersenang-senang malam ini.” ucap Mona.“Itu yang aku suka.” Berta dan Mona tertawa bersama. Mereka keluar dari apartemen Mona menuju ke klub. Berta dan Mona sudah seperti kakak beradik, dari dulu Berta menginginkan Mona menjadi adik iparnya karena Berta lah yang menjodohkan Mona pada Bryan. Mona sering menginap dirumah Bryan atas ajakan Berta. Namun pekerjaan yang diambil Mona sebagai model membuat Mona harus meninggalkan Indonesia. Berta sempat marah dan kecewa pada Mona yang meninggalkan Bryan demi pekerjaannya sehingga Bryan putus asa dan mengalami musibah yang membuat
Sepulang dari kantor Bryan, Celine mengurung diri di kamar. Ia menunggu Bryan pulang untuk menjelaskan kejadian tersebut namun sampai larut malam Bryan tak kunjung pulang.Saat Celine hampir terlelap, di antara sadar atau tidak ia merasakan ada seseorang membuka pintu kamar. Sontak Celine terperanjat dan bangkit dari tidurnya, ia menatap sosok yang dari tadi ia tunggu.“Mas baru pulang. Apakah sudah makan?” tanya Celine saat Bryan masuk ke kamar.Bryan menatap Celine dengan tatapan sulit diartikan, ia melihat mata sembab Celine namun seolah bersikap tak peduli.“Aku sudah makan. Kalau kamu mengantuk tidurlah. Aku mau membersihkan diri dulu.” jawab Bryan sambil berlalu menuju kamar mandi.“Aku belum mengantuk, aku akan siapkan baju tidurnya.” sahut Celine tanpa memperdulikan Bryan yang menatapnya, lalu ia turun dari ranjang menuju walk in closet milik Bryan dan memilih baju tidur yang nyaman lalu ia letakan di sisi tempat tidur.Bryan hanya melirik Celine sejenak, kemudian ia melangkah
“Suara apa itu?” Celine mengerutkan dahinya dan mencoba memperjelas pendengarannya. Tangan Celine gemetar saat memegang gagang pintu, namun ia sangat penasaran dengan suara yg berada didalam ruangan itu.Perlahan ia memberanikan diri membuka pintu dan betapa terkejutnya Celine saat melihat Bryan sedang bercumbu dengan seorang wanita yang dilihatnya semalam, bahkan mereka seperti sapi kepanasan sampai tidak sadar jika Celine sudah berada didepan pintu.Tangan Celine bergetar dan tak sengaja ia menjatuhkan bekal yang dibawa untuk Bryan, Bryan dan Mona menghentikan permainan mereka dan menoleh ke arah suara yang berada di depan pintu, Tanpa berkata apa-apa rahang Celine terasa bergetar dan air matanya mengalir begitu saja saat menyaksikan hal yang tak pernah ia bayangkan, tubuhnya lemas dan seakan dunianya runtuh untuk pertama kalinya.Bryan hanya menoleh dengan wajah datar, ia juga tidak menyangka jika akan tergoda dengan Mona. Semua serba begitu cepat dan Bryan tanpa sadar terbuai ol
Selesai membersihkan diri Celine keluar dari kamar, perutnya terasa lapar ia pun turun ke dapur. Dengan langkah pincangnya Celine menuruni tangan dengan hati-hati sambil berpegangan pada pembatas tangga. Sesampainya di ruang makan, Celine terbengong menatap meja yang kosong. Tidak ada lagi makanan yang ia masak di meja. Makanan begitu banyak tidak mungkin dihabiskan oleh orang rumah. “Ah…mungkin Bibi Nani menyimpannya di dapur.” Celine pun melangkah ke dapur dan membuka lemari pendingin. Namun isi dalam kulkas hanya terdapat bahan-bahan mentah. Berlina yang sejak tadi berdiri dengan tangan berada di pinggangnya sambil tersenyum sinis, “Bagus ya. Jam segini baru turun kebawah dan membuat suami kamu melewatkan sarapan.” Celine memutar tubuhnya menghadap ke arah mertuanya yang berdiri tak jauh darinya di dapur. “Maaf, Ma.” sesal Celine. “Apa kamu tahu? Kalau hari ini Bryan mengadakan rapat penting.” ketus Berlina. Dan Celine hanya menggeleng karena memang dia tidak tahu kalau