Share

Penyesalan Sang CEO
Penyesalan Sang CEO
Author: Nelangsa

Bab 1

“Kamu dirumah saja,” ucap Bryan sambil memasang jam tangan mahal. Lalu ia mengambil jasnya yang tersangkut di sudut lemari.

“Memangnya Mas mau kemana selesai acara?” Tanya Celine yang saat ini sedang duduk di tepi ranjang sambil meremas selimut yang menutupi dadanya yang polos karena mereka baru saja selesai bercinta.

“Sejak kapan kamu mulai mencampuri urusanku.” ucap Bryan dengan ketus.

“Bukan begitu Mas….”

“Alah…sudah. Aku muak mendengar ocehanmu itu. Lebih baik kamu bersiap-siap ke bawah.”

“Baik.” ucap Celine patuh. Lalu ia bangkit dengan selimut masih menutupi tubuhnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

“Eh…tunggu.” panggil Bryan membuat Celine menghentikan langkahnya.

“Iya, Mas.”

“Kalau Papa tanya. Bilang saja kamu tidak enak badan jangan kamu bilang kalau aku yang tidak mengizinkan kamu ikut atau kamu bilang kaki kamu sakit.” kata Bryan lalu menoleh kaki Celine yang terluka sehingga ia berjalan dengan pincang.

“Kamu tenang saja, Mas. Aku ngerti kok dan ini bukan yang pertama aku berbohong jadi kamu gak usah cemas.”

“Bagus kalau kamu sadar diri.” Bryan langsung keluar dari kamar setelah memastikan Celine tidak akan ikut mereka ke pesta. 

Mendengar derit pintu yang tertutup, Celine pun menarik nafasnya dengan kasar. Ia sadar kalau dirinya tidak sempurna memiliki kaki yang cacat sepertinya membuat suaminya malu untuk mengajaknya ke pertemuan penting perusahaan.

“Apa salahku, Mas? Selama ini aku berusaha menjadi istri yang baik untukmu dan berusaha memenuhi segala kebutuhan biologismu juga tapi sepertinya itu tidak ada artinya sama sekali untukmu.” lirih Celine sambil menghapus air mata yang mengalir di pipi mulusnya.

Kalau boleh memilih, ia tidak mau menikah dengan pria kasar dan dingin seperti Bryan namun atas paksaan ayahnya sehingga ia menyetujui pernikahan ini dan juga untuk melunasi hutang Ayahnya pada rentenir.

Malam ini Keluarga Dominic akan menghadiri pesta ulang tahun perusahaan dan pesta kali ini merupakan pesta ke 5 sejak Celine menjadi anggota keluarga Dominic namun sekalipun Celine tidak pernah diizinkan hadir namun kali ini ada sedikit berbeda dari Bryan biasanya Berlina Mamanya Bryan yang selalu melarangnya untuk ikut pergi tapi hari ini Bryan sendiri yang melarangnya untuk ikut.

Celine  segera mandi dan berganti pakaian santai lalu turun ke bawah karena ia tidak mau anggota keluarga yang lain menunggunya.

Dengan hati-hati, Celine menuruni anak tangga ia sengaja berjalan menggunakan tongkat agar Papa mertuanya tahu kalau kakinya masih sakit supaya ia bisa beralasan tidak ikut ke pesta seperti yang diinginkan suaminya. Bisa ia dengar kalau di ruang tamu sudah ada Papa Dominic, Bryan, Mama Berlina dan Berta kakak dari Bryan sedang berbincang-bincang.

Bibi Nani yang melihat nyonya mudanya melangkah dengan pelan hendak ke ruang tamu segera membantunya berjalan  dan mendudukkannya di sofa panjang di samping Bryan.

“Makasih, Bik.” ucap Celine dengan ramah. 

“Sama-sama, Non.” Bibi langsung undur diri setelah membantu Celine duduk.

“Menyusahkan saja.” ucap Berlina dengan suara pelan namun bisa didengar oleh Celine yang duduk di depannya karena pandangan Berlina sinis ke arahnya.

“Bagaimana kaki kamu apa sudah membaik?” Tanya Papa Dominic yang tampak khawatir saat mengetahui kaki menantunya kembali kambuh.

“Masih sedikit nyeri, Pa.” jawab Celine berbohong agar Papa nya tidak memaksanya untuk ikut ke pesta.

“Malam ini kamu harus hadir, kamu hanya perlu ikut hadir di acara tersebut dan nanti kamu bisa duduk saja tidak perlu menyapa para tamu. Mereka nanti pasti bisa mengerti karena kamu sedang sakit.” kata Dominic dengan tegas.

“Tapi, Pa….”

“Papa tidak menerima alasan apapun dari kamu. Setiap tahun kamu selalu membuat alasan tapi sekarang Papa tidak mau mendengar alasan apapun dari kamu.” kata Papa dengan nada kecewa. Ia menatap anak dan istrinya  penuh curiga kalau mereka yang melarang Celine untuk ikut.

Bryan yang duduk di samping Celine mulai berdebar karena kali ini ia yang melarang Celine untuk ikut.

“Kenapa menatap Mama? Kali ini Mama tidak bicara apa-apa dengan Celine.” kata Berlina yang merasa tertuduh karena tatapan tajam Dominic ke arahnya.

“Cepat ganti pakaian kamu, nanti kita terlambat.” seru Papa yang masih melihat Celine duduk.

“Baik, Pa.” Celine tidak berani membantah ucapan Papa Dominic, ia lantas berdiri lalu menunduk hormat pada mereka kemudian ia berjalan menuju lantai dua kamarnya.

Bryan menatap kesal Celine yang menuruti perkataan Papanya. Ia hanya bisa mengepalkan tangannya karena tidak bisa membantah perintah papanya.

“Kalian menyusullah nanti, awas jangan sampai kamu tidak membawa Celine, karena ini acara penting.” ucap Dominic, lalu ia beranjak meninggalkan Bryan yang duduk di sofa sendirian, Berlina dan Berta pun ikut menyusul papanya.

“Sial…” ucap Bryan dengan kesal. Padahal Bryan mendapat info kalau Mona telah kembali ke tanah air dan rencananya selesai pesta perusahaan akan menemui Mona di apartemennya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status