Share

Hancur

Author: Pulungan
last update Last Updated: 2024-04-03 16:44:33

Brugh! Tiba-tiba tas Naya jatuh ke lantai membuat keduanya langsung menoleh, detik kemudian Reza menegang melihat Naya sudah berlinang air mata.

"Naya," ucap Reza kaget membuat Naya langsung tersadar ia segera mengambil kembali tasnya dan menghapus air matanya, ia mengalihkan pandangannya sekilas lalu berusaha berekspresi se datar mungkin.

Dengan kekuatan yang ia miliki, ia melangkah mendekati meja Reza, lalu perlahan ia meletakkan paper bag berisi makanan tersebut ke hadapan Reza. Sedangkan Reza ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah istrinya tersebut.

"Jangan lupa makan siang, sehat selalu," ucap Naya sekuat hatinya, tapi matanya tidak bisa berbohong terus saja membendung air mata.

Reza tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang, antara kasihan, sedih dan merasa bersalah, bahkan bibirnya sulit untuk mengeluarkan satu katapun.

Naya yang melihat Reza hanya diam, langsung berbalik dan kembali berjalan keluar ruangan karena air matanya benar-benar sudah tidak bisa di ajak kompromi.

"Za, kamu kenapa?" tanya Nova yang merupakan sekretaris pribadi beberapa hari yang lalu. Reza langsung tersadar, ia langsung bangkit dan berlari keluar ruangannya. Ia melihat lift hendak tertutup secepat mungkin Reza Manahan lift itu lalu ia masuk.

Naya yang melihat itu buru-buru menghapus air matanya dan menekan lantai bawah, tapi Reza malah membatalkan itu dan menekan lantai terakhir, tepatnya ia ingin membawa Naya ke atap.

"Kakak ngapain disini? Pergilah," ucap Naya dengan nada yang begitu dingin. Reza tidak menjawab, begitu sampai atap Reza membawa Naya keluar.

Naya hanya diam, ia tidak ingin bertanya apa-apa karena sekarang menurutnya diam adalah senjata paling ampuh untuk hatinya yang sudah terlanjur hancur.

"Apa yang kamu lihat tidak seperti yang kamu bayangkan, Nay," ucap Reza membuat Naya mengangguk. "Aku tidak membayangkan apa-apa," jawab Naya datar sambil memandangi pemandangan di atas atap.

"Siapa yang menyuruh kamu kesini?" tanya Reza membuat Naya langsung tersenyum kecut. "Maaf jika kehadiranku mengganggu kamu, itu tidak akan terulang untuk kedua kalinya," jawab Naya tanpa embel Kakak atau semacamnya membuat Reza serba salah.

"Bukan itu maksudku Naya, siapa yang memberikan alamat kantor ini untukmu dan siapa yang menyuruhmu kesini?" tanya Reza lagi.

"Sudahlah, tidak perlu di perpanjang, semuanya akan baik-baik saja tinggal jujur jika kamu sudah tidak menginginkan kehadiranku, maka aku akan sadar diri dan pergi sendiri," jawab Naya dengan santai tapi mampu membuat hati Reza ngilu.

"Sudah, jika sudah aku pamit, jangan lupa makan," ucap Naya hendak berbalik namun Reza terlebih dahulu menahan tangan Naya dan menarik gadis itu ke pelukannya.

Naya yang merasakan itu hanya diam seperti patung, tidak ada ekspresi atau semacamnya baginya semuanya sudah hancur.

"Kamu percaya kan samaku?" tanya Reza, tapi tidak ada jawaban sama sekali dari Naya, Reza langsung melonggarkan pelukannya lalu ia mencium gadis itu.

Naya hanya terus diam, tapi air matanya benar-benar tidak bisa di ajak kompromi. Reza yang melihat Naya menangis langsung melepaskan ciumannya.

"Aku pergi dulu," ucap Naya datar lalu ia berbalik meninggalkan Reza. Reza yang melihat itu tidak tinggal diam, ia berlari mengejar Naya.

"Aku antar pulang," ucap Reza membuat Naya langsung berhenti lalu menggeleng. "Tidak usah, lanjut kerja aja nanti perusahaan ini mengalami kerugian besar jika kamu lalai,"

Jleb! Sindiran pedas itu membuat Reza seperti di sengat listrik, sedangkan Naya langsung masuk ke dalam lift dan pulang.

Sadar dengan kepergian Naya, Reza buru-buru turun lalu menanyakan karyawannya terkait Naya. "Kamu lihat gadis yang baru saja keluar?" tanya Reza.

"Oh pengantar makanan itu Pak," jawab perempuan itu membuat Reza kaget. "Pengantar makanan?" tanya Reza bingung.

"Iya tadi ada yang menelpon katanya sebentar lagi akan ada pengantar makanan untuk Pak Reza," jawab karyawan tersebut membuat Reza bingung.

Disisi lain, Naya sampai di rumah, bagitu ia sampai mertuanya langsung menyambutnya di pintu. "Bagaimana Nay, Reza suka sama masakan kamu?" tanya Neni dengan muka palsunya, padahal sudah jelas ia melihat wajah menantunya itu terlihat murung.

"Suka Ma, terima kasih banyak udah membolehkan Naya ke sana," lanjut Naya lalu ia masuk ke dalam. Neni dan Sarah berusaha menahan tawa melihat ekspresi Naya.

"Mama yakin dengan cara ini kita bisa memisahkan mereka berdua?" tanya Sarah. "Yakin, karena mengadu domba mereka tiap hati pun tidak ada hasilnya, lihat saja ini Mama yakin babu itu tidak akan kuat," ucap Neni dengan ide liciknya membuat Sarah mangut-mangut.

Di kantor, Reza terus kepikiran Naya bahkan ia tidak bisa fokus dengan kerjaannya. "Kenapa sih Za? Buat apa mikirin gadis itu, padahal dia sendiri selalu buat ulah di rumah, masa dengan kesalahan kecil dan sepele harus kepikiran sampe segininya," gumam Rez berusaha fokus, namun hasilnya nihil.

Sore hari ia langsung mengemas semua berkasnya dan memilih membawanya pulang, walaupun malam ini harusnya ia lembur. Sekitar satu jam menempuh perjalanan akhirnya Reza sampai di halaman rumah, Neni dan Sarah yang melihat Reza pulang langsung pura-pura bersih-bersih.

"Assalamualaikum," ucap Reza. "Walaikumsalam, eh anak mama udah balik, tumben gak lembur?" tanya Neni yang dibalas gelengan oleh Reza.

"Iya Ma, lagi pengen balik cepat aja," jawab Reza sambil memperhatikan Ibunya yang sedang menyapu. "Naya mana Ma, dia gak gabung?" tanya Reza membuat Neni langsung memasang wajah polosnya.

"Mungkin di kamar, tadi begitu pulang dari kantor kamu, Mama lihat dia murung jadi ya udahlah Mama biarin aja mungkin capek," jawab Neni padahal Naya baru saja masuk ke kamar setelah selesai membersihkan dapur, ia masuk kamar karena ingin menunaikan sholat.

Reza terdengar menghela nafas, lalu mengangguk. "Maafin Naya ya Ma," ucap Reza, tanpa mereka sadari Naya mendengar obrolan itu, Naya hanya bisa menahan sesak di dadanya.

Ceklek! Terdengar pintu kamar di buka, Naya yang melihat itu buru-buru menyelesaikan pekerjaannya melipat baju lalu ia memasukkannya dalam keranjang.

"Mau kemana?" tanya Reza saat melihat Naya berjalan ke arah pintu. Naya tidak menggubris perkataan Reza, melihat itu Reza langsung kesal lalu menarik tangan Naya membuat sang empu hampir terjungkal ke belakang, beruntung Reza menangkap tubuhnya.

"Kamu kalo di bilangin suami jawab Nay," lanjut Reza, Naya langsung membuang pandangannya.

"Buat apa aku jawab, toh Kakak gak bakalan percaya juga apa yang aku katakan, yang Kakak tahu setiap hari aku yang salah, aku yang malas, aku yang cuma bersenang-senang, iya kan?" ntah keberanian dari mana kali ini Naya membalikkan semua omongan Reza.

"Tutup mulut kamu Naya, kamu memang salah selalu membiarkan keluargaku kerja sendiri," tegas Reza membuat Naya langsung geleng-geleng.

"Kalo salah buat apa Kakak tanya lagi, tetap aja jawabnya salah 'kan? percuma aku jawab apa juga sekali salah sampai kapanpun tetap salah Dimata kamu," lanjut Naya membuat Reza tidak percaya gadis yang selalu diam ketika ia marahin, kali ini malah menjawab.

"Percuma Kak, apapun yang aku lakuin dimata kamu tetaplah salah, aku memang beban iya 'kan?" suara Naya tiba-tiba bergetar menahan tangis membuat Reza langsung membuang pandangannya.

"Hapus air matamu aku tidak suka, kamu selalu berdalih dengan air mata untuk menutupi sifatmu," lagi-lagi ucapan Reza membuat hati Naya terus sakit lalu ia mengangguk, rasanya ia sudah capek dengan semua drama yang harus ia hadapi setiap harinya.

"Baik, jika itu yang Kakak inginkan, aku sebenarnya tidak ingin ada perpisahan tapi karena rumah tangga kita sangat sulit, tidak ada kepercayaan dan tidak ada kemandirian-"

"Tidak ada kemandirian maksud kamu apa?" tanya Reza dengan tatapan tidak suka. "Ingat Kak, aku dan Ibu adalah dua orang yang berbeda, jika kita terus seperti ini tidak misah dari keluarga sama saja itu tidak mandiri," tegas Naya.

Deg! "Jadi kamu mau ngatur aku gitu? Kamu mau nyuruh aku jauh dari keluargaku?" cecar Reza membuat Naya tersenyum kecut mendengar itu.

"Terserah Kak, satu hal yang perlu Kakak tahu aku manusia yang punya batas kesabaran, selama ini aku diam karena tidak ingin ada keributan, tapi kali ini maaf Kak hatiku sudah terlalu sakit," lanjut Naya lalu ia menghempaskan tangan Reza meninggalkannya sendirian di kamar.

Ternyata Neni dan Sarah mendengarkan perdebatan pasangan suami isteri tersebut, melihat Naya keluar dari kamar Neni langsung memberik kode pada Sarah untuk membuatkan minum.

Tok! Tok! Tok! "Nak, boleh Ibu masuk," panggil Neni, Reza yang sedang menenangkan pikirannya langsung menoleh ke arah pintu.

"Masuk aja Bu," jawab Reza. Neni masuk, lalu duduk di dekat Reza. Ia mengusap-usap pundak anaknya, tidak lama kemudian Sarah datang membawakan minum pada Reza. Dari kejauhan ternyata Naya melihat itu, ia tidak tahu harus bagaimana, sewaktu Ayah mertuanya masih hidup.

Hanya itu yang membelanya dan memberi kekuatan untuknya. "Kamu yang sabar ya Nak, Ibu tahu kok kamu gak bahagia dengan pernikahan pilihan Ayahmu ini," ucap Neni memulai percakapan.

"Sebenarnya aku pribadi kasihan sama Abang yang terus ngalah sama Kak Naya yang keras kepala dan suka bikin drama, cuma mau gimana lagi udah takdirnya," sambung Sarah mengompor-ngompori Reza.

Sedangkan Reza hanya seperti orang bodoh mendengarkan ucapan Ibu dan adiknya tersebut. "O iya bagaimana sekretaris baru kamu? Apa dia baik?" tanya Neni, ya Neni lah yang memilihkan sekretaris untuk Reza, ia sengaja memilih sekretaris yang cantik dan seksi supaya anaknya tergoda.

"Baik Ma," jawab Reza datar. "Baru kali ini loh kamu muji perempuan, selamat pernikahan kamu sama Naya aja, kamu gak pernah muji dia berarti emang bukan yang terbaik sih," lanjut Neni membuat Reza menghela nafas panjang.

Disisi lain, Naya meremas gamisnya menahan tangis. 'Kenapa harus aku ya Allah, kenapa seperti ini? Aku tahu engkau sangat benci dengan perceraian dan perpecahan tapi jujur aku sudah tidak kuat, aku takut suatu saat aku mati sia-sia karena terus di fitnah setiap hari. Tolong kasih aku jalan terbaik, aku mohon ... aku capek ya Allah, aku capek ...' ucap Naya dalam hati.

***

Malam hari, setelah selesai sholat isya, Naya merasa kepalanya sangat pusing, ia langsung memilih untuk istirahat karena terlalu capek memikirkan drama keluarganya setiap hari.

Ceklek! Reza masuk ke dalam kamar, detik kemudian ia tersenyum miring melihat Naya sudah meringkuk kedinginan.

"Dasar pemalas, liat aja kamu akan menyesal baru jam segini sudah tidur aja," umpat Reza pelan lalu ia merebahkan tubuhnya di ranjang, sesekali ia melirik ke arah Naya.

Tidak berselang lama Reza merasa aneh dengan naya tiba-tiba badan gadis itu menggigil tidak karuan. Reza turun dari ranjang lalu mendekati Naya, ia melihat badan Naya semakin meringkuk.

"Naya," panggil Reza sambil menggoyangkan tangan Naya, namun hasilnya nihil Naya tidak bangun. Reza menempelkan tangannya di kening Naya.

Detik kemudian ia kaget merasakan bada gadis itu sangat panas, tanpa membuang waktu Reza langsung membopong Naya ke ranjang. Reza keluar dari kamar berniat mengambil kompres. Bagitu ia sampai dapur ia melihat Mamanya sedang membuat teh manis.

"Nyari apa Za?" tanya Neni melihat Reza panik sendiri di belakang. "Mau buat kompres sama Naya, dia demam," jawab Reza membuat Neni langsung memutar mata malas.

"Itumah bukan demam, itu cuma akting karena kamu cuekin dia," ucap Neni membuat Reza diam sejenak mencerna ucapan Ibunya tersebut. "Iya juga sih Ma, tapi biarin lah setidaknya di obati," lanjut Reza membuat Neni langsung muak.

"Ini nih sikap kami yang terlalu baik membuatnya ngelunjak setiap hari, di depan kamu dia manja begitu kamu pergi kerja dia bersenang-senang sendiri di kamar kalian, menantu tak tau di untung!" ujar Neni membuat Reza menghela nafas.

"Sudahlah Ma, udah malam gak enak di dengar tetangga, aku akan coba nasehati Naya," ucap Reza tenang membuat Neni langsung meninggalkannya sendirian di dapur.

Related chapters

  • Penyesalan Mertua Jahat    Aku menyerah

    Setelah selesai Reza kembali kamar lalu ia mengompres Naya, hampir lima kali ia mengganti air kompresan tersebut lalu ikut tidur di samping Naya.Keesokan harinya, Naya bangun terlebih dahulu, namun alangkah kagetnya ia melihat Reza tidur di sampingnya, ia juga meraba keningnya, ntah kenapa ia selalu bahagia dengan perhatian kecil suaminya itu, rasa sakit di dadanya tiba-tiba saja berkurang.Naya mengamati wajah Reza yang sedang tertidur pulas, detik kemudian air matanya menetes. Rasanya percuma saja ia menaruh hari pada suaminya itu karena hasilnya juga sia-sia. Naya berjuang sendirian dengan cintanya sedangkan Reza berjuang demi ibu dan adiknya.'Aku gak tau sampai kapan kita akan bersama Kak, tapi apapun itu terima kasih untuk semuanya, jangan menyesal jika kamu sudah mengetahui semua kebenarannya dengan sendirinya,' ucap Naya dalam hati lalu ia mencium pipi Reza sekilas lalu ia turun dari ranjang.Setelah selesai sholat, Naya mendekati Reza yang masih tertidur pulas. Perlahan ia m

    Last Updated : 2024-04-03
  • Penyesalan Mertua Jahat    Naya Pergi

    Deg! "Maksud kamu?" tanya Reza membuat Naya tersenyum sekilas. "Maaf jika aku selalu membuat kecewa, tapi tolong biarkan aku pergi Kak, aku tidak ingin terus-menerus jadi beban buat Kakak dan keluarga," lanjut Naya membuat Reza terdiam seribu bahasa."Dari awal Kakak selalu bilang aku bukan tipe Kakak, jadi untuk sekarang aku milih mundur Kak, aku tahu di luar sana masih banyak perempuan yang baik untuk Kakak," terang Naya."Kamu serius?" tanya Reza mamastikan. Naya langsung mengangguk. "Apa Kakak mau menalakku sekarang?" tanya Naya, Reza mematung ia benar-benar tidak mengerti situasi sekarang. Ia melihat kekecewaan yang mendalam di mata Naya."Tidak, itu bisa di pengadilan saja," jawab Reza membuat Naya mangut-mangut menguatkan hatinya lalu perlahan ia mengambil koper dan mulai mengisi pakaiannya. Semua gerak-geriknya tidak luput dari pandangan Reza, ia bahkan melihat gadis itu bertambah pucat."Naya, are you ok?" tanya Reza karena kasihan melihat gadis itu, Naya langsung menoleh lal

    Last Updated : 2024-04-03
  • Penyesalan Mertua Jahat    Nasehat Sahabat

    Seminggu telah berlalu, tidak ada kemajuan pada diri Reza, namun malah sebaliknya ia tidak bersemangat untuk melakukan apapun. Apalagi saat ia berada di kamar, rasanya enggan untuk bangkit karena ia terus kepikiran sama Naya.Pagi ini, ia memaksakan dirinya untuk berangkat kerja karena ada meeting penting dengan perusahaan lain. "Ma, gak sarapan pagi?" tanya Reza saat melihat Neni hanya asik dengan ponselnya."Gak ada Za, Mama malas masak, kamu makanlah di kantor sama Nova," jawab Neni tanpa melihat putranya.Reza yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas, Neni selalu berusaha mendekatkannya dengan Nova. Reza melangkah ke dapur ingin mengambil minum, namun detik kemudian ia diam mematung melihat dapur berantakan, piring kotor menggunung tidak di cuci-cuci.'Perasaan waktu ada Naya dapur gak pernah seperti ini,' ucap Reza dalam hati, lalu ia tidak jadi mengambil minum dan berangkat ke kantor tanpa sarapan.***Sampai di kantor, Reza masuk ke ruangannya lalu menghempaskan bobotnya ke

    Last Updated : 2024-05-08
  • Penyesalan Mertua Jahat    Di Pabrik

    Ia memilih berpositif thinking terlebih dahulu lalu melepaskan sepatunya. "Assalamualaikum," ucap Reza membuat semua langsung menoleh lalu tersenyum."Walaikumsalam, eh anak Mama udah pulang," sapa Neni dengan senyum manisnya. "Pak Reza," sapa Nova yang dibalas anggukan oleh Reza, ia juga merasa sedikit aneh melihat Nova akhir-akhir ini begitu dekat dengan Ibunya."Aku kesini mau ketemu Tante Neni," ucap Nova lagi padahal Reza tidak bertanya. "Oh," jawab Reza singkat lalu ia masuk ke dalam kamar, ia merebahkan dirinya di ranjang memejamkan matanya sejenak. Ntah kenapa bayang-bayang Naya selalu menghantuinya."Udah pulang Kak, mandi dulu ya. Aku siapin makan malam buat Kakak," "Capek ya Kak," "Loh belum tidur Kak, mau aku pijitin gak,""Kak bangun … udah subuh, sholat dulu yuk, nanti kesiangan," "Pakaian kerjanya udah aku siapin ya, Kak," "Hati-hati ya Kak, jangan malem-malem pulangnya biar bisa istirahat," "Kakak demam? Aku kompresin ya, atau mau aku beliin obat ke apotek,"Semua perh

    Last Updated : 2024-05-09
  • Penyesalan Mertua Jahat    Surat Papa untuk reza

    'Ya tuhan, itu beneran Nayaku,' lagi-lagi hati Reza seketika senang padahal cuma melihat Naya. "Heh lihat-lihat itu pak Alex yang punya pabrik ini," ucap seseorang membuat semuanya karyawan langsung melihat ke arah Alex dan Reza."Ya ampun, ganteng banget," heboh para karyawan. "Gila sih, itu mah udah kayak pangeran berkuda putih," "Hu … halu mulu,"Reza memilih berjalan-jalan diantara karyawan karena ia tidak ingin di lihat oleh semuanya, walaupun ia sudah memakai masker dan topi. Pelan-pelan ia berjalan menuju Naya yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.Tanpa sepengetahuan Naya, Reza berjalan menuju tempatnya lalu berdiri tepat di samping Naya, sesekali ia melihat gadis itu."Ganteng ya Nay?" tanya Silvi yang merupakan sahabat Naya, Silvi lah yang memberi tumpangan pada Naya sekaligus mencarikan pekerjaan untuk temannya tersebut."Hum," jawab Naya sekilas lalu ia kembali fokus pada kerjaannya. "Ih cuek amat, gak boleh gitu tar tiba-tiba malah suka lagi," sindir Silvi membuat Naya la

    Last Updated : 2024-05-10
  • Penyesalan Mertua Jahat    Naya Sakit

    Reza menangis sesegukan membaca surat Papanya tersebut, ia memang tidak pernah tahu apa yang terjadi pada Papanya karena Mamanya selalu mengatakan semuanya aman."Hiks … hiks Papa maafin Reza," tangis Reza semakin pecah, ia memeluk surat papanya dengan erat. Andai waktu bisa di ulang ia akan berusaha menjadi anak yang lebih baik lagi."Reza," panggil Neni membuat Reza langsung mengusap air matanya lalu menoleh ke arah pintu. "Kamu ngapain disini sendirian?" tanya Neni membuat Reza langsung berdiri."Gak apa-apa Ma, cuma kangen sama Papa aja, merasa durhaka karena belum bisa merawatnya dimasa sakit hingga wafatnya," jawab Reza."Kamu gak durhaka Reza, kan kita udah nyewa orang untuk jaga Papa kamu," sanggah Neni membuat Reza menggeleng. "Itu orang lain bukan anak atau keluarga, sudahlah Ma aku mau ke kamar dulu," lanjut Reza lalu meninggalkan Neni sendirian.***Seminggu kemudian, setiap hari tetap saja tidak ada perubahan Reza sudah mulai bosan dengan mulut manis Ibunya uang mengataka

    Last Updated : 2024-05-11
  • Penyesalan Mertua Jahat    curiga

    "Assalamualaikum," Silvi membuka pintu pakai kuncinya sendiri, karena ia dan Naya punya kunci masing-masing. "Pak sebentar ya, saya suruh Naya pake jilbab dulu," ucap Silvi."Iya silahkan, saya kesana sebentar ya," ujar Reza sambil menunjuk mini market. "Iya Pak," jawab Silvi lalu ia masuk ke dalam, ia melihat Naya masih berbaring lemas di lantai yang beralaskan kasur."Kok udah pulang Vi?" tanya Naya lirih membuat Silvi langsung senyum-senyum. "Ada deh, ntar juga kamu tahu, pake jilbab dulu ada yang mau datang," jawab Silvi lalu menyodorkan jilbab ke kepada Naya."Ih kamu mah bikin penasaran," kesal Naya lalu berusaha untuk duduk. "Mau pake bedak dulu gak?" tanya Silvi lalu menyodorkan beda baby ke depan Naya. Naya mengambil sedikit lalu mengusapkan ke wajahnya.Tidak berselang lama, Silvi melihat Reza datang membawa dua plastik besar. "Buset, Pak bos beli apaan tuh banyak banget," gumam Silvi membuat Naya menoleh sedikit ke kaca."Ya terserah dia lah, jangan geer itu bukan buat kamu

    Last Updated : 2024-05-12
  • Penyesalan Mertua Jahat    Naya sakit

    Disisi lain, Reza senyum-senyum di dalam mobil rasanya puas sekali bisa bertemu Naya dengan dekat, walaupun satu sisi ia merasa iba dengan istrinya tersebut. Sampai di kantor hari sudah menunjukkan pukul 4 sore, Nova melihat Reza datang dari kejauhan langsung merapikan pakaiannya."Pak," panggil Nova bagitu Reza sudah dekat. "Iya, ada apa?" tanya Reza tanpa basa-basi membuat Nova sedikit ragu menanyakan uneg-unegnya."Bapak dari mana saja seharian?" tanyanya membuat Reza langsung mengrutkan keningnya. "Maksud kamu?" tanya Reza bingung, karena Nova lancang sekali menanyakan hal tersebut."Eh i–itu Pak, Bahyak berkas yang harus di tandatangani," jawab Nova gugup membuat Reza mengangguk."Oh, ya sudah kamu pulanglah, semua berkas akan saya bawa pulang dan saya tandatangani di rumah," jawab Reza datar lalu ia kembali berjalan menuju ruangannya.Sampai di ruangannya Reza duduk di kursinya lalu menyandarkan kepalanya sambil tersenyum, tanpa ia sadari sadari ternyata Nova mengikutinya dan se

    Last Updated : 2024-05-13

Latest chapter

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ending

    "Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Bunuh Diri

    Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ngidam

    Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y

  • Penyesalan Mertua Jahat    Tidak Bisa Kabur Lagi

    [Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova

    "Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Hamil

    Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse

  • Penyesalan Mertua Jahat    Sadar

    Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.

  • Penyesalan Mertua Jahat    Terbentur

    Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar

  • Penyesalan Mertua Jahat    Bertemu

    Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b

DMCA.com Protection Status