Setelah selesai Reza kembali kamar lalu ia mengompres Naya, hampir lima kali ia mengganti air kompresan tersebut lalu ikut tidur di samping Naya.
Keesokan harinya, Naya bangun terlebih dahulu, namun alangkah kagetnya ia melihat Reza tidur di sampingnya, ia juga meraba keningnya, ntah kenapa ia selalu bahagia dengan perhatian kecil suaminya itu, rasa sakit di dadanya tiba-tiba saja berkurang.Naya mengamati wajah Reza yang sedang tertidur pulas, detik kemudian air matanya menetes. Rasanya percuma saja ia menaruh hari pada suaminya itu karena hasilnya juga sia-sia. Naya berjuang sendirian dengan cintanya sedangkan Reza berjuang demi ibu dan adiknya.'Aku gak tau sampai kapan kita akan bersama Kak, tapi apapun itu terima kasih untuk semuanya, jangan menyesal jika kamu sudah mengetahui semua kebenarannya dengan sendirinya,' ucap Naya dalam hati lalu ia mencium pipi Reza sekilas lalu ia turun dari ranjang.Setelah selesai sholat, Naya mendekati Reza yang masih tertidur pulas. Perlahan ia memegang tangan Reza. "Kak," panggil Naya lembut membuat Reza perlahan mulai terusik."Eugh," Reza mulai membuka matanya sambil menggeliat. Detik kemudian ia melihat Naya di sampingnya."Udah subuh Kak," ucap Naya lalu ia berbalik berniat untuk keluar, namun langkahnya terhenti saat Reza mencekal lengannya membuat Naya kembali berbalik. Detik kemudian Reza menarik tangan Naya membuat limbung dan jatuh di atas tubuh Reza."K–kak," panggil Naya gugup saat merasakan hembusan nafas Reza menerpa wajahnya. Sebenarnya Reza ingin sekali membuka jilbab Naya karena sejak awal pernikahan Naya belum pernah menampakkan rambutnya karena memang ucapannya sendiri diawal pernikahan yang tidak ingin melihat Naya membuka jilbab di hadapannya."Aku gak pengen kamu menggodaku ya, jadi bersikap dan berpakaian lah sopan jika di dekatku," ucap Reza membuat hati Naya terasa sesak, itulah sebabnya sejak awal pernikahan Naya tidak mau membuka jilbabnya.Sebenarnya bisa saja Reza membuka jilbab Naya seperti tadi malam saat ia mengompres Naya, namun hal itu tidak ia lakukan karena gengsi dengan ucapannya sendiri.Tiba-tiba saja Reza meletakkan punggung tangannya di kening Naya membuat Naya mematung sejenak. "Masih sakit gak?" tanya Reza datar, dengan cepat Naya menggeleng karena sudah tidak nyaman dengan posisi mereka.'Sebenarnya kamu tipe suami idaman banget Mas, hanya saja kamu terlalu banyak kercunan omongan Nama, sehingga aku selalu salah dimatamu,' ucap Naya dalam hati, tiba-tiba matanya terasa panas. Reza yang melihat itu langsung kaget, ia mematung sejenak melihat mata Naya yang mulai berkaca-kaca.Tidak ingin berlama-lama, Naya langsung bangkit dari atas Reza lalu ia buru-buru keluar dari kamar. Sama halnya dengan Reza setelah Naya pergi ia sadar bahwa itu bukan dirinya."Apa yang kamu lakukan Reza?" gumamnya lalu beranjak dari ranjang. Setelah selesai menunaikan ibadahnya, Reza keluar dari kamar matanya celingak-celinguk mencari Naya, hingga akhirnya ia melihat gadis itu sedang menyapu halaman belakang.Reza mengamati Naya dari kejauhan, tanpa ia sadari kalau Neni sudah di sampingnya. "Itu mah karena kamu disini Za, coba nanti kamu udah pergi kerja dia gak bakal mau kayak gitu," ucap Neni tiba-tiba membuat Reza kaget lalu menoleh."Mama," ucap Reza membuat Neni tersenyum. "Iya itu cuma akting, istri kamu kan jago akting sama dengan wajahnya yang sok alim itu," lanjut Neni membuat Reza terdiam.Pukul 7.30, Naya sudah selesai dengan ritual masaknya, ia berjalan menuju kamar memastikan Reza sudah siap.Ceklek! Begitu pintu terbuka Reza langsung menoleh detik kemudian ia tersenyum sekilas membuat Naya bingung. "Sini bentar," panggil Reza membuat Naya langsung menutup pintu lalu perlahan ia mendekati Reza."Nay, aku boleh minta tolong gak sama kamu?" Reza memulai obrolan, sedangkan Naya hanya mengangguk. "Abis setelah aku pergi kerja kamu jangan di kamar terus, boleh?" ucap Reza membuat hati Naya lagi-lagi seperti di cubit.Jleb! Ucapan Reza memang lembut tapi mampu membuat hati Naya seperti di sayat-sayat, dengan cepat ia mengangguk lalu menunduk, Naya tidak mau jika air matanya sampai terlihat oleh Reza karena pasti Reza bakal mengira dirinya sedang akting."Makasih Kak," jawab Naya lirih lalu ia meninggalkan Reza begitu saja. Sebenarnya ada rasa kasihan di hati Reza jika setiap hari ia harus menasehati, mendikte bahkan memarahi istrinya.Saat sedang makan pagi, Reza celingak-celinguk mencari Naya, ia heran karena Naya tidak gabung di meja makan. "Ma, Naya mana? Gak ikut makan?" tanya Reza sambil duduk."Alah udahlah namanya juga istri jago akting, palingan di mau nyari perhatian kamu lagi," jawab Neni datar membuat Reza langsung menghela nafas. Padahal Naya tidak ikut gabung makan karena suruhan Neni yang mengatakan dirinya tidak nafsu makan jika melihat wajah Naya.Sepanjang makan, mata Reza terus celingak-celinguk. Hingga akhirnya ia selesai maka, Reza pura-pura ke tempat cuci piring untuk menyuci tangan. Setelahnya ia berjalan ke arah pintu belakang.Detik kemudian ia mematung melihat Naya tertidur duduk di kursi belakang dengan wajah yang pucat. Reza langsung mendekati Naya lalu mengusap wajah gadis itu membuat Naya langsung membuka matanya.Detik kemudian ia kaget melihat Reza di hadapannya, buru-buru Naya berdiri sambil memperbaiki pakaiannya."Kamu masih sakit, mau ke rumah sakit gak?" tanya Reza khawatir melihat kondisi istrinya, Naya langsung menggeleng sambil berusaha tersenyum."Tidak perlu Kak, tidak usah mengkhawatirkanku, Kakak berangkatlah," jawab Naya yang dibalas anggukan oleh Reza. Sebenarnya ada rasa tidak tega di hati Naya, tapi ia juga tidak boleh terlalu memajakan gadis itu. Setelah Reza berangkat seperti biasa, Naya mengerjakan semua pekerjaan rumah, sedangkan mertuanya sudah pergi shopping.***Siang hari, perasaan Reza tidak enak, ia terus saja kepikiran dengan Naya. Reza langsung berinisiatif pulang saat jam istirahat. "Pak Reza mau kemana?" tanya Nova dengan sopannya membuat Reza langsung menoleh."Eh Nov, mau pulang dulu, makan siang di rumah aja," jawab Reza membuat Nova langsung tersenyum miring. "Saya boleh numpang ikut gak Pak, saya mau ketemu Tante Neni juga soalnya," ucap Nova dengan nada memelas membuat Reza langsung diam sejenak lalu mengangguk.Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan, Reza fokus menyetir sedangkan Nova sedang memikirkan berbagai cara agar bisa membuat Naya sakit hati. Sebenarnya ia dan Neni sudah kerja saja.Sampai di rumah, Naya yang sedang menyapu di ruang tengah langsung heran melihat mobil suaminya di halaman rumah. Ia berjalan menuju pintu, namun detik kemudian langkahnya terhenti saat melihat Nova keluar dari dalam mobil."Makasih banyak ya Pak," ucap Nova, tidak sengaja ia melihat Naya dari kejauhan. "Iya sama-sama," jawab Reza membuat Nova diam sejenak."Em Pak, maaf itu di baju Bapak ada hewan," ucap Nova membuat Reza langsung meraba kerah bajunya. "Maaf Pak," ucap Nova lalu mendekati Reza dan sedikit berjinjit. "Sudah Pak," jawab Nova."Terima kasih," lanjut Reza lalu ia berjalan menuju pintu, detik kemudian ia kaget melihat Naya ada di pintu. "Assalamualaikum," ucap Reza. "Walaikumsalam, Kak boleh aku bicara sebentar," ucap Naya membuat Reza langsung melirik Nova sekilas."Di kamar aja, kamu tunggu disini ya," ucap Reza pada Nova. "Iya Pak," jawab Nova. Reza dan Naya berjalan beriringan ke atas. Sampai di kamar Reza langsung melonggarkan dasinya. "Mau ngomong apa?" tanya Reza membuat Naya langsung menarik nafas dalam-dalam."Sebenarnya aku ingin mengucapkan satu hal Kak, tapi sebelumnya aku mau berterima kasih sama Kakak yang udah baik banget samaku, selalu menasehati dan bahkan merawatku saat sakit," ucap Naya berusaha tenang, tapi tidak dengan Reza ia malah penasaran dengan ucapan Naya."Aku tahu Kak, aku bukanlah istri yang baik, melainkan istri yang manja dan selalu bersenang-senang saat Kakak pergi kerja d–" tiba-tiba ucapan Naya terpotong. "Kamu mau ngomong apa Nay? Jangan bertele-tele," potong Reza membuat Naya kembali menarik nafas lalu ia menatap dalam manik suaminya itu."Aku mau pisah Kak,"Deg! "Maksud kamu?" tanya Reza membuat Naya tersenyum sekilas. "Maaf jika aku selalu membuat kecewa, tapi tolong biarkan aku pergi Kak, aku tidak ingin terus-menerus jadi beban buat Kakak dan keluarga," lanjut Naya membuat Reza terdiam seribu bahasa."Dari awal Kakak selalu bilang aku bukan tipe Kakak, jadi untuk sekarang aku milih mundur Kak, aku tahu di luar sana masih banyak perempuan yang baik untuk Kakak," terang Naya."Kamu serius?" tanya Reza mamastikan. Naya langsung mengangguk. "Apa Kakak mau menalakku sekarang?" tanya Naya, Reza mematung ia benar-benar tidak mengerti situasi sekarang. Ia melihat kekecewaan yang mendalam di mata Naya."Tidak, itu bisa di pengadilan saja," jawab Reza membuat Naya mangut-mangut menguatkan hatinya lalu perlahan ia mengambil koper dan mulai mengisi pakaiannya. Semua gerak-geriknya tidak luput dari pandangan Reza, ia bahkan melihat gadis itu bertambah pucat."Naya, are you ok?" tanya Reza karena kasihan melihat gadis itu, Naya langsung menoleh lal
Seminggu telah berlalu, tidak ada kemajuan pada diri Reza, namun malah sebaliknya ia tidak bersemangat untuk melakukan apapun. Apalagi saat ia berada di kamar, rasanya enggan untuk bangkit karena ia terus kepikiran sama Naya.Pagi ini, ia memaksakan dirinya untuk berangkat kerja karena ada meeting penting dengan perusahaan lain. "Ma, gak sarapan pagi?" tanya Reza saat melihat Neni hanya asik dengan ponselnya."Gak ada Za, Mama malas masak, kamu makanlah di kantor sama Nova," jawab Neni tanpa melihat putranya.Reza yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas, Neni selalu berusaha mendekatkannya dengan Nova. Reza melangkah ke dapur ingin mengambil minum, namun detik kemudian ia diam mematung melihat dapur berantakan, piring kotor menggunung tidak di cuci-cuci.'Perasaan waktu ada Naya dapur gak pernah seperti ini,' ucap Reza dalam hati, lalu ia tidak jadi mengambil minum dan berangkat ke kantor tanpa sarapan.***Sampai di kantor, Reza masuk ke ruangannya lalu menghempaskan bobotnya ke
Ia memilih berpositif thinking terlebih dahulu lalu melepaskan sepatunya. "Assalamualaikum," ucap Reza membuat semua langsung menoleh lalu tersenyum."Walaikumsalam, eh anak Mama udah pulang," sapa Neni dengan senyum manisnya. "Pak Reza," sapa Nova yang dibalas anggukan oleh Reza, ia juga merasa sedikit aneh melihat Nova akhir-akhir ini begitu dekat dengan Ibunya."Aku kesini mau ketemu Tante Neni," ucap Nova lagi padahal Reza tidak bertanya. "Oh," jawab Reza singkat lalu ia masuk ke dalam kamar, ia merebahkan dirinya di ranjang memejamkan matanya sejenak. Ntah kenapa bayang-bayang Naya selalu menghantuinya."Udah pulang Kak, mandi dulu ya. Aku siapin makan malam buat Kakak," "Capek ya Kak," "Loh belum tidur Kak, mau aku pijitin gak,""Kak bangun … udah subuh, sholat dulu yuk, nanti kesiangan," "Pakaian kerjanya udah aku siapin ya, Kak," "Hati-hati ya Kak, jangan malem-malem pulangnya biar bisa istirahat," "Kakak demam? Aku kompresin ya, atau mau aku beliin obat ke apotek,"Semua perh
'Ya tuhan, itu beneran Nayaku,' lagi-lagi hati Reza seketika senang padahal cuma melihat Naya. "Heh lihat-lihat itu pak Alex yang punya pabrik ini," ucap seseorang membuat semuanya karyawan langsung melihat ke arah Alex dan Reza."Ya ampun, ganteng banget," heboh para karyawan. "Gila sih, itu mah udah kayak pangeran berkuda putih," "Hu … halu mulu,"Reza memilih berjalan-jalan diantara karyawan karena ia tidak ingin di lihat oleh semuanya, walaupun ia sudah memakai masker dan topi. Pelan-pelan ia berjalan menuju Naya yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.Tanpa sepengetahuan Naya, Reza berjalan menuju tempatnya lalu berdiri tepat di samping Naya, sesekali ia melihat gadis itu."Ganteng ya Nay?" tanya Silvi yang merupakan sahabat Naya, Silvi lah yang memberi tumpangan pada Naya sekaligus mencarikan pekerjaan untuk temannya tersebut."Hum," jawab Naya sekilas lalu ia kembali fokus pada kerjaannya. "Ih cuek amat, gak boleh gitu tar tiba-tiba malah suka lagi," sindir Silvi membuat Naya la
Reza menangis sesegukan membaca surat Papanya tersebut, ia memang tidak pernah tahu apa yang terjadi pada Papanya karena Mamanya selalu mengatakan semuanya aman."Hiks … hiks Papa maafin Reza," tangis Reza semakin pecah, ia memeluk surat papanya dengan erat. Andai waktu bisa di ulang ia akan berusaha menjadi anak yang lebih baik lagi."Reza," panggil Neni membuat Reza langsung mengusap air matanya lalu menoleh ke arah pintu. "Kamu ngapain disini sendirian?" tanya Neni membuat Reza langsung berdiri."Gak apa-apa Ma, cuma kangen sama Papa aja, merasa durhaka karena belum bisa merawatnya dimasa sakit hingga wafatnya," jawab Reza."Kamu gak durhaka Reza, kan kita udah nyewa orang untuk jaga Papa kamu," sanggah Neni membuat Reza menggeleng. "Itu orang lain bukan anak atau keluarga, sudahlah Ma aku mau ke kamar dulu," lanjut Reza lalu meninggalkan Neni sendirian.***Seminggu kemudian, setiap hari tetap saja tidak ada perubahan Reza sudah mulai bosan dengan mulut manis Ibunya uang mengataka
"Assalamualaikum," Silvi membuka pintu pakai kuncinya sendiri, karena ia dan Naya punya kunci masing-masing. "Pak sebentar ya, saya suruh Naya pake jilbab dulu," ucap Silvi."Iya silahkan, saya kesana sebentar ya," ujar Reza sambil menunjuk mini market. "Iya Pak," jawab Silvi lalu ia masuk ke dalam, ia melihat Naya masih berbaring lemas di lantai yang beralaskan kasur."Kok udah pulang Vi?" tanya Naya lirih membuat Silvi langsung senyum-senyum. "Ada deh, ntar juga kamu tahu, pake jilbab dulu ada yang mau datang," jawab Silvi lalu menyodorkan jilbab ke kepada Naya."Ih kamu mah bikin penasaran," kesal Naya lalu berusaha untuk duduk. "Mau pake bedak dulu gak?" tanya Silvi lalu menyodorkan beda baby ke depan Naya. Naya mengambil sedikit lalu mengusapkan ke wajahnya.Tidak berselang lama, Silvi melihat Reza datang membawa dua plastik besar. "Buset, Pak bos beli apaan tuh banyak banget," gumam Silvi membuat Naya menoleh sedikit ke kaca."Ya terserah dia lah, jangan geer itu bukan buat kamu
Disisi lain, Reza senyum-senyum di dalam mobil rasanya puas sekali bisa bertemu Naya dengan dekat, walaupun satu sisi ia merasa iba dengan istrinya tersebut. Sampai di kantor hari sudah menunjukkan pukul 4 sore, Nova melihat Reza datang dari kejauhan langsung merapikan pakaiannya."Pak," panggil Nova bagitu Reza sudah dekat. "Iya, ada apa?" tanya Reza tanpa basa-basi membuat Nova sedikit ragu menanyakan uneg-unegnya."Bapak dari mana saja seharian?" tanyanya membuat Reza langsung mengrutkan keningnya. "Maksud kamu?" tanya Reza bingung, karena Nova lancang sekali menanyakan hal tersebut."Eh i–itu Pak, Bahyak berkas yang harus di tandatangani," jawab Nova gugup membuat Reza mengangguk."Oh, ya sudah kamu pulanglah, semua berkas akan saya bawa pulang dan saya tandatangani di rumah," jawab Reza datar lalu ia kembali berjalan menuju ruangannya.Sampai di ruangannya Reza duduk di kursinya lalu menyandarkan kepalanya sambil tersenyum, tanpa ia sadari sadari ternyata Nova mengikutinya dan se
"Gila kamu ya! Naya istriku, gak usah aneh-aneh," bantah Reza dengan tegas membuat Alex terkekeh lalu gelang-gelang. "Jelas-jelas kamu cemburu, masih aja bilang gak tau perasaanmu sendiri, munafik bro, jangan sampe kamu nyesal di saat Naya sudah berada di pelukan laki-laki lain," nasehat Alex membuat Reza bungkam."No! Naya gak seperti itu dia gadis polos dan penurut, dia gak mungkin buka hati secepat itu," bantah Reza mambuat Alex mengerutkan keningnya."Why not? Justru hati perempuan itu mudah luluh saat ia menemukan laki-laki yang benar-benar baik, tulus dan mencintainya apa adanya," Alex sengaja mengompor-ngompori Reza."Udah ah malas, saya mau balik ke kantor lagi," lanjut Reza lalu ia meninggalkan Alex yang masih saja menertawakan dirinya. "Dasar aneh," gumam Alex. "O iya mau ke pabrik kapan?" tanya Alex sedikit berteriak membuat Reza kembali menoleh."Kapanpun saya mau, saya udah tau jalannya," jawab Reza membuat Alex melongo. "Heh! Itu pabrik saya ya," kesal Alex yang tidak di
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b