Reza menangis sesegukan membaca surat Papanya tersebut, ia memang tidak pernah tahu apa yang terjadi pada Papanya karena Mamanya selalu mengatakan semuanya aman.
"Hiks … hiks Papa maafin Reza," tangis Reza semakin pecah, ia memeluk surat papanya dengan erat. Andai waktu bisa di ulang ia akan berusaha menjadi anak yang lebih baik lagi."Reza," panggil Neni membuat Reza langsung mengusap air matanya lalu menoleh ke arah pintu. "Kamu ngapain disini sendirian?" tanya Neni membuat Reza langsung berdiri."Gak apa-apa Ma, cuma kangen sama Papa aja, merasa durhaka karena belum bisa merawatnya dimasa sakit hingga wafatnya," jawab Reza."Kamu gak durhaka Reza, kan kita udah nyewa orang untuk jaga Papa kamu," sanggah Neni membuat Reza menggeleng. "Itu orang lain bukan anak atau keluarga, sudahlah Ma aku mau ke kamar dulu," lanjut Reza lalu meninggalkan Neni sendirian.***Seminggu kemudian, setiap hari tetap saja tidak ada perubahan Reza sudah mulai bosan dengan mulut manis Ibunya uang mengatakan malas membersihkan rumah dan malas memasak. Ia memilih diam saja karena percuma juga melawannya.Siang ini Reza pergi ke kantor Alex, ia sangat ingin pergi ke pabrik melihat Naya. Tok! Tok! Tok! "Masuk," ucap Alex membuat Reza langsung membuka pintu."Eh Reza, sini duduk," ajak Alex membuat Reza langsung duduk di hadapan Alex. "What happen?" tanya Alex membuat Reza langsung menarik nafas dalam-dalam."Ke pabrik yuk," ajak Reza membuat Alex langsung menautkan alisnya. "Ngapain? Baru seminggu yang lalu kesana," tanya Alex."Sa–saya pengen lihat Naya," jawab Reza terbata membuat Alex kaget lalu ia terkekeh. "Haduh, Reza - Reza … sekarang aja kamu bisa ngomong gitu, kemaren saat Naya ada kamu sepertinya tidak pernah ngomong seperti ini," ucap Alex di sela-sela tawanya."Iya sih," jawab Reza. "Tapi kamu kesana tetap ingin sembunyi, belum mau nunjukin wajah kamu," tebak Alex yang dibalas anggukan oleh Reza."Gini Za, saya masih punya banyak tugas disini kalo kamu mau kesana berangkat aja, pake supir saya karena beliau udah hafal banget jalan kesana," lanjut Alex membuat Reza langsung berfikir."Kesana tanpa kamu aneh banget, ntar yang ada malah pada bingung," ucap Reza membuat Alex manggut-manggut. "Iya juga sih, em gini aja bilang aja kamu gantiin saya mantau karena saya belum bisa kesana," usul Alex."Berarti saya bawahanmu dong," ujar Reza tidak terima membuat Alex menggedikkan bahunya. "Ya mau gak mau, 'kan kamu yang mau kesana kalo saya mah palingan ntaran akhir bulan kalo sempat," jawab Alex membuat Reza bingung, tapi ntah kenapa setelah membaca surat Papanya tadi malam rasanya ia ingin sekali bertemu dengan Naya."Ya sudah kalo gitu saya izin kesana ya," lanjut Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Hati-hati, kalo bisa sih yang gentle haha," ledek Alex membuat Reza menatap tajam ke arahnya. "Berisik!"***Disisi lain, Nova merasa aneh dengan Reza mulai dari sikapnya yang dingin bahkan Reza sering gak di kantor. Ia meraih ponselnya lalu menghubungi Neni.[Pagi Tante,] ucap Nova. [Pagi sayang, kamu gak kerja?] tanya Neni. [Harusnya sih kerja Tante, cuma akhir-akhir ini tuh aku bingung sama anak Tante] ucap Nova membuat Neni langsung menaikkan alisnya sebelah.[Kenapa dengan Reza?] tanya Neni. [Dia sering gak di kantor Tante, apa dia pulang ke rumah?] jawab Nova. [Hah? Gak di kantor? Reza gak ada di rumah, dia gak pernah pulang sebelum magrib] jawab Neni kaget mendengar ucapan Nova.[Yah kan, aku juga udah curiga ada yang aneh sama Mas Reza, kemana ya kira-kira? Soalnya tuh pas jam ngantor sering banget gak ketemu Pak Reza padahal penting mau tanda tangan] terang Nova membuat Neni langsung berfikir.[Apa jangan-jangan dia mencari Naya ya?] tebal Neni membuat Nova langsung kaget. [Hah? Ih jangan ih, kayak gak ada perempuan lain aja Tante] jawab Nova jijik mendengar nama Naya.[Bukan gitu, masalahnya Reza belum mau menceraikan Naya, Tante juga udah curiga sama dia] terang Neni, Nova langsung menghentakkan kakinya. [Lah trus gimana dong Tante?][Tante juga gak tau, tapi kamu bantu Tante aja selidiki kemana Reza pergi, buntuti aja gak apa-apa] suruh Neni. [Serius Tante?] ujar Nova. [Iya, Tante juga akan coba cari tahu] jawab Neni.[Ya udah, oke deh Tante, bye] Neni meletakkan ponselnya di meja lalu mulai berfikir kemana-mana tentang Reza, pasalnya ia tidak ingin Reza mencari Naya."Reza sering bolos ngantor? Gak biasanya dia kayak gini, kalo benar dia mencari Naya, awas kamu Naya!" kesal Neni. Ia merasa lantai sudah sangat kotor bahkan di injak sudah tidak nyaman. "Aduh … ini rumah lagi gak kunjung bersih-bersih," kesalnya lalu mengambil sapu lalu menyapunya asal-asalan.***Hampir setengah hari melakukan perjalanan akhirnya Reza sampai di pabrik Alex. Tanpa membuang waktu ia langsung memasang masker dan juga topinya lalu ia keluar dari mobil.Tidak ingin tergesa-gesa ia terlebih dahulu ke ruangan Wawan untuk menyapa tangan kanan Alex tersebut. Tok! Tok! Tok! "Masuk,"Reza masuk lalu melepas maskernya membuat Wawan yang sedang berkutat di depan lap top langsung berdiri. "Pak Reza," sapa Wawan yang dibalas anggukan oleh Reza."Pak Alex gak ikut Pak? Silahkan duduk," ucap anggota Alex itu. "Nggak, soalnya Alex masih ada kerjaan penting, saya datng sendiri aja," jawab Reza lalu duduk di sofa. "Oh iya, iya,""Saya mau ke tempat karyawan boleh gak?" tanya Reza. "Boleh Pak," jawab anggota Alex itu. " Terima kasih, o iya minta tolong jangan panggil saya Reza ya, panggil saja Anugrah," lanjut Reza. "Oke siap Pak,"Belum sempat Reza keluar tiba-tiba ada karyawan yang masuk ke dalam ruangan, Reza tidak asing dengan wajah wanita itu. "Pak Wawan, maaf,""Ada apa Silvi?" tanya Wawan bingung melihat Silvi seperti orang panik. "Pak saya izin pulang duluan ya hari ini," ucap Silvi membuat Wawan bingung. "Loh kenapa?""Teman saya Naya sakit Pak, udah dua hari ini dia lemas karena darah rendah. Sekarang dia lagi di rawat di kosan, tapi di kosan gak ada siapa-siapa," terang Silvi.Deg! Reza langsung mematung mendengar ucapan Silvi itu. "Oh Naya yang kemaren pingsan ya," lanjut Wawan. "Iya Pak,"'Pingsan?' ucap Reza dalam hati. "Baiklah, kamu boleh pulang sampaikan salam saya pada Naya ya, bilang cepat sembuh biar bisa kerja lagi," lanjut Wawan yang dibalas anggukan oleh Silvi.Saat Silvi hendak berbalik, Reza memanggilnya membuat sang empu kembali menoleh. "Iya Pak," sahut Silvi. "Mau saya antar?" tanya Reza membuat Silvi sedikit bingung lalu menggeleng begitu juga dengan Wawan."Tidak usah Pak, saya bisa jalan sendiri gak jauh kok dari sini," tolak Silvi membuat Reza langsung berfikir bagaimana caranya ia bisa ikut ke kosan Silvi."Em … gak apa-apa, saya sebagai atasan disini tepatnya menggantikan Alex bertanggung jawab terhadap seluruh karyawan, karena kebetulan Alex belum bisa hadir kesini. Maka saya yang akan menggantikannya menjenguk teman kamu," jawab Reza panjang lebar membuat Silvi langsung tersenyum manis. "Baik Pak, terima kasih banyak,""Mari," ajak Reza lalu mereka berdua keluar dari ruangan, Wawan sebenarnya sedikit bingung dengan sikap Reza, pasalnya Alex tidak sampai segitunya terhadap karyawan."Ah sudahlah, mungkin Pak Alex memang mempercayakan Pak Reza disini karena beliau lebih perhatian," gumam Wawan lalu kembali berkutat dengan lap topnya.Selama perjalanan hanya ada keheningan diantara keduanya, Reza berusaha mencari kata yang tepat untuk bertanya soal Naya. "Sejak kapan teman kamu sakit?" tanya Reza membuat Silvi langsung menoleh."Sebenarnya dua Minggu yang lalu Naya itu udah sakit Pak, nah saya bawa berobat ke dua tempat yang berbeda yang pertama mengatakan Naya tipes, nah satu lagi ada yang mengatakan Naya darah rendah.Naya tidak mau di rujuk ke rumah sakit, ia lebih memilih berobat jalan. Setelah beberapa hari Naya mulai oke, tapi belum sembuh banget trus dia maksain buat kerja, eh kemaren malah pingsan di pabrik karena kecapean," terang Silvi membuat Reza langsung manggut-manggut, ia teringat dengan wajah Naya yang pucat beberapa hari sebelum mereka berpisah."Kenapa gak dirawat dulu aja di rumah sakit?" tanya Reza semakin penasaran, Silvi menautkan alisnya heran. "Ih Bapak mah, kalo di rumah sakit mahal Pak. Naya gak sanggup makanya dia memilih berobat biasa saja, udah biaa bayar kosan berbulan-bulan itu biaya rumah sakit," jawab Silvi sambil terkekeh membuat Reza mengangguk."Pak, depan Pak. Itu kosan saya," tunjuk Silvi membuat Reza langsung melambatkan mobil lalu berhenti tepat di depan kosan Silvi.Dari dalam rumah, Naya yang sedang di infus langsung menoleh ke arah jendela, ia melihat ada mobil terparkir di depan kosan mereka. "Mobil siapa itu?" ucapnya lirih. "Assalamualaikum,""Assalamualaikum," Silvi membuka pintu pakai kuncinya sendiri, karena ia dan Naya punya kunci masing-masing. "Pak sebentar ya, saya suruh Naya pake jilbab dulu," ucap Silvi."Iya silahkan, saya kesana sebentar ya," ujar Reza sambil menunjuk mini market. "Iya Pak," jawab Silvi lalu ia masuk ke dalam, ia melihat Naya masih berbaring lemas di lantai yang beralaskan kasur."Kok udah pulang Vi?" tanya Naya lirih membuat Silvi langsung senyum-senyum. "Ada deh, ntar juga kamu tahu, pake jilbab dulu ada yang mau datang," jawab Silvi lalu menyodorkan jilbab ke kepada Naya."Ih kamu mah bikin penasaran," kesal Naya lalu berusaha untuk duduk. "Mau pake bedak dulu gak?" tanya Silvi lalu menyodorkan beda baby ke depan Naya. Naya mengambil sedikit lalu mengusapkan ke wajahnya.Tidak berselang lama, Silvi melihat Reza datang membawa dua plastik besar. "Buset, Pak bos beli apaan tuh banyak banget," gumam Silvi membuat Naya menoleh sedikit ke kaca."Ya terserah dia lah, jangan geer itu bukan buat kamu
Disisi lain, Reza senyum-senyum di dalam mobil rasanya puas sekali bisa bertemu Naya dengan dekat, walaupun satu sisi ia merasa iba dengan istrinya tersebut. Sampai di kantor hari sudah menunjukkan pukul 4 sore, Nova melihat Reza datang dari kejauhan langsung merapikan pakaiannya."Pak," panggil Nova bagitu Reza sudah dekat. "Iya, ada apa?" tanya Reza tanpa basa-basi membuat Nova sedikit ragu menanyakan uneg-unegnya."Bapak dari mana saja seharian?" tanyanya membuat Reza langsung mengrutkan keningnya. "Maksud kamu?" tanya Reza bingung, karena Nova lancang sekali menanyakan hal tersebut."Eh i–itu Pak, Bahyak berkas yang harus di tandatangani," jawab Nova gugup membuat Reza mengangguk."Oh, ya sudah kamu pulanglah, semua berkas akan saya bawa pulang dan saya tandatangani di rumah," jawab Reza datar lalu ia kembali berjalan menuju ruangannya.Sampai di ruangannya Reza duduk di kursinya lalu menyandarkan kepalanya sambil tersenyum, tanpa ia sadari sadari ternyata Nova mengikutinya dan se
"Gila kamu ya! Naya istriku, gak usah aneh-aneh," bantah Reza dengan tegas membuat Alex terkekeh lalu gelang-gelang. "Jelas-jelas kamu cemburu, masih aja bilang gak tau perasaanmu sendiri, munafik bro, jangan sampe kamu nyesal di saat Naya sudah berada di pelukan laki-laki lain," nasehat Alex membuat Reza bungkam."No! Naya gak seperti itu dia gadis polos dan penurut, dia gak mungkin buka hati secepat itu," bantah Reza mambuat Alex mengerutkan keningnya."Why not? Justru hati perempuan itu mudah luluh saat ia menemukan laki-laki yang benar-benar baik, tulus dan mencintainya apa adanya," Alex sengaja mengompor-ngompori Reza."Udah ah malas, saya mau balik ke kantor lagi," lanjut Reza lalu ia meninggalkan Alex yang masih saja menertawakan dirinya. "Dasar aneh," gumam Alex. "O iya mau ke pabrik kapan?" tanya Alex sedikit berteriak membuat Reza kembali menoleh."Kapanpun saya mau, saya udah tau jalannya," jawab Reza membuat Alex melongo. "Heh! Itu pabrik saya ya," kesal Alex yang tidak di
Di perjalanan pulang, Nova benar-benar tidak menyangka kalo Reza menemui Naya diam-diam, rasanya mulutnya sudah gatal untuk menceritakan semuanya kepada Neni. Sampai di rumah Reza, Nova langsung tergesa-gesa turun dari mobil, rasanya ia sudah ingin menceritakan semuanya pada Neni. "Tante … Tante!" teriaknya begitu sampai di ambang pintu membuat Neni yang sedang mengotak-atik ponselnya sambil rebahan langsung menoleh. "Eh Nova, kenapa kok teriak-teriak?" tanya Neni, tanpa membuang waktu Nova langsung masuk dan duduk di dekat Neni. "Gawat Tante, gawat!" ucapnya heboh membuat Neni bingung. "Gawat? Apanya yang gawat?" tanya Neni membuat Nova langsung mengatur nafasnya. "Dugaan Tante benar, Mas Reza sering keluar-keluar untuk menemui Naya!" jawabnya membuat Neni langsung duduk. Deg! "What?!" pekik Neni yang dibalas anggukan oleh Nova. "Kamu tau darimana?" tanya Neni masih belum percaya membuat Nova langsung menarik nafas dalam-dalam sambil mendongak. "Nih Tante aku kasih tau, baru
Dua hari kemudian, Neni meminta Nova untuk menemaninya ke pabrik tempat Naya kerja. Nova menyelesaikan sebagian pekerjaannya lalu berniat meminta izin pulang terlebih dahulu.Tok! Tok! Tok! "Masuk," sahut Reza. Nova masuk kemudian berjalan mendekati meja Reza. Sebelumnya ia membuka bagian atas pakaiannya lalu menarik roknya agar terlihat lebih mini."Pak ini berkas-berkas penting yang harus si tanda tangani," ucap Nova barusaha membuat Reza agar mendongak melihatnya yang sudah sengaja berpakaian seksi."Oh, taro aja disitu, nanti saya tanda tangani," jawab Reza tanpa mendongak membuat Nova langsung mendengus kesal lalu menghela nafas panjang."Aku izin pulang duluan, Pak," lanjut Nova dengan nada yang masih sedikit kesal membuat Reza menoleh sekilas. Ia sedikit kaget melihat pakaian Nova, detik kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah lain."Kenapa?" tanya Reza. "Ada sedikit urusan Pak," jawab Nova yang dibalas anggukan oleh Reza. "Ya sudah," jawab Reza sedatar mungkin membuat Nov
"O iya Kak Reza ya, apa kabar ya dia? Udah lama gak ketemu sebulan lebih, mungkin dia udah bahagia kali, dia juga gak bakalan pernah nyariin perempuan kayak aku sih, buat apa? Susah ya berhubungan sama orang kaya," ujar Naya membuat Silvi merasa tidak enak."Nay … maaf, aku gak sengaja," pinta Silvi memelas membuat Naya menoleh detik kemudian ia tertawa melihat ekspresi Silvi yang begitu lucu."Hahah apasih? Aku mah gak apa-apa, toh sadar juga aku bukan siapa-siapanya walaupun di hari kami berpisah, sempat ada omongan pisah baik-baik, tapi taulah itu cuma basa-basi biar gak terlalu sedih," lanjut Naya membuat Silvi langsung serba salah, harusnya temannya tersebut berbahagia sekarang bukannya malah bersedih."Nay maaf …," lagi-lagi Silvi memelas membuat Naya langsung menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak berlarut-larut."Udah-udah ayok kesana," ajak Naya membuat Silvi mau tidak mau mengangguk, sebenarnya ia masih tidak enak dengan Naya.'Gini nih kalo mulut mau bercanda terus, ah b
Dengan cepat ia memakaikan jilbab tersebut ke kepala Naya, namun Reza terhenti karena tidak ada jarum pentul di tangannya. "Pake ini aja Pak," ucap Silvi tiba-tiba dari sebelah membuat Reza langsung menoleh lalu mengangguk."Kamu pasangin ya," ucap Reza yang dibalas anggukan oleh Silvi, dengan cekatan ia memasangkan pentul ke jilbab Naya. Saat Silvi mengangkat dagu Naya membuat Naya langsung mendongak detik kemudian pandangannya bertemu dengan Reza.'Kak Reza selalu melihatku, apa sebenarnya maksud Mama? Apa jangan-jangan …,' bathin Naya bertanya-tanya, tapi matanya terus menatap ke arah Reza karena ia merasa tidak asing dengan tatapan itu.Reza yang menyadari tatapan Naya sudah tidak biasa langsung mengalihkan pandangannya. Walaupun sebenarnya ingin sekali rasanya ia memeluk dan mencium pipi gadis itu. Ia tahu pasti Naya sekarang malu, sedih dan merasa rendah akibat perbuatan Ibunya dan Nova."Pipi kamu masih sakit?" tanya Alex tiba-tiba membuat Naya langsung mengalihkan pandangannya
Malam hari, Reza pulang ke rumah dengan perasaan campur aduk antara marah, kesal dan kasihan. Ia bingung harus bagaimana berbicara dengan Ibunya. "Assalamualaikum," ucap Reza tiba-tiba membuat Neni dan Sarah yang mendengar itu langsung kaget. "Walaikumsalam, udah pulang Nak, Mama udah nyiapin makanan kesukaanmu di meja, mandi dulu kemudian makan ya," ucap Neni ramah membuat Reza langsung melihat Ibunya tersebut sebentar lalu menggeleng. "Gak usah, aku gak lapar, gak mood juga," jawab Reza datar membuat Neni kaget. "Reza kok gitu sih Nak, kamu marah ya sama Mama?" tanya Neni membuat Reza langsung meletakkan sepatunya asal. "Maksud Mama berbuat seperti tadi apa, Ma?" tanya Reza sedikit ngegas membuat Neni langsung menelan ludahnya dengan susah payah. "Mama hanya ingin memberi pelajaran sama Naya karena sudah berani menggoda kamu itu aja, supaya dia sadar kesalahan dia," jawab Neni membuat Reza langsung tersenyum kecut. "Naya gak menggodaku Ma, aku yang selalu melihatnya, salah
"Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng
Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante
Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y
[Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d
"Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran
Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse
Setelah Dokter pulang Reza belum kunjung sadar membuat rasa takut dan panik masih menghantui Naya dan yang lainnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar suara mobil terparkir di halaman. "Siapa yang datang Rey?" tanya Naya, Rey langsung melihat ke arah jendela. "Bang Alex, Kak." jawab Rey membuat Naya mangut-mangut. "Assalamualaikum, waduh rame banget ini, ada apa?" ucap Alex yang sudah berdiri diambang pintu kamar membuat yang lain menoleh. "Walaikumsalam." "Eh … kenapa ini? Reza kenapa?" tanya Alex bingung. "Pingsan Kak." "Hah? Kok bisa?" tanya Alex lagi. "Gak tau tadi lagi berdua doang disini sama Zahra, tiba-tiba aku datang Kak Reza udah gak sadarkan diri di tambah Zahra duduk di dadanya." terang Naya membuat Alex kaget sekaligus lucu mendengarnya. "Zahra mana?" "Tuh." tunjuk Naya, Zahra yang sedang asik dengan bonekanya tidak menyadari Alex sudah di dekatnya. "Zahra …" "Ha …" sahut Zahra sambil mendongak membuat Alex gemas lalu mencubit pipi gembul itu.
Keesokan harinya Naya bangun terlebih dahulu, ia melihat Reza masih tidur pulas. Tanpa membuang waktu ia langsung mengerjakan tugasnya sebagaimana ia seorang istri. Pukul 5.30 Naya mendekati Reza pelan-pelan ia mulai membangunkan suaminya itu. "Kak ..." panggil Naya sambil menggoyang-goyangkan tangan Reza membuat sang empu mulai terusik kemudian membuka matanya. "Hem." dehem Reza lalu ia bangkit dari ranjang menunaikan ibadah sholat subuh. Sedangkan Naya yang melihat itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu ia memilih keluar dari kamar. 15 menit kemudian Reza sudah selesai melakukan sholat, ia bangkit lalu melihat ke arah ranjang Zahra. Dan benar saja anak kecil itu sudah duduk disana membuat bibir Reza tersenyum lalu ia menggendong Zahra. "Anak kecil udah bangun?" ucap Reza membuat Naya mengusap-usap wajahnya. "Ayo kita cuci muka dulu biar gak ngantuk lagi." lanjut Reza lalu ia membawa Zahra ke kamar mandi mengusap air ke wajah Zahra. Hal itu membuat Zahra sedikit kaget kar
Tiba-tiba saja air mata Naya semakin deras memastikan yang didepannya itu adalah RezaBegitu Reza sangat dekat Naya bahu Naya kembali bergetar hebat seolah-olah memberitahu jika dirinya tidak sedang baik-baik saja."Hiks ... Kakak ..." pinta Naya selirih mungkin membuat laki-laki itu membuka kacamatanya lalu menatap Naya bingung."Kakak baik-baik aja kah?""Kamu siapa ya?"Jleb!Naya langsung luruh ke lantai ia tidak bisa lah menopang tubuhnya."Eh ... Kenapa kamu malah duduk? Apa kamu mengenal saya?" tanya Reza membuat Naya tidak bisa menjawab apa-apa lagi."Eh Bu ... Kenapa ini?" tiba-tiba security menghampiri Naya yang duduk di lantai."Mbak kenapa ayo saya bantu berdiri saya antarkan pulang ya Mbak." ucap satpam tersebut karena ia sudah benar-benar kasihan sama Naya.Naya hanya diam dibantu security tersebut untuk berdiri matanya terus menatap Reza tapi lidahnya sudah kaku dan kelu."Ayo Mbak jangan begini terus setiap hari kasian keluarga Mbak." nasehat security tersebut."Saya b