Kekacauan ini berakhir dengan Galih dipukul pingsan oleh ayahnya.Dokter bergegas datang untuk memeriksa cedera Galih, sementara Rina diusir dari rumah Keluarga Gunawan dan aku pun tidur di kamar tamu di lantai dua.Di dalam kekacauan ini, setiap orang terluka. Sepertinya orang yang paling sakit hati adalah ayah dan ibu mertua. Sebab, masa depan Grup Gunawan terlihat suram karena mereka memiliki anak yang begitu tak berguna.Galih terluka cukup parah sehingga dia terpaksa tinggal di rumah untuk pemulihan. Ayah mertua benar-benar telah memukulinya tanpa menaruh ampun.Ibu mertua memaksaku untuk tinggal dan merawat Galih.Aku tahu dia ingin memberi kami kesempatan untuk berdua, tapi baik aku maupun Galih sudah tidak ingin melanjutkan hubungan ini lagi.Setiap kali melihatku, Galih akan melontarkan kata-kata kasar. Kalau bukan karena cedera, aku rasa dia mungkin ingin menamparku lagi.Setiap hari dia mengobrol manis dengan Rina melalui telepon, tidak lupa mengutuki karena telah membuat me
Aku juga ingin membangun SMP di sini dengan dilengkapi fasilitas dan tenaga pengajar terbaik. Dengan begitu, ke depannya mungkin akan ada mahasiswa yang terlahir dari sini.Setelah para pejabat pemerintah setempat mengetahui niatku, semuanya bersedia memberikan dukungan dan kerjasama.Para warga juga terharu mengetahui kabar ini. Mereka membawakanku telur, kol dan daging asap sebagai bentuk terima kasih. Beberapa orang tua bahkan hendak berlutut untuk menyatakan rasa terima kasihnya padaku.Hatiku seolah dihidupkan kembali oleh orang-orang di sini yang begitu tulus dan baik hati.Dibandingkan dengan semua yang aku lakukan sekarang, semua pertikaian cinta sebelumnya tampak tidak ada artinya sama sekali.Aku tinggal di rumah warga. Setiap pagi aku mengajar anak-anak di sekolah, menemani mereka bernyanyi dan bermain. Kondisi diriku menjadi sangat baik.Dokterku memberitahuku jika aku terus mempertahankan suasana hati yang bahagia ini dan meminum obat secara teratur, aku mungkin bisa hidup
"Aku mengeluarkan ponsel dan menelepon pengacara untuk mengirimkan surat perceraian yang sudah ditandatangani kepada Galih, lalu mengirim pesan kepadanya, "Aku merestui kalian! Selamat tinggal!'"Apa salah Galih? Dia hanya setia pada cintanya dan kebetulan tidak mencintaiku.Seandainya aku lebih cepat sadar dari pernikahan yang salah ini, mungkin aku dan dia bisa kembali ke hubungan yang nyaman seperti saat kami masih duduk di bangku sekolah.Sayangnya, dia memiliki keinginan sendiri dan aku juga terjebak dalam harapanku sendiri.Pada akhirnya, dia mendapatkan apa yang dia inginkan, sementara aku hanya bisa memilih untuk lepas tangan.Aku terus menunggu Rina mengirimi foto pernikahannya dan Galih, tetapi sampai aku mengembuskan napas terakhir pun aku tidak mendapat kabar darinya.Jiwaku melayang di udara. Aku melihat warga desa dan anak-anak menangis di sekeliling peti matiku. Aku sangat ingin memberi tahu mereka, "Jangan menangis, sisa hidupku memang tidak panjang."Namun, rasanya ada
Ibu Galih menghela napas. "Kalau kamu benar-benar ingin berdamai dengan Rini, cari dan bawa dia pulang. Setelah itu, perlakukan dia dengan baik."Galih mengangkat kepalanya, lalu bertanya dengan bengong, "Apakah Rini masih mau memaafkanku dan hidup bersamaku?"Aku menggelengkan kepala. Tentu saja aku tidak mau. Bagaimanapun, aku tidak menginginkan barang bekas yang pernah dipakai Rina.Ibu Galih menampar punggung Galih. "Kalau kamu nggak coba, bagaimana kamu tahu apakah dia bersedia atau nggak?"Aku mengangguk. Benar, kamu tidak akan tahu hasilnya tanpa mencoba.Galih segera berdiri, meraih jaket dan berlari keluar. Aku segera mengikutinya.Di dalam mobil, aku melihat dia menelepon, memanfaatkan koneksi dan mengeluarkan uang untuk mencari keberadaanku. Pada akhirnya, dia menemukan makamku di lereng bukit di daerah pegunungan.Dia jelas terkejut, kemudian bahkan menarik kerah baju kepala desa dan menuduhnya telah bersekongkol denganku untuk membohongimu.Kepala desa mendorongnya dengan
Ketika mereka memutuskan untuk menerima hubungan Rina dan Galih, mereka semua menjadi tidak penting lagi bagiku.Kemudian, Galih pergi ke rumah sakit dan berbicara dengan dokter yang dulu merawatku. Dari sana, dia mengetahui bahwa aku menderita kanker lambung dan menolak menjalani perawatan.Sepulangnya ke rumah, dia kembali mabuk berat dan terus bergumam, "Aku nggak tahu hidupmu benar-benar hanya tersisa tiga bulan. Kalau aku tahu, aku pasti ...." Sebelum menyelesaikan kalimatnya, Galih tertidur.Kalau dia tahu, apa yang akan dia lakukan? Meninggalkan Rina dan menemaniku?Keesokan harinya, dia mulai menonton video tutorial memasak makanan kesukaanku. Tangannya terluka karena sayatan pisau, tetapi dia hanya asal menempelkan plester dan lanjut memasak. Ketika masakannya gosong, dia membuang semuanya dan mulai memasak lagi dari awal.Sambil memotong bahan, dia bergumam, "Apakah dulu kamu juga seperti ini, belajar masak berulang kali demi aku?"Dia juga belajar pijat, membuat kue, bahkan
Pada hari Rina Januar pulang negeri, Galih Gunawan tidak pulang semalaman.Keesokan harinya, aku melihat unggahan foto di instagram Rina. Itu foto dua tangan yang saling menggenggam dan wajah polos Galih yang sedang tidur.Begitu pulang, Galih melemparkan surat cerai kepadaku dan memintaku untuk menyerahkan posisiku sebagai Nyonya Gunawan."Posisi ini memang seharusnya milik Rina. Sekarang dia sudah pulang, waktunya kamu meminggir!"Tidak apa-apa, toh sisa hidupku tidak lama lagi.Siapa pun yang mau posisi Nyonya Gunawan, ambil saja!Kemudian, aku pun meninggal.Galih menangis di depan makamku dan berjanji tidak akan pernah menggenggam tangan wanita lain lagi!Aku duduk di depan meja makan sambil menatap makanan yang sudah dingin, lalu mengetik kata baik di layar ponsel dan mengetuk tombol kirim.Setengah jam yang lalu, Galih mengirim pesan bahwa dia sudah meninggalkan kantor dan akan segera pulang.Aku pun menghidangkan makanan favoritnya di meja makan dengan riang gembira, tapi kemud
Sebelum mereka menyadari keberadaanku, aku bergegas masuk ke kamar mandi.Galih memanggilku beberapa kali di ruang tamu, sementara aku menangis diam di dalam kamar mandi. Aku tidak berani jawab.Setelah menyeka air mata dan merapikan diri, aku keluar dan mendapati mereka sedang menikmati bubur masakanku di ruang makan dengan disertai canda tawa.Itu sungguh gambaran keluarga yang bahagia.Aku berjalan cepat menuju meja makan, lalu memelototi mereka dengan tajam.Galih mengangkat kepalanya dan bertanya dengan bingung, "Ke mana saja kamu? Tadi aku memanggilmu beberapa kali, kamu nggak jawab."Rina tersenyum manis, tapi tatapannya penuh sindiran. "Kak, ayo duduk dan makan sarapan bersama kami!" Nada suaranya seolah menunjukkan bahwa dia adalah nyonya rumah, sementara aku hanyalah tamu yang datang untuk meminta makan.Ekspresiku pasti sangat mengerikan karena aku merasa dadaku hampir meledak oleh kemarahan.Aku bahkan belum sempat mencicipi bubur masakanku, tapi malah dimakan oleh pasangan
Galih ingin mengejar Rina, tapi aku menarik lengan bajunya.Aku meremas perutku dengan kencang sambil berkata dengan suara gemetar, "Galih, aku sakit maag dan nggak kuat lagi. Bisakah kamu ambilkan air hangat untukku?"Dia malah mendorongku dengan kasar sehingga kepalaku terbentur dinding. Aku pusing hingga nyaris pingsan.Kilatan penyesalan melintas di matanya, tapi dia tetap melontarkan kata-kata kejam. "Rini, kamu semakin manja. Sekarang bahkan air minum saja harus diambilkan orang!" Usai berkata, dia pergi mengejar Rina.Ternyata tetap Rina yang lebih penting. Aku yang telah menemaninya selama delapan tahun sama sekali tidak berarti baginya.Aku seketika tidak merasa sakit maag lagi, rasa sakit di hati justru jauh lebih menyakitkan.Dokter terus mendesakku untuk melakukan kemoterapi. Dia berkata, "Kamu masih muda, jangan menyerah begitu saja."Dia tidak tahu bahwa baik lambungku maupun hatiku sudah hancur berkeping-keping. Aku tidak ingin menyiksa tubuhku lebih jauh lagi.Aku hanya