Share

Bab 8

"Meskipun kamu dan Rina persis mirip, Rina terlihat jauh lebih lembut dan manis. Teman sebangkuku, ke depannya kamu juga harus lebih sering tersenyum," kata Galih.

Betapa tajamnya kata-kata Galih bagiku!

Lembut dan manis? Kalau begitu, kenapa sebelumnya dia tidak mengatakan bahwa aku tidak cukup lembut dan manis?

Saat aku bersembunyi di balik pohon dan menyaksikan dia berlutut di depan Rina untuk mengakui cintanya, aku menyadari bahwa hubunganku dengannya hanya akan sebatas teman sebangku.

Suara Rina yang sedikit tajam memecah lamunanku.

"Kak, ayo duduk di sini! Galih ingin bicara denganmu."

Begitu aku duduk, Galih langsung mengeluarkan dokumen dari tasnya dan melemparkannya ke arahku.

Dua kata di halaman depan dokumen tersebut terbaca jelas, surat perceraian.

Aku teringat dokumen yang tersimpan di dalam laci mejaku. Lucunya, kali ini kami berdua cukup sehati.

Galih duduk tegak di sofa, lalu berkata dengan serius, "Buka dan lihatlah. Kalau nggak ada masalah, langsung tanda tangan saja.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status