Share

Penyesalan Mantan Suami di Depan Makamku
Penyesalan Mantan Suami di Depan Makamku
Penulis: Isvara

Bab 1

Pada hari Rina Januar pulang negeri, Galih Gunawan tidak pulang semalaman.

Keesokan harinya, aku melihat unggahan foto di instagram Rina. Itu foto dua tangan yang saling menggenggam dan wajah polos Galih yang sedang tidur.

Begitu pulang, Galih melemparkan surat cerai kepadaku dan memintaku untuk menyerahkan posisiku sebagai Nyonya Gunawan.

"Posisi ini memang seharusnya milik Rina. Sekarang dia sudah pulang, waktunya kamu meminggir!"

Tidak apa-apa, toh sisa hidupku tidak lama lagi.

Siapa pun yang mau posisi Nyonya Gunawan, ambil saja!

Kemudian, aku pun meninggal.

Galih menangis di depan makamku dan berjanji tidak akan pernah menggenggam tangan wanita lain lagi!

Aku duduk di depan meja makan sambil menatap makanan yang sudah dingin, lalu mengetik kata baik di layar ponsel dan mengetuk tombol kirim.

Setengah jam yang lalu, Galih mengirim pesan bahwa dia sudah meninggalkan kantor dan akan segera pulang.

Aku pun menghidangkan makanan favoritnya di meja makan dengan riang gembira, tapi kemudian dia mengirimkan pesan lain. "Aku ada acara dadakan, kamu makan sendiri saja."

Hatiku sontak dingin.

Aku tahu betul tidak ada acara dadakan apa pun, melainkan hanya adikku yang merupakan kekasih idamannya Galih, Rina Januar, telah kembali dari luar negeri bersama dengan anak blasterannya. Galih pergi menyambutnya bersama beberapa teman baik.

Kenapa aku bisa tahu?

Tentu saja karena adikku yang baik itu mengunggah foto yang hanya bisa aku lihat di instagram. Dalam foto itu, Galih memandanginya dengan penuh kasih dan senyum lebar.

Kalau saja dia tidak merasa perlu menjaga citra diri, aku yakin dia sangat ingin memanggilku ke sana untuk menyaksikan langsung.

Dulu ketika aku menikah dengan Galih, Rina yang berada jauh di Amerika sempat meneleponku dan berkata, "Kakakku yang baik, meskipun wajahmu persis mirip denganku, Galih hanya akan mencintaiku untuk selamanya."

Padahal saat itu dia sudah menikah dengan pacar Amerikanya yang jangkung itu selama dua tahun dan memiliki anak blasteran yang dia idam-idamkan. Akan tetapi, dia tetap merasa perlu untuk menunjukkan bahwa dirinya menempati posisi utama di hati Galih.

Omongannya tidak salah. Selama bertahun-tahun ini, hati Galih hanya ada dia.

Pada malam pernikahan, ketika Galih berhubungan denganku dan mencium diriku, nama yang dia sebut adalah Rina.

Sedangkan aku, namaku Rini Januar.

Aku memasukkan makanan yang sudah dingin ke dalam mulut. Meskipun tenggorokanku terasa tercekik, aku tetap memaksa diriku menelan semua makanan.

Dokter bilang penyakitku menjadi semakin parah karena pola makanku yang kadang makan kadang tidak. Aku diingatkan untuk makan dengan teratur dan baik.

Dulu, aku bisa sibuk seharian demi Galih dan baru makan tengah malam.

Hari ini, aku juga menahan lapar lebih dari satu jam karena menunggunya.

Mulai sekarang, aku tidak ingin lagi kelaparan semenit pun hanya untuk menunggunya.

Usai makan dan membereskan semuanya, aku berbaring di tempat tidur.

Sebelum tidur, aku berpikir entah jam berapa Galih akan pulang malam ini.

Ketika bangun keesokan paginya, selimut di sebelahku yang rapi dan dingin menunjukkan bahwa pemiliknya tidak pulang semalaman.

Aku secara refleks mengambil ponsel dan membuka instagram Rina.

Benar saja, ada lagi unggahan yang hanya bisa dilihat olehku. Foto tangannya dan Galih yang saling menggenggam dengan diikuti penjelasan, "Delapan tahun telah berlalu, genggaman tangan ini masih saja terasa hangat."

Lambungku terasa seperti dicengkeram keras, membuatku kesakitan hingga sulit bernapas. Keringat dingin pun bercucuran di dahiku

Dengan satu tangan memegang ponsel dan satu tangan menahan perut, aku berkata pada diriku sendiri, "Nggak apa-apa, Rini. Toh kamu akan segera mati, semua ini nggak ada hubungannya lagi denganmu!"

Ya, aku didiagnosis menderita kanker lambung. Dokter mengatakan aku mungkin hanya bisa bertahan hidup selama tiga bulan.

Dulu aku selalu sibuk memperjuangkan kontrak kerja sama untuk perusahaan Galih dan sibuk membereskan kekacauan yang dia buat sehingga sering kali aku hanya makan sekali sehari ataupun mabuk alkohol sampai muntah. Akibatnya, aku pun menderita penyakit lambung.

Sekarang bahkan jika hidupku hanya tersisa satu hari, aku tidak akan lagi menyiksa lambungku. Lambungku sudah cukup menderita karena memiliki pemilik seperti aku.

Aku bangkit dari tempat tidur, lalu menyiapkan sarapan untuk diriku sendiri.

Tepat ketika aku menghidangkan bubur daging di atas meja, Galih pulang dengan membawa Rina dan anaknya.

Ketika Galih berbohong padaku untuk bertemu dengan kekasih idamannya, aku tidak menangis. Ketika menyadari dia tidak pulang semalaman, aku tidak menangis. Bahkan ketika melihat unggahan Rina di instagram, aku juga tidak menangis.

Begitu Galih membawa Rina dan anaknya masuk ke rumah, air mataku langsung mengalir deras. Kini, tempat berlindungku yang terakhir ini juga telah dinodai oleh mereka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status