Sepulang sekolah, aku memaksanya tetap tinggal di kelas untuk mengerjakan PR. Setiap hari aku meluangkan waktu satu jam untuk membantunya belajar.Pada akhir pekan, kami melakukan video call. Aku mengawasinya menyelesaikan semua tugas yang diberikan guru.Galih selalu mengeluh dengan cemberut, tapi di balik itu dia tetap tersenyum lebar. "Aku suka mendengarkan kata-kata teman sebangkuku!" Cara bicaranya agak menyebalkan.Usahaku tidak sia-sia. Pada ujian tengah semester, setiap mata pelajaran Galih berhasil mendapatkan nilai di atas 60.Dia melompat kegirangan dan menarikku ke dalam pelukannya, "Ah, teman sebangkuku yang ajaib. Baru pertama kali ini dalam hidupku semua nilai ujianku lulus!""Kamu mau hadiah apa? Bagaimana kalau aku mentraktirmu makan? Aku tahu satu restoran yang enak banget.""Kalau aku menunjukkan hasil nilaiku ini ke orang tuaku, mereka pasti akan terkejut sampai melongo! Hahaha!"...Galih terus berbicara tanpa henti untuk mengekspresikan kebahagiaannya. Sementara i
Rina lagi-lagi mengunggah foto dia dan Galih yang berhubungan intim, tentu saja unggahan ini hanya bisa dilihat aku. Aku merasa jijik hingga langsung lari ke kamar mandi dan muntah-muntah selama tiga menit.Aku melihat diriku di cermin. Mata yang dulu penuh harapan kini kosong seperti kolam hening. Wajah yang dulu muda kini menua oleh waktu dan penderitaan. Aku telah membuang terlalu banyak waktu dan tenaga hanya untuk Galih dan Grup Gunawan, tanpa pernah memberikan sedikit pun perhatian pada diriku sendiri.Awalnya aku berpikir selama Galih tidak mempublikasikan hubungannya dengan Rina dan tidak menyatakan keinginannya untuk bercerai denganku, aku pun akan bertahan dalam situasi seperti ini selama sisa hidupku yang hanya hitungan bulan.Namun, setelah melihat foto mereka yang intim, aku merasa sangat jijik. Aku tidak ingin lagi terhubung dengannya dalam bentuk apa pun.Dia bahkan sudah berhubungan dengan Rina, kini waktunya aku lepas tangan.Aku menyiapkan surat cerai. Sebelum sempat
"Meskipun kamu dan Rina persis mirip, Rina terlihat jauh lebih lembut dan manis. Teman sebangkuku, ke depannya kamu juga harus lebih sering tersenyum," kata Galih.Betapa tajamnya kata-kata Galih bagiku!Lembut dan manis? Kalau begitu, kenapa sebelumnya dia tidak mengatakan bahwa aku tidak cukup lembut dan manis?Saat aku bersembunyi di balik pohon dan menyaksikan dia berlutut di depan Rina untuk mengakui cintanya, aku menyadari bahwa hubunganku dengannya hanya akan sebatas teman sebangku.Suara Rina yang sedikit tajam memecah lamunanku."Kak, ayo duduk di sini! Galih ingin bicara denganmu."Begitu aku duduk, Galih langsung mengeluarkan dokumen dari tasnya dan melemparkannya ke arahku.Dua kata di halaman depan dokumen tersebut terbaca jelas, surat perceraian.Aku teringat dokumen yang tersimpan di dalam laci mejaku. Lucunya, kali ini kami berdua cukup sehati.Galih duduk tegak di sofa, lalu berkata dengan serius, "Buka dan lihatlah. Kalau nggak ada masalah, langsung tanda tangan saja.
Dia sudah mencoba untuk mengajukan pinjaman, tapi ditolak oleh bank karena alasan aliran dana Grup Gunawan tidak cukup stabil. Pihak bank meminta ayah Galih untuk menjaminkan proyek sebagai agunan pinjaman. Namun, ayah Galih menolak menjaminkan seluruh proyek hanya demi melunasi pembayaran akhir.Dia tampak begitu cemas hingga tidak selera makan, tapi malah terus menasihatiku untuk makan lebih banyak. Aku pun berpikir untuk membantunya sekali lagi.Aku pernah menyelamatkan nyawa direktur Grup Sandi. Saat sebuah mobil melaju kencang nyaris menabraknya, aku menerjang ke depan dan mendorongnya ke sisi jalan.Dia berjanji akan membantuku melakukan tiga hal tanpa syarat.Permintaan bantuan kali ini adalah yang pertama kalinya dan mungkin akan menjadi yang terakhir kalinya juga.Setelah aku selesai bertelepon, kedua mertuaku terlihat lega.Ibu mertua menggenggam tanganku sambil bertanya tentang hubunganku dengan Galih akhir-akhir ini, tidak lupa mendesakku untuk memberi mereka cucu.Awalnya
Kekacauan ini berakhir dengan Galih dipukul pingsan oleh ayahnya.Dokter bergegas datang untuk memeriksa cedera Galih, sementara Rina diusir dari rumah Keluarga Gunawan dan aku pun tidur di kamar tamu di lantai dua.Di dalam kekacauan ini, setiap orang terluka. Sepertinya orang yang paling sakit hati adalah ayah dan ibu mertua. Sebab, masa depan Grup Gunawan terlihat suram karena mereka memiliki anak yang begitu tak berguna.Galih terluka cukup parah sehingga dia terpaksa tinggal di rumah untuk pemulihan. Ayah mertua benar-benar telah memukulinya tanpa menaruh ampun.Ibu mertua memaksaku untuk tinggal dan merawat Galih.Aku tahu dia ingin memberi kami kesempatan untuk berdua, tapi baik aku maupun Galih sudah tidak ingin melanjutkan hubungan ini lagi.Setiap kali melihatku, Galih akan melontarkan kata-kata kasar. Kalau bukan karena cedera, aku rasa dia mungkin ingin menamparku lagi.Setiap hari dia mengobrol manis dengan Rina melalui telepon, tidak lupa mengutuki karena telah membuat me
Aku juga ingin membangun SMP di sini dengan dilengkapi fasilitas dan tenaga pengajar terbaik. Dengan begitu, ke depannya mungkin akan ada mahasiswa yang terlahir dari sini.Setelah para pejabat pemerintah setempat mengetahui niatku, semuanya bersedia memberikan dukungan dan kerjasama.Para warga juga terharu mengetahui kabar ini. Mereka membawakanku telur, kol dan daging asap sebagai bentuk terima kasih. Beberapa orang tua bahkan hendak berlutut untuk menyatakan rasa terima kasihnya padaku.Hatiku seolah dihidupkan kembali oleh orang-orang di sini yang begitu tulus dan baik hati.Dibandingkan dengan semua yang aku lakukan sekarang, semua pertikaian cinta sebelumnya tampak tidak ada artinya sama sekali.Aku tinggal di rumah warga. Setiap pagi aku mengajar anak-anak di sekolah, menemani mereka bernyanyi dan bermain. Kondisi diriku menjadi sangat baik.Dokterku memberitahuku jika aku terus mempertahankan suasana hati yang bahagia ini dan meminum obat secara teratur, aku mungkin bisa hidup
"Aku mengeluarkan ponsel dan menelepon pengacara untuk mengirimkan surat perceraian yang sudah ditandatangani kepada Galih, lalu mengirim pesan kepadanya, "Aku merestui kalian! Selamat tinggal!'"Apa salah Galih? Dia hanya setia pada cintanya dan kebetulan tidak mencintaiku.Seandainya aku lebih cepat sadar dari pernikahan yang salah ini, mungkin aku dan dia bisa kembali ke hubungan yang nyaman seperti saat kami masih duduk di bangku sekolah.Sayangnya, dia memiliki keinginan sendiri dan aku juga terjebak dalam harapanku sendiri.Pada akhirnya, dia mendapatkan apa yang dia inginkan, sementara aku hanya bisa memilih untuk lepas tangan.Aku terus menunggu Rina mengirimi foto pernikahannya dan Galih, tetapi sampai aku mengembuskan napas terakhir pun aku tidak mendapat kabar darinya.Jiwaku melayang di udara. Aku melihat warga desa dan anak-anak menangis di sekeliling peti matiku. Aku sangat ingin memberi tahu mereka, "Jangan menangis, sisa hidupku memang tidak panjang."Namun, rasanya ada
Ibu Galih menghela napas. "Kalau kamu benar-benar ingin berdamai dengan Rini, cari dan bawa dia pulang. Setelah itu, perlakukan dia dengan baik."Galih mengangkat kepalanya, lalu bertanya dengan bengong, "Apakah Rini masih mau memaafkanku dan hidup bersamaku?"Aku menggelengkan kepala. Tentu saja aku tidak mau. Bagaimanapun, aku tidak menginginkan barang bekas yang pernah dipakai Rina.Ibu Galih menampar punggung Galih. "Kalau kamu nggak coba, bagaimana kamu tahu apakah dia bersedia atau nggak?"Aku mengangguk. Benar, kamu tidak akan tahu hasilnya tanpa mencoba.Galih segera berdiri, meraih jaket dan berlari keluar. Aku segera mengikutinya.Di dalam mobil, aku melihat dia menelepon, memanfaatkan koneksi dan mengeluarkan uang untuk mencari keberadaanku. Pada akhirnya, dia menemukan makamku di lereng bukit di daerah pegunungan.Dia jelas terkejut, kemudian bahkan menarik kerah baju kepala desa dan menuduhnya telah bersekongkol denganku untuk membohongimu.Kepala desa mendorongnya dengan