Share

Penulis Cantik Mantan Napi
Penulis Cantik Mantan Napi
Penulis: Adventyna

Prolog

Penulis: Adventyna
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-29 01:22:05

Gala Giyantara kembali torehkan prestasi di ajang internasional. Lewat film Mengepak Bersama Badai, produser muda sekaligus pemilik rumah produksi Fantasia Picture tersebut berhasil membawa pulang piala Grand Prix di ajang Cannes Film Festival. Penghargaan ini merupakan…

Sementara layar televisi terus menampilkan liputan berita, sepasang suami-istri yang duduk di sofa lebih tertarik memerhatikan putrinya yang baru saja masuk ke kamar dengan lesu.

“Ada apa dengannya?”

Maryam menghela napas menanggapi pertanyaan suaminya, “Seperti biasa.”

“Ditolak kerja lagi?” Bima dapat menebak dengan tepat. Ini bukan sekali dua kali putrinya ditolak kerja. Sudah tak terhitung jumlahnya ia menyaksikan putrinya berangkat dengan wajah berseri lalu pulang dengan lesu. Hanya saja kelesuan itu biasanya menghilang setelah anak itu makan, berbeda dengan malam ini. Kelihatannya ekspektasi putrinya terhadap peluang kerja kali ini cukup tinggi sehingga rasa kecewa dan sedihnya juga dalam.

“Sudah berkali-kali dia seperti itu. Haruskan kita nasihati supaya dia berhenti melamar kerja dan mendirikan usaha saja? Dia bisa buka warung atau laundry. Kalau tidak ya kembali saja ke jaga tempat fotokopi, gajinya lumayan kok.”

“Biarkan sajalah. Jadi editor atau apalah itu, kan sudah jadi keinginan dia. Biarkan saja Ariel mencari kerja yang sesuai minatnya. Biar senang juga dia.” Bima menarik Maryam ke jangkauan lengannya. “Lagi pula, mungkin itu satu-satunya cita-cita yang masih bisa diperjuangkan. Kita jangan larang.”

Maryam mengangguk, merenungkan kembali segala kesulitan yang telah dilalui oleh putri mereka. Sudah merupakan hal luar biasa bahwa Ariel tidak terpuruk, tidak larut dengan keadaan, bahkan mau bangkit dan memulai lembar hidup yang baru. Mereka sebagai orang tua hanya bisa mendukung semua langkah dan keputusan yang diambil oleh Ariel.

Di dalam kamar, orang yang dibicarakan sedang tertelungkup di atas meja, membiarkan layar laptopnya menyala menunjukkan lembar Microsoft Word yang kosong. Ariel tidak sanggup jika harus menulis surat lamaran lagi.

“Kalau begini terus, aku bisa gila.” Perlahan ia mengangkat kepalanya lalu mengalihkan pandang ke daftar lowongan kerja yang ia tempel di dinding hanya untuk menambahkan satu lagi coretan panjang di sana. Tidak ada lagi daftar yang tersisa, semua lowongan yang ia kumpulkan sudah ia coba dan gagal.

Namun, ia belum boleh menyerah. Satu lembar habis, masih ada lembar lain yang sudah ia siapkan. Ia tidak mengira akan membutuhkannya sebab ia sudah sangat yakin akan mendapatkan pekerjaan hari ini. Bidang yang dilamar sudah sesuai dengan keahliannya, penugasan juga ia kerjakan dengan sempurna, bahkan wawancaranya lancar tanpa hambatan. Tapi siapa sangka pemberitahuan yang ia terima kemudian adalah kalimat ‘dengan menyesal kami beritahukan bahwa Anda tidak lolos wawancara’. Tidak lolos wawancara dengkulmu!

Ariel membuang napas lesu. Hal ini bukannya tidak terduga sama sekali. Ia hanya terlalu berharap terhadap perusahaan tempatnya melamar baru-baru ini karena mereka sangat terbuka menerima karyawan lulusan SMA, tidak mengharuskan memiliki pengalaman kerja terkait, asalkan penugasannya bagus dan prospek kerjanya menjanjikan. Ariel kira perusahaan ini akan berbeda, nyatanya sama saja dengan yang lainnya. Ia tahu, bukan wawancara yang membuatnya tidak lolos, melainkan rekam jejaknya. Dikeluarkan dari kampus, pernah masuk penjara karena kasus berat, siapa pula yang bisa mempercayakan perusahaan mereka kepada mantan napi sepertinya. Huh, stereotipe masyarakat memang begitu. Mau bagaimana lagi.

Dengan sedikit kesedihan yang menjejak dalam benaknya akan fakta itu, Ariel mencoba mengembalikan fokusnya. Ia memilih lowongan yang terdekat tanggal berakhirnya, mengecek informasi persyaratannya lalu bersiap menulis resume dan membuat ulang surat lamaran.

Namun begitu jarinya menyentuh keyboard, moodnya seketika hilang. “Tidak. Aku tidak bisa menulis sesuatu dengan perasaan campur aduk begini. Ah!”

Ariel mengacak rambutnya lalu menyibaknya dari dahi sampai tengkuk untuk menemukan lagi kestabilan emosinya.

Akhirnya, Ariel menutup lembar putih di layar dan beralih ke akun web novel tempatnya menulis. Ia membaca lagi komentar-komentar di unggahan karyanya.

Siapa yang naruh bawang di sini? (emotikon menangis)

Ini terlalu (emotikon menangis)

Apa ini miskah? Kenapa sad bgt. Ini bukan endingnya kan plis

Lanjut, kak, lanjut

Gila sih, Fall emang sebagus itu. Gak tahu kenapa kaya relate aja gitu konfliknya sama kehidupan nyata

Fall the best lah (emotikon jempol)

Penasaran sih ntar endingnya Fall bakal kaya gimana. Berharapnya semua masalah sama teka-tekinya clear, tapi kok bau-bau sad ending ya? No, aku tim happy ending

Ariel tersenyum membaca setiap komentar itu. Bagi penulis, apresiasi terbesar untuk karyanya adalah dibaca dan dikomentari. Dari beberapa karya yang terbengkalai dan tidak selesai, dalam dua tahun terakhir ini Ariel konsisten terhadap satu cerita. Novel fantasi yang ia tulis dan kembangkan berdasarkan kisah hidupnya sendiri. Dari hanya beberapa ratus pembaca lalu naik ke lima ribu, puluhan ribu, ratusan ribu, sampai sekarang mencapai tujuh juta pembaca.

Semangat lanjutin ceritanya kak @sunshine

Aku bayangin kalo novel ini jadi film atau drama pasti bakal pecah bgt

Berharap novel ini punya versi cetaknya, hayuk kak @sunshine (emotikon tersenyum)

Sukses selalu buat kak @sunshine. Gak sabar nunggu bab berikutnya

Sukses ya? Kalau saja mereka tahu, penulis Sunshine yang populer di internet ternyata hanyalah pengangguran. “Hah, satire di siang bolong.” Ariel mengejek dirinya sendiri.

Selalu dibuat penasaran di setiap bab. Keren. Lanjutkan (emotikon jempol)

Next next next

Up up up!

Ngalamat gak bisa tidur nih karena penasaran. Ayo up secepatnya kak @sunshine

Gawat. Dibanding mood menulis lamaran kerja, mood untuk melanjutkan novel jauh lebih membara. Tidak, sekali Ariel masuk dalam cerita, ia bisa lupa waktu, menulis sampai pagi buta. Kalau gitu kapan ia bisa dapat kerja? Ariel menepuk dua pipinya, menekan keinginan menulis dalam dirinya. Sebagai gantinya, ia menghibur diri dengan lanjut membaca beberapa komentar lagi yang ditinggalkan oleh pembacanya.

Gak kebayang sih kalo jadi tokoh utamanya (emotikon sedih)

Aku jadi ngerti kenapa cerita ini dijudulin Fall. Tahu gak sih feelnya pas baca itu loh bener-bener ngerasa kaya kitanya yang jatuh

Cobaan oh cobaan, kak @sunshine jangan dikasih yang terlalu sedih kaya gini (emotikon menangis)

Ariel hampir tertawa membaca komentar itu.

Habis happy terus sedih terus happy terus sedih, ah roller coaster pokoknya

Kalau dipikir-pikir ya, walaupun genrenya fantasi, tapi cerita di Fall tuh emang realistis sama kehidupan kita. Kaya siapa juga yang gak pernah ngerasain jatuh, ngerasain down dalam hidupnya

Mata Ariel berhenti pada komentar terakhir. Benar, siapa yang tidak pernah mengalami masa-masa terpuruk? Saat-saat jatuh dan merasa tidak berdaya? Merasa seluruh dunia berpaling darinya? Siapa orang di dunia ini yang tidak pernah mengalami persimpangan dalam hidupnya? Tidak ada.

Ariel menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengalihkan pandang dari layar ke jendela, menamati halaman yang temaram oleh cahaya bulan. Kalau diingat-ingat, persimpangan hidupnya mungkin dimulai saat itu, malam enam tahun yang lalu.

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Mantan Pacar

    Enam tahun laluSuara kecupan dan lenguhan menjadi satu-satunya musik yang mengiringi dua insan memadu nafsu. Bibir saling melumat, gigi bertabrakan, tubuh menempel, dan tangan saling menjelajah, tidak ada yang mampu mengganggu aktivitas mereka sekalipun gang yang sempit atau pejalan yang lewat. Tidak, sampai ujung mata Brian menangkap bayangan seseorang yang tampak familiar."Aku tidak tahu kalau skill ciumanmu sehebat itu."Aktivitas mereka berhenti sepenuhnya. Brian menatap panik sebelum kemudian mendorong dirinya menjauh dari perempuan yang tadi menempel padanya. Ia seakan disambar petir, terkejut. Dari semua orang yang berkemungkinan memergoki dirinya di tempat ini, kenapa harus Ariel?"A-aku bisa jelaskan."Ariel melipat kedua tangannya di depan dada, mengangkat dagu seakan menantang seseorang di depannya untuk bicara.Sepertinya ia ingin mengatakan banyak hal, tapi begitu mulutnya terbuka, ia tiba-tiba lupa ingin mengatakan a

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29
  • Penulis Cantik Mantan Napi   Pagi Kelabu

    Sudah makan?Apa kamu masih di kampus?Hei, kamu di mana? Aku beliin menu ayam baru dari warung langganan kita.Riel?Ariel?Bisa kita bicara?Aku telpon kamu ya?Riel?Kok gak diangkat?Ketemuan yuk?Kamu gak di apartemen?Kamu ke mana?Maafin aku, aku salah.Jawab, plis.Ariel meletakkan ponselnya di meja, mengabaikan semua pesan masuk dari Brian. Ia tidak ingin terganggu oleh masalah yang menurutnya sudah final terselesaikan.Ia beranjak dari kamar ke dapur untuk mengambil minum, tapi perhatiannya teralihkan oleh suara yang datang dari celah pintu kamar orang tuanya. Ya, sekarang ia berada di rumah orang tuanya, di kampung.Samar-samar Ariel mendengar percakapan papa dan mamanya yang intinya kondisi keuangan mereka sedang tidak baik. Dan bagaiman

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29
  • Penulis Cantik Mantan Napi   Tersangka

    Langit berkelambu awan dan bekas hujan semalam masih segar. Pagi ini, satu kehidupan berpulang ke pangkuan Tuhan.Ariel duduk menangkup wajah. Ia masih ingat ketika ujung jarinya tidak lagi merasakan hembusan napas Brian, ketika matanya tidak menangkap pergerakan naik turun di dada orang itu, Ariel tahu bahwa orang itu sudah tiada. Segalanya menjadi samar sejak ia memaksa pikirannya yang macet untuk bekerja, menelpon nomor darurat dengan tangan gemetar hebat hingga polisi datang dan dirinya di bawa ke kantor.Pintu ruangan itu dibuka dan dua orang laki-laki berjaket hitam masuk."Ariel Valeria Barsha?" Mendengar namanya disebut, Ariel mengangkat kepalanya dan dua orang itu duduk di seberang meja."Tentang kejadian pagi ini, kami akan mengambil keterangan darimu. Mohon kerja samanya." Salah satu yang lebih muda bicara."Kapan kau pertama kali menemukan mayat korban?"Mayat? Korban? Brian benar-benar sudah mati? Tapi bagaimana bisa? Dia dibunu

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29
  • Penulis Cantik Mantan Napi   Aku Bukan Pembunuhnya

    "Aku tidak membunuhnya, aku tidak melakukan apa-apa.""Lalu ke mana kau dari jam dua sampai jam lima? Apa yang kau lakukan?"Ariel mendesah frustasi. Sudah beberapa waktu dan dua orang di depannya terus menanyakan pertanyaan yang sama. Mereka terus mengulanginya seakan jawaban yang ia berikan sebelumnya salah. Apa yang sebenarnya mereka ingin ia katakan?"Sudah kubilang, aku terjatuh di tangga dan berbaring di sana."Orang itu berdecak. "Kau pikir kami akan percaya? Tidak ada bukti yang dapat mengonfimasi kebenaran kata-katamu. Katakan saja yang sejujurnya. Kau tahu, terus berbohong seperti ini tidak akan menguntungkanmu."Ariel menekan seluruh emosinya ke dalam, berusaha keras untuk tidak melayangkan tendangan kepada dua orang di depannya. "Sudah kukatakan, aku jatuh di tangga. Aku tidak peduli apakah kalian percaya atau tidak, tapi itulah kebenarannya. Dan tentang bukti. Kalian bilang aku tidak bisa membuktikan perkataanku. Lalu, apa kalian punya

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29
  • Penulis Cantik Mantan Napi   Perasaan

    Suatu hari, ada permintaan kunjungan untuknya. Setelah menelan banyak prasangka, dari lubuk hatinya ia berharap orang tuanyalah yang datang.Namun ia salah.Dalam ruangan ini, ia hanya melihat satu sosok. Wanita dengan setelan formal yang rapi dan itu jelas bukan mamanya. Cahaya yang sempat berkilau di matanya kembali redup, ekspresinya berubah semakin dingin.Wanita ini, ia tahu. Seorang pengacara terkenal, Kamila Erdogan, ibunya Brian.Tatapan mereka segera bertemu. Dari Ariel masuk ke ruangan sampai duduk di depannya, ia tidak melepaskan pandangannya. Pandangan dari dua manik tajam itu menguarkan tatapan mencemooh, benci, geram. Tapi jelas, dengan postur tubuh dan ekspresi wajah itu, ia masih menjaga ketenangan dan martabatnya dari menyerang orang di hadapannya."Kau tidak tampak terkejut? Kau pasti tahu siapa aku."Ariel menjawab dengan kebisuannya. Ya, ia tahu. Ia pernah melihat foto wanita ini di ponsel Brian. Brian pernah membicarakan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29
  • Penulis Cantik Mantan Napi   Orang yang Selalu Berada di Sisimu

    Selama menghabiskan beberapa hari dalam sel isolasi, Ariel akhirnya mendapatkan ketenangannya kembali. Ia memang membutuhkan ruang untuk sendiri dan mengekspresikan perasaannya. Setelah keluar, ia diberitahu kalau ada dua kali permintaan kunjungan untuknya. Tetapi karena ia kemarin berbuat ulah, kunjungan bulan ini dibatasi menjadi seminggu sekali.Ariel tidak banyak berharap kali ini. Kalau saja yang datang wanita itu lagi, ia akan langsung keluar ruangan tanpa sepatah kata pun.Tapi kali ini ia dibawa ke tempat yang berbeda. Ini bukan ruangan luas dengan meja dan kursi, ini ruangan dengan pembatas kaca. Dan di luar kaca transparan itu, ia bisa melihat sosok yang paling ia rindukan tengah menyambutnya dengan senyuman hangat."Mama?" Ariel langsung menghambur, menempelkan telapak tangannya di kaca. Ia sangat ingin memeluk sosok itu, merasakan harum aroma tubuhnya, merasakan usapan kasih sayangnya, tapi kaca ini sungguh batas yang menyiksa.Mamanya melakuk

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-02
  • Penulis Cantik Mantan Napi   Pengganggu

    Huh, Ariel menghembus napas jengah. Iklim sosial semacam ini pasti ada di mana saja. Di sekolah, di tempat tinggalnya, di tempat kuliah, di lingkungan mana pun itu ia selalu menemui jenis ekosistem seperti ini. Orang-orang membentuk kelompok, membangun kawanannya sendiri-sendiri dan bersaing untuk posisi tertentu dalam arena.Satu kelompok memastikan ia menguasai kantin, mereka bebas menyerobot antrian yang lain, menjahili orang-orang di luar kelompoknya, menciptakan hierarki transparan bahwa mereka berada di atas yang lainnya.Kelompok lainnya memiliki pemimpin yang tampak berkuasa dan berwibawa dengan seorang wanita bertubuh kekar dan tampak garang berada di sisinya. Mereka disegani dan selalu berjalan bersamaan, memastikan semua orang tunduk pada mereka.Kelompok lainnya lebih tenang, mengamati. Ia tidak menakuti siapa pun, tapi ada semacam peraturan tak tertulis yang membuat semua orang di sini akan segan. Mereka seperti sesepuh yang keramat untuk diusik.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-02
  • Penulis Cantik Mantan Napi   Siapa Bosnya

    Satu kelompok dan beberapa orang acak mengganggunya, Ariel kira itu hanya bagian dari sistem sosial di sini, yang kuat menindas yang lemah. Tapi nampaknya itu bukan yang terjadi padanya belakangan ini. Sekali dua kali, tidak masalah. Mungkin sebuah kebetulan ketika mereka bosan dan ia sedang berada dalam jangkauan mata mereka, mereka mengganggunya. Tapi bahkan saat mereka tidak melihatnya, mereka masih mengeluarkan tenaga untuk mencarinya. Tidakkah artinya mereka sengaja menargetkannya?Ariel mulai menerka sesuatu. "Tentu saja mereka tidak berinisiatif sendiri. Ada orang yang menyuruh mereka."Jadi hari ini ketika ia diganggu, Ariel tidak akan tinggal diam.Dan benar. Siang ini, pemimpin dari kelompok penguasa kantin datang ke mejanya hanya untuk menumpahkan teh ke piring makannya. Orang itu dengan santai berkata tidak sengaja lalu pergi dengan gembira bersama para pengikutnya.Apanya yang tidak disengaja, orang itu jelas-jelas menuangkan isi gelasnya! Hu

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-02

Bab terbaru

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Punggung yang Familiar

    Ruangan ini didesain dengan gaya kontemporer. Ada kursi-kursi mengelilingi meja memanjang dan sebuah layar besar menempel di dinding. Jendela kaca lebar menampakkan pemandangan kota, memberikan pencahayaan maksimal. Ditambah perpaduan warna putih dan navy yang lembut, tempat ini memberikan kesan cozy dan elegan.Di dalamnya, duduk empat orang berhadapan. Di satu sisi adalah wanita muda berkacamata, di sisi lainnya adalah dua laki-laki dan satu perempuan. Keempatnya sedang terlibat dalam pembicaraan.“Tugas utama yang harus dipenuhi tentu saja adalah membantu penulisan naskah, seperti mmberi masukan pada detail-detail deskripsi dan koreksi. Memberikan masukan selama proses produksi juga dibutuhkan.” Mita menjelaskan.Ariel mengangguk, mulai mendapatkan gambaran akan seperti apa kiranya kalau ia menerima tawaran kerja sama ini. Namun, sebelum ia bisa berkomentar, orang di sebelah kanannya lebih dulu bersuara. “Sampai batas apa kami bisa memberika

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Bekas Luka yang Tidak Bisa Hilang

    Setiap Ariel maju satu langkah, Kevin juga akan mundur satu langkah. Wajahnya berubah biru, raut kecemasan muncul, menjatuhkan kesombongan yang sempat bertengger di sana. Refleks ia berkata, “Kau mau apa?”Ariel berhenti saat tubuh Kevin terantuk meja di belakang. Santai, ia mengulurkan tangan ke depan, mengambil sandaran dan mengunci posisi Kevin. Melihat remaja di depannya sudah sangat tidak berdaya, senyum di wajah Ariel tersungging. “Tidak ada.” Ucapnya lalu menegakkan kembali tubuhnya, mundur satu langkah.“Jangan kira aku tidak tahu kau sengaja membuat masalah dengan adikku. Apapun itu, masalah antara kalian berdua tidak berkaitan dengan pekerjaannya di sini kan? Begini saja, kita anggap masalah ini selesai dan jika kau atau teman-temanmu masih memiliki sesuatu yang lain, lakukan saja lain kali, oke?” Setelah mengatakannya, Ariel berbalik.Sadar dirinya sedang ditekan, Kevin merasa tidak senang. Ia sama sekali tidak puas

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Anjing yang Berisik Harus Diberi Tahu Kapan Waktunya untuk Diam

    Dalam situasi tak terduga seperti itu, satu-satunya orang yang terpikirkan untuk Indah hubungi adalah Ariel. Ia dan Ariel baru kenal dua tahun belakangan ini, tapi mereka sudah akrab layaknya teman lama. Walaupun tidak tinggal dalam satu dusun yang sama, mereka bisa dibilang masih satu kampung halaman. Indah tidak pandai dalam akademik, tapi ia pekerja keras. Ia sadar dirinya hanya memiliki sedikit peluang untuk survive di perguruan tinggi seperti kebanyakan temannya. Oleh karena itu, setelah lulus SMA, ia memilih merantau mencari kerja.Berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Baginya yang tidak memiliki keterampilan khusus, sudah bagus untuk mendapatkan pekerjaan secepatnya dan tidak menganggur. Tetapi karena hal itulah, ia tidak memiliki teman dekat. Orang-orang di sekitarnya hilir mudik, datang dan pergi secepat daun yang gugur. Tempat di mana ia bekerja, di situlah teman-temannya berada. Setelah ia pindah, teman-temannya juga meng

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Waktu Tidak Menyembuhkan Segalanya

    Chevrolet camaro melaju di sepanjang jalan, membelah kerlip lampu dan lalu lintas malam. Ravi memacu mobilnya dengan kecepatan stabil, memamerkan deru mesinnya yang memukau.“Tumben banget kamu ngehubungi aku duluan, ternyata buat dijadiin sopir pribadi?” Katanya sambil setengah menoleh ke orang yang duduk di sampingnya.Gala yang disindir tidak mengelak, semakin membangkitkan minat Ravi untuk terus menggodanya. “Pantas saja si Tania kabur, jadi sekretaris tapi cuma diperdayakan sebagai sopir. Ya muaklah.”Kali ini Gala berdecak. “Berkendara saja yang benar, lihat ke depan, jangan noleh-noleh ke sini.”Sekarang giliran Ravi yang mendengus. “Santai aja, Gal. Kamu masih segitunya banget sama mobil. Jangan bilang sampai sekarang kamu masih belum berani nyetir?”Ravi melirik ke samping, tapi Gala yang ia ajak bicara bergeming, mengalihkan pandang keluar sambil diam-diam meremas sabuk pengamannya, tidak in

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Hal-Hal yang Tampak Jauh tapi Sebenarnya Dekat

    Sedih, marah, dan putus asa dituliskan dengan begitu epik dalam setiap rangkaian kata. Setiap untaian kalimatnya tegas, detail, tepat, memberikan perasaan akrab seolah penulis itu sendiri berada dalam medan cerita. Narasinya tidak pernah menghakimi, namun juga sangat pribadi, emosional. Hal-hal dalam cerita nampak jauh sekaligus dekat.Semakin Gala membaca, semakin heran ia. Awalnya ia hanya berpikir plot cerita ini menarik, tapi sekarang sesuatu sepertinya membuat benaknya gelisah. Seakan beberapa hal tersembunyi dan tak terkatakan dalam pikirannya tiba-tiba dikuliti, dipaparkan baris demi baris.“Pak Gala?”Gala masih tenggelam dalam tulisan yang ia baca dari layar tab di tangannya, sama sekali tidak memperhatikan ketika namanya disebut. Baru setelah panggilan ketiga, ia bisa menyadarkan dirinya.Rapat sekarang ini membahas tindak lanjut dari proyek drama Fantasia berikutnya. Walaupun posisi Gala adalah CEO, tapi peran utamanya dalam setiap

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Titik Cahaya

    [Saldo Anda Rp325.200,00]Angka yang mengerikan. Saldo rekeningnya benar-benar sekarat. Gaji dari kerja paruh waktunya yang terakhir terkikis, sedang pendapatannya dari menulis novel di web bulan ini belum cair. Hidup sebagai pengangguran memang serba sulit.Ariel merebahkan kembali kepalanya ke meja.Ranjana, “Coba kutebak, digitnya pasti jauh di bawah angka pembaca novelnya.”Lintang, “Kenyataan memang kejam.”Mendengar dua ocehan dari samping kanan dan kirinya, Ariel dengan cepat menegakkan kepala, menengok ke dua arah bergantian hanya untuk melihat para tersangka menyuap makanan mereka tanpa ekspresi seolah tidak ada yang terjadi. Ariel heran, mengapa dua anak yang tidak pernah akur itu selalu kompak untuk urusan menjahili dirinya.“Masih belum mendapatkan pekerjaan juga?” Sekarang suara datang dari arah seberang. Handoko yang bergabung dengan acara sarapan keluarga ini tidak ingin ketinggalan kesempat

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Keluarga

    Lintang tidak memiliki keluarga lain selain ibu dan ayahnya. Keluarga inti dari ibunya sudah tidak ada, hanya tinggal kerabat jauh yang semuanya berada di luar pulau dan kondisinya tidak terlalu baik. Mereka semua menolak hak asuh atas Lintang. Sementara itu, keluarga dari pihak ayahnya tidak ada yang dapat diandalkan. Pamannya belum menikah dan terlilit hutang. Bibinya berkeluarga, tapi kemudian berpisah, dan sekarang hidup berpindah-pindah tempat dan pekerjaan. Neneknya sudah tinggal di panti jompo sejak tiga tahun lalu.Tidak ada harapan. Lintang sempat berpikir bahwa memang ia ditakdirkan untuk hidup sendiri dan menjadi dewasa lebih cepat daripada orang lain. Ia sudah menyiapkan diri dan mental kalau-kalau pada akhirnya ia akan putus sekolah, lekas mencari kerja untuk menyambung hidup, dan meraba masa depan yang tidak pasti.Lintang tiba-tiba merasa dirinya berada di ruang terkunci yang gelap, terjebak di sana sendirian dan kesepian. Ia tidak memiliki harapan.

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Anak Yang Malang

    Dari dalam kamar terdengar suara keras. "Kau anak sialan tidak tahu diuntung! Tidak tahu berterima kasih! Berani membandingkanku dengan ibumu? Ibumu sudah mati, apa kau juga ingin mengikutinya ke alam baka? Berani-beraninya melawanku! Aku ayahmu!""Kau bukan ayahku! Aku tidak punya ayah!""Bilang apa kau, ha? Dasar anak kurang ajar!" Suara barang pecah terdengar. "Aku yang merawatmu sejak kecil, menghidupimu. Ibumu itu tidak berguna. Kau pikir siapa yang memberimu uang selama ini. Aku!""Persetan! Aku akan keluar dari rumah ini. Aku hanya tinggal karena ibuku. Sekarang ibuku sudah tidak ada, aku akan segera angkat kaki dari sini.""Dasar anak berandalan! Masih berani melawan? Mau ke mana kau?"Pintu kamar terbuka memperlihatkan satu remaja tanggung dengan kondisi berantakan dan beberapa goresan kecil di wajahnya tengah berusaha keluar, tapi ditahan oleh laki-laki setengah baya di belakangnya.Handoko segera bertindak, melepaskan cengkeraman

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Memulai

    Langit hari ini cerah. Sepanjang mata memandang hanya ada biru. Ariel menyipitkan matanya merasakan silau matahari menyapa begitu ia menginjakkan kaki di halaman. Ia menghirup napas dalam-dalam, membiarkan udara yang hangat memenuhi paru-parunya kemudian menghembuskannya dengan ringan. Ah, ini aroma kebebasan.Di depan gerbang yang terbuka itu, seseorang berdiri di samping mobil, menikmati setiap sesapan tembakau dari bibirnya."Ck, polusi udara." Ariel heran, apa enaknya menghirup asap? Sudut bibirnya melengkung tipis, ia memang gagal memahami orang itu sejak awal. Mengapa masih heran lagi?Menyampirkan tasnya di pundak, Ariel mengambil langkah menghampiri orang itu.Handoko selesai dengan rokoknya, membuang batangnya ke bawah lalu menginjaknya. "Selamat atas kebebasanmu.""Um." Ariel menanggapi seadanya. "Terima kasih.""Aneh. Kau tidak senang keluar dari penjara?"Tidak hanya bisa keluar dari penjara, ia bahkan dibebaskan dari tunt

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status