Home / Romansa / Penulis Cantik Mantan Napi / Aku Bukan Pembunuhnya

Share

Aku Bukan Pembunuhnya

Author: Adventyna
last update Last Updated: 2022-03-29 01:23:09

"Aku tidak membunuhnya, aku tidak melakukan apa-apa."

"Lalu ke mana kau dari jam dua sampai jam lima? Apa yang kau lakukan?"

Ariel mendesah frustasi. Sudah beberapa waktu dan dua orang di depannya terus menanyakan pertanyaan yang sama. Mereka terus mengulanginya seakan jawaban yang ia berikan sebelumnya salah. Apa yang sebenarnya mereka ingin ia katakan?

"Sudah kubilang, aku terjatuh di tangga dan berbaring di sana."

Orang itu berdecak. "Kau pikir kami akan percaya? Tidak ada bukti yang dapat mengonfimasi kebenaran kata-katamu. Katakan saja yang sejujurnya. Kau tahu, terus berbohong seperti ini tidak akan menguntungkanmu."

Ariel menekan seluruh emosinya ke dalam, berusaha keras untuk tidak melayangkan tendangan kepada dua orang di depannya. "Sudah kukatakan, aku jatuh di tangga. Aku tidak peduli apakah kalian percaya atau tidak, tapi itulah kebenarannya. Dan tentang bukti. Kalian bilang aku tidak bisa membuktikan perkataanku. Lalu, apa kalian punya bukti kalau akulah pelakunya? Kalian punya bukti aku membunuh Brian?"

Kali ini Ariel tidak menahan pikirannya lagi. Apa yang ingin ia katakan, ia keluarkan. Ia paling tidak suka disudutkan dan dituduh atas sesuatu yang tidak ia lakukan.

Sementara itu, satu orang yang telah memperhatikan semuanya beberapa saat yang lalu akhirnya melibatkan diri. Ia masuk dan menggiring dua orang di sana keluar lalu menutup pintu ruangan menguncinya. Orang ini adalah salah satu dari dua orang yang datang kemarin, orang yang hanya duduk mengamatinya dari seberang meja.

"Kau mantan pacar korban?" Handoko langsung bertanya tanpa pengantar apa-apa.

"Ya."

"Kau membunuhnya?"

Belum sempat Ariel menjawab, ia sudah diberondong pertanyaan lain.

"Bagaimana caramu membunuhnya? Kau mengundangnya ke apartemen lalu menikamnya? Kau sakit hati karena putus dengannya sampai ingin membunuhnya?"

Handoko mendekat, menatap intens ke kedua manik Ariel. "Atau dia berselingkuh dan kau merasa muak dengannya? Kalian bertengkar dan kau tidak sengaja membunuhnya? Kau takut ketahuan lalu membuat alibi dengan menelpon polisi?"

Ariel mendengarkan semua tuduhan itu, mendengarkan setiap pertanyaan yang menghakimi dirinya tanpa sedikitpun kesempatan untuk menjelaskan.

"Kau sudah selesai?" Begitu orang di hadapannya tidak lagi bicara, Ariel melanjutkan. "Benar, aku sakit hati karena dia selingkuh. Itu juga alasan kami putus, aku meminta putus dengannya. Aku benar-benar kesal sampai ingin memukulnya, menendangnya, membuatnya babak belur. Tapi tidak kulakukan."

Ariel menekan gigi-giginya kuat dan suaranya menjadi lebih dalam. "Dan kalau pun aku ingin membunuhnya, aku tidak akan menundanya walau hanya sehari. Saat aku memergokinya berciuman dengan perempuan lain, aku pasti akan melakukannya saat itu juga."

Intensitas tinggi dalam ruangan itu menciptakan ilusi kelengangan panjang saat mereka hanya terdiam sesaat.

"Lalu bagaimana bisa orang itu berakhir di dalam kamar apartemenmu?"

Ariel tidak sedikit pun melepaskan pandang dari sepasang mata tajam yang kini menatapnya. "Itu juga yang ingin aku tahu. Kenapa seseorang yang sudah kuputuskan dan sudah tidak kutemui selama sebulan bisa berakhir di sana."

Pandangan Handoko belum beralih, masih menyelami orang di hadapannya sebelum ia melempar satu pertanyaan lagi dengan suara yang lebih rendah. "Apa kau membunuhnya?"

Tanpa mengendurkan tatapannya, Ariel menjawab. "Aku.tidak.membunuhnya."  Ada penekanan di setiap katanya untuk menegaskan.

"Aku bukan pembunuhnya. Aku tidak membunuh siapa pun."

Tidak ada kata-kata lagi. Handoko menarik tatapannya lalu keluar dari ruangan begitu saja.

"Apa katanya?" Aji mengikuti langkah cepat Handoko.

"Dia tidak berbohong."

Handoko tidak menjawab langsung pertanyaannya, tapi Aji tahu apa maksudnya. Kalau Ariel tidak berbohong artinya ia bukan pembunuhnya. "Lalu bagaimana dengan kasusnya? Itu akan segera diserahkan ke kejaksaan. Aku tidak berpikir kejaksaan akan memperhatikan pernyataan itu."

Langkah mereka tiba-tiba berhenti. Aji ingin bertanya ada apa, tapi ia urungkan begitu ia melihat raut serius kapten timnya.

Di sana, di kantor kepala, Handoko melihat pimpinan tertinggi di markas mereka baru saja keluar dari ruangan bersama seseorang dan Handoko tahu siapa orang itu. Orang itu adalah Samuel, seorang jaksa penyidik.

Mengetahui orang itu terlibat, Handoko bisa menebak bahwa memang ada sesuatu yang tidak beres tentang kasus ini.

.

.

.

Tidak peduli apa yang aku katakan, mereka sudah memutuskan bahwa aku bersalah. Jaksa terus menyudutkan, pengacara tidak mau berbicara untukku, dan hakim hanya melihat drama di antara keduanya. Betapa tidak adilnya itu, betapa aku ingin marah dan berteriak pada dunia, tapi aku tetap tidak berdaya. Saat palu pengadilan diketuk, aku tahu, masa depanku sudah berakhir.

- Ariel Valeria Barsha -

.

.

.

Para jurnalis dari berbagai media sudah berkerumun di depan pintu masuk pengadilan. Jepretan kamera dan mikrofon bergerak mengikuti saat sosok berpakaian oranye digiring keluar dari gedung. Semua orang berusaha mendapatkan berita eksklusif mengenai kasus yang sedang panas tiga minggu belakangan ini tentang 'mahasiswi bunuh mantan pacar karena tidak terima diputus sepihak.' Ada banyak judul yang tak kalah heboh dan semuanya berisi kebohongan, fakta yang dibelokkan dengan bumbu-bumbu tidak terkait untuk membuatnya lebih dramatis.

Ariel tidak peduli bagaimana dunia memandangnya. Ia hanya peduli tentang keluarganya. Dengan banyaknya pemberitaan yang menyudutkannya, keluarganya pasti kena imbasnya juga.

Tapi fakta bahwa ia tidak mampu berbuat apa-apa sekali lagi menusuknya. Sepanjang perjalanan, Ariel tidak mengendurkan kedua tangannya yang saling terkepal, menciptakan cetakan merah dari kuku-kuku yang menggores telapak tangannya.

Setelah melalui berbagai prosedur, Ariel diarahkan ke salah satu sel. Ia sekarang resmi dipindahkan dari rutan ke lapas, menghuni sel ukuran 3×5 meter ini dengan status sebagai tahanan 1366.

Ariel masuk dengan lesu, melihat sebentar ke empat orang lain yang akan menjadi teman satu selnya kemudian duduk tanpa mengeluarkan suara.

Sementara itu, empat orang di sana saling bertukar pandang, memperlihatkan pemikiran yang sama tentang satu orang baru ini. Siapa dia?

Mengapa anak muda ini berakhir bersama mereka? Kejahatan apa yang ia lakukan? Mencuri? Menipu? Mengencani suami orang? Kekerasan? Atau.... narkoba? Karena tidak memiliki cukup informasi, mereka memutuskan untuk belum melakukan apa-apa. Siapa yang tahu apakah orang ini tipe yang mudah atau orang dengan kekuasaan. Intinya, mereka tidak ingin terlibat dengan orang yang salah.

Ariel tidak tahu tentang pikiran mereka, tidak juga peduli. Ia masih tenggelam dalam pikirannya sendiri. Menjadi pendiam dan tenang, ia sangat berbeda dari sikapnya yang biasa. Waktu berlalu, siang dan malam terlewati seperti mimpi. Dan Ariel tidak bersusah payah untuk bersuara, apalagi mencoba bersosialisasi. Hidupnya sementara berjalan seperti roda mati.

Ia belum mendapat kunjungan dari kerabatnya, belum juga mendapat kabar tentang mereka. Ia begitu frustasi dengan pikiran-pikiran buruknya sendiri. Bagaimana jika papa mamanya tidak mempercayainya?

Perasaan negatif itu hampir mencekiknya. Apa yang harus ia lakukan?

Bersambung

Related chapters

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Perasaan

    Suatu hari, ada permintaan kunjungan untuknya. Setelah menelan banyak prasangka, dari lubuk hatinya ia berharap orang tuanyalah yang datang.Namun ia salah.Dalam ruangan ini, ia hanya melihat satu sosok. Wanita dengan setelan formal yang rapi dan itu jelas bukan mamanya. Cahaya yang sempat berkilau di matanya kembali redup, ekspresinya berubah semakin dingin.Wanita ini, ia tahu. Seorang pengacara terkenal, Kamila Erdogan, ibunya Brian.Tatapan mereka segera bertemu. Dari Ariel masuk ke ruangan sampai duduk di depannya, ia tidak melepaskan pandangannya. Pandangan dari dua manik tajam itu menguarkan tatapan mencemooh, benci, geram. Tapi jelas, dengan postur tubuh dan ekspresi wajah itu, ia masih menjaga ketenangan dan martabatnya dari menyerang orang di hadapannya."Kau tidak tampak terkejut? Kau pasti tahu siapa aku."Ariel menjawab dengan kebisuannya. Ya, ia tahu. Ia pernah melihat foto wanita ini di ponsel Brian. Brian pernah membicarakan

    Last Updated : 2022-03-29
  • Penulis Cantik Mantan Napi   Orang yang Selalu Berada di Sisimu

    Selama menghabiskan beberapa hari dalam sel isolasi, Ariel akhirnya mendapatkan ketenangannya kembali. Ia memang membutuhkan ruang untuk sendiri dan mengekspresikan perasaannya. Setelah keluar, ia diberitahu kalau ada dua kali permintaan kunjungan untuknya. Tetapi karena ia kemarin berbuat ulah, kunjungan bulan ini dibatasi menjadi seminggu sekali.Ariel tidak banyak berharap kali ini. Kalau saja yang datang wanita itu lagi, ia akan langsung keluar ruangan tanpa sepatah kata pun.Tapi kali ini ia dibawa ke tempat yang berbeda. Ini bukan ruangan luas dengan meja dan kursi, ini ruangan dengan pembatas kaca. Dan di luar kaca transparan itu, ia bisa melihat sosok yang paling ia rindukan tengah menyambutnya dengan senyuman hangat."Mama?" Ariel langsung menghambur, menempelkan telapak tangannya di kaca. Ia sangat ingin memeluk sosok itu, merasakan harum aroma tubuhnya, merasakan usapan kasih sayangnya, tapi kaca ini sungguh batas yang menyiksa.Mamanya melakuk

    Last Updated : 2022-04-02
  • Penulis Cantik Mantan Napi   Pengganggu

    Huh, Ariel menghembus napas jengah. Iklim sosial semacam ini pasti ada di mana saja. Di sekolah, di tempat tinggalnya, di tempat kuliah, di lingkungan mana pun itu ia selalu menemui jenis ekosistem seperti ini. Orang-orang membentuk kelompok, membangun kawanannya sendiri-sendiri dan bersaing untuk posisi tertentu dalam arena.Satu kelompok memastikan ia menguasai kantin, mereka bebas menyerobot antrian yang lain, menjahili orang-orang di luar kelompoknya, menciptakan hierarki transparan bahwa mereka berada di atas yang lainnya.Kelompok lainnya memiliki pemimpin yang tampak berkuasa dan berwibawa dengan seorang wanita bertubuh kekar dan tampak garang berada di sisinya. Mereka disegani dan selalu berjalan bersamaan, memastikan semua orang tunduk pada mereka.Kelompok lainnya lebih tenang, mengamati. Ia tidak menakuti siapa pun, tapi ada semacam peraturan tak tertulis yang membuat semua orang di sini akan segan. Mereka seperti sesepuh yang keramat untuk diusik.

    Last Updated : 2022-04-02
  • Penulis Cantik Mantan Napi   Siapa Bosnya

    Satu kelompok dan beberapa orang acak mengganggunya, Ariel kira itu hanya bagian dari sistem sosial di sini, yang kuat menindas yang lemah. Tapi nampaknya itu bukan yang terjadi padanya belakangan ini. Sekali dua kali, tidak masalah. Mungkin sebuah kebetulan ketika mereka bosan dan ia sedang berada dalam jangkauan mata mereka, mereka mengganggunya. Tapi bahkan saat mereka tidak melihatnya, mereka masih mengeluarkan tenaga untuk mencarinya. Tidakkah artinya mereka sengaja menargetkannya?Ariel mulai menerka sesuatu. "Tentu saja mereka tidak berinisiatif sendiri. Ada orang yang menyuruh mereka."Jadi hari ini ketika ia diganggu, Ariel tidak akan tinggal diam.Dan benar. Siang ini, pemimpin dari kelompok penguasa kantin datang ke mejanya hanya untuk menumpahkan teh ke piring makannya. Orang itu dengan santai berkata tidak sengaja lalu pergi dengan gembira bersama para pengikutnya.Apanya yang tidak disengaja, orang itu jelas-jelas menuangkan isi gelasnya! Hu

    Last Updated : 2022-04-02
  • Penulis Cantik Mantan Napi   Mereka

    Menyaksikan dua kontras situasi ini, satu orang yang masih mengambang di muka pintu lekas kembali ke tempat tiga temannya berada. Dengan linglung ia berkata. "Lihat, bukan masalah besar.""Ya, itu bukan masalah besar.""Masalah apa? Kita tidak melihat apa-apa. Tidak ada yang terjadi.""Tentu saja, haha. Bukankah kita masih punya pekerjaan di dapur? Kita belum mencuci peralatan makan."Dan begitu, empat orang dengan pemikiran liarnya memutuskan untuk menunda urusannya di kamar mandi dan kembali ke tempat mereka berada sebelumnya.Empat orang pergi dengan tenang. Delapan orang mengeluh karena kehilangan lauk makan siang dan satu orang berbahagia karena keterjaminan makanan yang akan ia dapatkan besok.Ariel tidak tahu akan taruhan yang orang-orang lakukan, juga tidak tahu tentang pemikiran empat orang yang melayang semakin liar. Ia hanya tahu ketika kembali ke sel, empat orang lainnya di dalam sama sekali tidak mau menatapnya bahkan menghindar

    Last Updated : 2022-04-04
  • Penulis Cantik Mantan Napi   Kisah

    Handoko baru saja keluar dari pintu lapas, berjalan menyusuri halaman gersang sebelum sampai ke mobilnya. Ia merebahkan kepalanya di sandaran kursi, mengingat pertanyaan Ariel yang terngiang di pikirannya, kenapa melakukan semua ini?Ini kali kedua ia datang menjenguk anak itu dan mendapat pertanyaan yang sama, tapi tetap saja, ia tidak terbiasa.Memejamkan mata, mencari ke kedalaman pikirannya. Untuk apa semua hal yang ia lakukan? Murni kemanusiaan? Rasa tanggung jawab? Prinsip? Bukan semua itu!Membuka kembali kelopak matanya, Handoko tidak menemukan jawaban. Ia tidak tahu alasan mengapa ia segigih ini untuk orang asing yang baru beberapa kali ia temui. Ia tidak tahu, mungkin lebih tepatnya tidak punya. Ia tidak memiliki alasan apa pun.Handoko meraih sebatang rokok dari sakunya, menyalakannya, dan membiarkan asap mengepul keluar dari jendela mobil yang terbuka. Ia kemudian membuka laci mobil dan mengeluarkan selembar foto dari sana. Foto dirinya yang t

    Last Updated : 2022-04-15
  • Penulis Cantik Mantan Napi   Membebaskan

    Suatu hari, Handoko mendapat kabar bahwa adiknya ditahan di kantor polisi karena kasus penyerangan. Adiknya dituduh melakukan penyerangan menusuk mata kiri teman kerjanya sampai cacat. Dan adiknya bersikeras menjelaskan bahwa kejadiannya tidak seperti apa yang dikatakan oleh temannya itu.Indriana mengatakan bahwa ia tidak dengan sengaja melakukannya. Teman-temannya, termasuk orang yang mengaku sebagai korban, telah menindasnya di tempat kerja. Ia hanya melakukan pembelaan diri. Dan bahwa orang itu tertusuk akibat ulah orang itu sendiri, bukan karenanya. Tetapi teman-teman yang lain memberikan kesaksian yang berbeda. Tidak ada yang percaya kata-katanya.Handoko dan ibunya percaya, adiknya tidak akan pernah melakukan hal buruk itu. Namun, kepercayaan itu sama sekali tidak berguna di mata hukum.Karena korbannya adalah anak dari seorang pejabat politik, adiknya dengan seksama diproses tanpa penyelidikan. Handoko dan ibunya yang hanya orang biasa tak berdaya. Merek

    Last Updated : 2022-04-16
  • Penulis Cantik Mantan Napi   Memulai

    Langit hari ini cerah. Sepanjang mata memandang hanya ada biru. Ariel menyipitkan matanya merasakan silau matahari menyapa begitu ia menginjakkan kaki di halaman. Ia menghirup napas dalam-dalam, membiarkan udara yang hangat memenuhi paru-parunya kemudian menghembuskannya dengan ringan. Ah, ini aroma kebebasan.Di depan gerbang yang terbuka itu, seseorang berdiri di samping mobil, menikmati setiap sesapan tembakau dari bibirnya."Ck, polusi udara." Ariel heran, apa enaknya menghirup asap? Sudut bibirnya melengkung tipis, ia memang gagal memahami orang itu sejak awal. Mengapa masih heran lagi?Menyampirkan tasnya di pundak, Ariel mengambil langkah menghampiri orang itu.Handoko selesai dengan rokoknya, membuang batangnya ke bawah lalu menginjaknya. "Selamat atas kebebasanmu.""Um." Ariel menanggapi seadanya. "Terima kasih.""Aneh. Kau tidak senang keluar dari penjara?"Tidak hanya bisa keluar dari penjara, ia bahkan dibebaskan dari tunt

    Last Updated : 2022-04-17

Latest chapter

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Punggung yang Familiar

    Ruangan ini didesain dengan gaya kontemporer. Ada kursi-kursi mengelilingi meja memanjang dan sebuah layar besar menempel di dinding. Jendela kaca lebar menampakkan pemandangan kota, memberikan pencahayaan maksimal. Ditambah perpaduan warna putih dan navy yang lembut, tempat ini memberikan kesan cozy dan elegan.Di dalamnya, duduk empat orang berhadapan. Di satu sisi adalah wanita muda berkacamata, di sisi lainnya adalah dua laki-laki dan satu perempuan. Keempatnya sedang terlibat dalam pembicaraan.“Tugas utama yang harus dipenuhi tentu saja adalah membantu penulisan naskah, seperti mmberi masukan pada detail-detail deskripsi dan koreksi. Memberikan masukan selama proses produksi juga dibutuhkan.” Mita menjelaskan.Ariel mengangguk, mulai mendapatkan gambaran akan seperti apa kiranya kalau ia menerima tawaran kerja sama ini. Namun, sebelum ia bisa berkomentar, orang di sebelah kanannya lebih dulu bersuara. “Sampai batas apa kami bisa memberika

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Bekas Luka yang Tidak Bisa Hilang

    Setiap Ariel maju satu langkah, Kevin juga akan mundur satu langkah. Wajahnya berubah biru, raut kecemasan muncul, menjatuhkan kesombongan yang sempat bertengger di sana. Refleks ia berkata, “Kau mau apa?”Ariel berhenti saat tubuh Kevin terantuk meja di belakang. Santai, ia mengulurkan tangan ke depan, mengambil sandaran dan mengunci posisi Kevin. Melihat remaja di depannya sudah sangat tidak berdaya, senyum di wajah Ariel tersungging. “Tidak ada.” Ucapnya lalu menegakkan kembali tubuhnya, mundur satu langkah.“Jangan kira aku tidak tahu kau sengaja membuat masalah dengan adikku. Apapun itu, masalah antara kalian berdua tidak berkaitan dengan pekerjaannya di sini kan? Begini saja, kita anggap masalah ini selesai dan jika kau atau teman-temanmu masih memiliki sesuatu yang lain, lakukan saja lain kali, oke?” Setelah mengatakannya, Ariel berbalik.Sadar dirinya sedang ditekan, Kevin merasa tidak senang. Ia sama sekali tidak puas

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Anjing yang Berisik Harus Diberi Tahu Kapan Waktunya untuk Diam

    Dalam situasi tak terduga seperti itu, satu-satunya orang yang terpikirkan untuk Indah hubungi adalah Ariel. Ia dan Ariel baru kenal dua tahun belakangan ini, tapi mereka sudah akrab layaknya teman lama. Walaupun tidak tinggal dalam satu dusun yang sama, mereka bisa dibilang masih satu kampung halaman. Indah tidak pandai dalam akademik, tapi ia pekerja keras. Ia sadar dirinya hanya memiliki sedikit peluang untuk survive di perguruan tinggi seperti kebanyakan temannya. Oleh karena itu, setelah lulus SMA, ia memilih merantau mencari kerja.Berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Baginya yang tidak memiliki keterampilan khusus, sudah bagus untuk mendapatkan pekerjaan secepatnya dan tidak menganggur. Tetapi karena hal itulah, ia tidak memiliki teman dekat. Orang-orang di sekitarnya hilir mudik, datang dan pergi secepat daun yang gugur. Tempat di mana ia bekerja, di situlah teman-temannya berada. Setelah ia pindah, teman-temannya juga meng

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Waktu Tidak Menyembuhkan Segalanya

    Chevrolet camaro melaju di sepanjang jalan, membelah kerlip lampu dan lalu lintas malam. Ravi memacu mobilnya dengan kecepatan stabil, memamerkan deru mesinnya yang memukau.“Tumben banget kamu ngehubungi aku duluan, ternyata buat dijadiin sopir pribadi?” Katanya sambil setengah menoleh ke orang yang duduk di sampingnya.Gala yang disindir tidak mengelak, semakin membangkitkan minat Ravi untuk terus menggodanya. “Pantas saja si Tania kabur, jadi sekretaris tapi cuma diperdayakan sebagai sopir. Ya muaklah.”Kali ini Gala berdecak. “Berkendara saja yang benar, lihat ke depan, jangan noleh-noleh ke sini.”Sekarang giliran Ravi yang mendengus. “Santai aja, Gal. Kamu masih segitunya banget sama mobil. Jangan bilang sampai sekarang kamu masih belum berani nyetir?”Ravi melirik ke samping, tapi Gala yang ia ajak bicara bergeming, mengalihkan pandang keluar sambil diam-diam meremas sabuk pengamannya, tidak in

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Hal-Hal yang Tampak Jauh tapi Sebenarnya Dekat

    Sedih, marah, dan putus asa dituliskan dengan begitu epik dalam setiap rangkaian kata. Setiap untaian kalimatnya tegas, detail, tepat, memberikan perasaan akrab seolah penulis itu sendiri berada dalam medan cerita. Narasinya tidak pernah menghakimi, namun juga sangat pribadi, emosional. Hal-hal dalam cerita nampak jauh sekaligus dekat.Semakin Gala membaca, semakin heran ia. Awalnya ia hanya berpikir plot cerita ini menarik, tapi sekarang sesuatu sepertinya membuat benaknya gelisah. Seakan beberapa hal tersembunyi dan tak terkatakan dalam pikirannya tiba-tiba dikuliti, dipaparkan baris demi baris.“Pak Gala?”Gala masih tenggelam dalam tulisan yang ia baca dari layar tab di tangannya, sama sekali tidak memperhatikan ketika namanya disebut. Baru setelah panggilan ketiga, ia bisa menyadarkan dirinya.Rapat sekarang ini membahas tindak lanjut dari proyek drama Fantasia berikutnya. Walaupun posisi Gala adalah CEO, tapi peran utamanya dalam setiap

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Titik Cahaya

    [Saldo Anda Rp325.200,00]Angka yang mengerikan. Saldo rekeningnya benar-benar sekarat. Gaji dari kerja paruh waktunya yang terakhir terkikis, sedang pendapatannya dari menulis novel di web bulan ini belum cair. Hidup sebagai pengangguran memang serba sulit.Ariel merebahkan kembali kepalanya ke meja.Ranjana, “Coba kutebak, digitnya pasti jauh di bawah angka pembaca novelnya.”Lintang, “Kenyataan memang kejam.”Mendengar dua ocehan dari samping kanan dan kirinya, Ariel dengan cepat menegakkan kepala, menengok ke dua arah bergantian hanya untuk melihat para tersangka menyuap makanan mereka tanpa ekspresi seolah tidak ada yang terjadi. Ariel heran, mengapa dua anak yang tidak pernah akur itu selalu kompak untuk urusan menjahili dirinya.“Masih belum mendapatkan pekerjaan juga?” Sekarang suara datang dari arah seberang. Handoko yang bergabung dengan acara sarapan keluarga ini tidak ingin ketinggalan kesempat

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Keluarga

    Lintang tidak memiliki keluarga lain selain ibu dan ayahnya. Keluarga inti dari ibunya sudah tidak ada, hanya tinggal kerabat jauh yang semuanya berada di luar pulau dan kondisinya tidak terlalu baik. Mereka semua menolak hak asuh atas Lintang. Sementara itu, keluarga dari pihak ayahnya tidak ada yang dapat diandalkan. Pamannya belum menikah dan terlilit hutang. Bibinya berkeluarga, tapi kemudian berpisah, dan sekarang hidup berpindah-pindah tempat dan pekerjaan. Neneknya sudah tinggal di panti jompo sejak tiga tahun lalu.Tidak ada harapan. Lintang sempat berpikir bahwa memang ia ditakdirkan untuk hidup sendiri dan menjadi dewasa lebih cepat daripada orang lain. Ia sudah menyiapkan diri dan mental kalau-kalau pada akhirnya ia akan putus sekolah, lekas mencari kerja untuk menyambung hidup, dan meraba masa depan yang tidak pasti.Lintang tiba-tiba merasa dirinya berada di ruang terkunci yang gelap, terjebak di sana sendirian dan kesepian. Ia tidak memiliki harapan.

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Anak Yang Malang

    Dari dalam kamar terdengar suara keras. "Kau anak sialan tidak tahu diuntung! Tidak tahu berterima kasih! Berani membandingkanku dengan ibumu? Ibumu sudah mati, apa kau juga ingin mengikutinya ke alam baka? Berani-beraninya melawanku! Aku ayahmu!""Kau bukan ayahku! Aku tidak punya ayah!""Bilang apa kau, ha? Dasar anak kurang ajar!" Suara barang pecah terdengar. "Aku yang merawatmu sejak kecil, menghidupimu. Ibumu itu tidak berguna. Kau pikir siapa yang memberimu uang selama ini. Aku!""Persetan! Aku akan keluar dari rumah ini. Aku hanya tinggal karena ibuku. Sekarang ibuku sudah tidak ada, aku akan segera angkat kaki dari sini.""Dasar anak berandalan! Masih berani melawan? Mau ke mana kau?"Pintu kamar terbuka memperlihatkan satu remaja tanggung dengan kondisi berantakan dan beberapa goresan kecil di wajahnya tengah berusaha keluar, tapi ditahan oleh laki-laki setengah baya di belakangnya.Handoko segera bertindak, melepaskan cengkeraman

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Memulai

    Langit hari ini cerah. Sepanjang mata memandang hanya ada biru. Ariel menyipitkan matanya merasakan silau matahari menyapa begitu ia menginjakkan kaki di halaman. Ia menghirup napas dalam-dalam, membiarkan udara yang hangat memenuhi paru-parunya kemudian menghembuskannya dengan ringan. Ah, ini aroma kebebasan.Di depan gerbang yang terbuka itu, seseorang berdiri di samping mobil, menikmati setiap sesapan tembakau dari bibirnya."Ck, polusi udara." Ariel heran, apa enaknya menghirup asap? Sudut bibirnya melengkung tipis, ia memang gagal memahami orang itu sejak awal. Mengapa masih heran lagi?Menyampirkan tasnya di pundak, Ariel mengambil langkah menghampiri orang itu.Handoko selesai dengan rokoknya, membuang batangnya ke bawah lalu menginjaknya. "Selamat atas kebebasanmu.""Um." Ariel menanggapi seadanya. "Terima kasih.""Aneh. Kau tidak senang keluar dari penjara?"Tidak hanya bisa keluar dari penjara, ia bahkan dibebaskan dari tunt

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status