Share

Pembunuh!

Penulis: SweetWater
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-06 11:09:02

“Oh, sudah sadar rupanya?”

Suara itu membuyarkan lamunan Aleeta. Ia segera menoleh dan menemukan Sonya yang sedang berdiri di dekat pintu.

“Aku kira kamu akan mati dalam kecelakaan tadi?” Lagi-lagi Sonya kembali bersuara.

Aleeta memejamkan mata sebelum kemudian ia berkata. “Ya. Jika bisa memilih aku memang lebih baik memilih untuk mati dalam kecelakaan tadi,” desisnya tajam.

Sonya memicing. “Lalu kenapa kamu tidak mati saja, heh? Dari pada membuatku repot begini. Kamu tahu berapa banyak waktuku yang terbuang hanya untuk menunggumu di sini?”

Aleeta tidak habis pikir. Ia baru saja terbangun beberapa menit yang lalu. Tapi kenapa Sonya sudah tega mengatakan hal seperti itu pada dirinya? Apa tidak ada hal lain yang bisa Ibunya katakan selain mengatakan tentang kematiannya? Apa memang sebegitu tidak berharganya Aleeta di mata Ibunya, hingga wanita itu mengharapkan kematiannya?

“Ma ...” Aleeta menatap Sonya. “Kalau Mama ingin aku mati, kenapa Mama nggak membiarkan aku tergeletak di jalanan saja tadi? Kenapa malah membawaku ke sini?!” Teriaknya marah.

“Kamu pikir aku yang membawamu ke sini?! Cuih!” Sonya membuang ludahnya ke samping. “Orang-orang itu yang membawamu ke sini, Aleeta. Aku terpaksa ikut hanya gara-gara aku tidak ingin repot jika ada orang yang menghubungiku nomorku.”

Aleeta berteriak histeris. “Jika aku mati Mama memang nggak akan merasa repot lagi, kan?! Harusnya biarkan aku mati saja, Ma.”

“Kamu—“

“Kenapa?! Mama ingin menamparku?” Aleeta memicing ke arah Sonya yang sudah mengangkat tangan kanannya. “Tampar, Ma. Aku—“

Mata Aleeta terpejam saat satu tamparan itu benar-benar mendarat secara cepat di pipinya. Apakah perih? Tentu saja iya. Tapi Aleeta mencoba untuk tidak merasakannya, karena rasa perih di pipinya itu tetap tak akan sebanding dengan perih yang di rasakan hatinya.

“Masih ingin mencoba untuk melawanku?” Aleeta hanya bisa diam saat Sonya mulai mencengkeram kuat dagunya. “Jangan pernah berani untuk melawanku lagi. Ingat itu! Membuang-buang tenagaku saja.”

Aleeta tetap terdiam. Sebisa mungkin untuk menahan rasa sakit, kekecewaan dan desakan untuk menangis. Aleeta yakin ia masih bisa menahan semua ini.

***

Sonya kembali masuk ke ruang perawatan yang di tempati Aleeta, setelah suster yang mengecek kondisi putrinya tadi sudah keluar dari sana.

Aleeta berjalan tertatih, mendekati Sonya. “Apa Mama tahu keadaan orang yang kecelakaan denganku tadi? Apa dia juga di rawat di rumah sakit ini?”

“Ck! Itu bukanlah urusanku!” ketus Sonya.

Aleeta hanya mampu terdiam, ia kembali berjalan tertatih di belakang Sonya yang sudah lebih dulu melangkah di depannya. Bahkan dalam keadaan seperti ini saja Ibunya tetap tidak mau membantunya. Aleeta tidak ingin meminta lebih, hanya sedikit saja kasih sayang dari Sonya, setidaknya Ibunya mau membantunya berjalan itu sudah lebih dari cukup. Tapi percuma saja. Ibarat Aleeta mengharapkan salju turun di negara tempat tinggalnya.

“Aleeta, cepatlah! Lama sekali sih kamu seperti siput!” Sonya berseru jengkel karena Aleeta masih tertinggal jauh di belakangnya.

Sebisa mungkin Aleeta mencoba untuk menahan rasa sakit yang sedang ia rasakan. Sakit karena lukanya, juga dengan sakit atas perkataan Ibunya.

Samar-samar Aleeta mendengar suara orang menangis di lorong sebelah kiri. Ia menoleh dan ternyata suara itu berasal dari orang-orang yang sedang berdiri di depan ruang operasi.

Hal itu tiba-tiba saja mengingatkan Aleeta akan sesuatu.

“Suster.” Aleeta segera menghentikan seorang suster yang baru saja melintas.

“Ya, ada yang bisa saya bantu?”

Sebenarnya Aleeta tidak yakin dengan hal ini, tapi demi membuktikan kebenarannya Aleeta harus bertanya untuk mendapat jawaban.

“Em, saya ingin bertanya, apa mereka keluarga dari korban kecelakaan lalu lintas yang terjadi beberapa saat yang lalu?” Tanya Aleeta sembari menunjuk ke arah ruang operasi.

“Betul sekali, Nona. Saat ini korban sedang menjalani operasi karena korban mendapat luka yang cukup serius dari kecelakaan tadi.”

Apa? Luka yang cukup serius? Bagaimana bisa? Aleeta memilih untuk mengabaikan semua pertanyaan itu. Ia segera mengucapkan terima kasih kepada suster tersebut, lalu menatap kosong ke arah ruang operasi.

Sonya sudah tidak terlihat, mungkin wanita itu memang sudah benar-benar meninggalkan Aleeta. Dan Aleeta sama sekali tidak peduli. Saat ini Aleeta lebih peduli dengan keadaan dari keluarga korban atau lebih tepatnya orang yang telah menyelamatkannya tadi.

Tiba-tiba Aleeta merasa begitu bersalah. Seandainya wanita yang sedang berada di ruang operasi tadi tidak menyelamatkannya, mungkin ia tidak perlu mengalami hal seperti ini. Bukankah seharusnya Aleeta lah yang saat ini ada di ruang operasi? Atau bahkan mungkin saat ini seharusnya Aleeta sudah mati.

Ya, seharusnya memang dirinya mati saja.

Aleeta tidak tahu harus berbuat apa. Ia benar-benar bingung sekarang. Akhirnya Aleeta memutuskan untuk mendekati ruang operasi. Berniat menemui keluarga wanita yang menolongnya tadi. Ada dua orang pria berpenampilan rapi lengkap dengan setelan jas mahalnya, dan satu wanita paruh baya yang sedang berusaha menenangkan salah satu pria yang sedang menangis di sana.

“Ma, Sesilia, Ma ...”

Aleeta mendengar isak tangis pria berjas hitam itu saat langkahnya kian mendekat. Aleeta terus melangkah pelan, sembari berpegangan pada dinding rumah sakit.

“Tenanglah, Nicholas. Semuanya pasti akan baik-baik saja.”

“Bagaimana aku bisa tenang, Ma. Di sana ...” Nicholas tak sanggup melanjutkan perkataan.

Aleeta ikut meringis saat mendengar nada ketakutan dari pria tersebut. Entah apa hubungan wanita bernama Sesilia dan pria tersebut, yang bisa Aleeta simpulkan, bahwa pria itu terlihat sangat mengkhawatirkan Sesilia.

Langkah Aleeta terhenti saat melihat pintu ruang operasi terbuka, dan seorang dokter keluar dari sana. Pria yang sedang menangis tadi segera mendekati sang dokter.

“B-bagaimana keadaannya, Dok? Bagaimana keadaan calon istri saya?”

Aleeta langsung membungkam mulutnya saat mengetahui bahwa wanita bernama Sesilia itu ternyata adalah calon istri dari pria tersebut. Ya Tuhan, Aleeta semakin merasa bersalah atas kejadian kecelakaan tadi.

“Aleeta!”

Aleeta terkejut ketika mendengar suara teriakan di ikuti dengan jambakan pada rambutnya.

“Bagus sekali. Aku sudah repot-repot menunggumu di luar sana, ternyata kamu malah sibuk bengong di sini!” Ketus Sonya.

“M-ma, sakit. Mama bisa pelankan suara sedikit. Ini rumah sakit jadi jangan berteriak kalau nggak ingin di tegur oleh pihak rumah sakit,” jawab Aleeta sembari berusaha melepaskan jambakan Ibunya. “Sebentar, Ma. Aku ingin menemui mereka,” ujar Aleeta sembari menunjuk ruang operasi.

Sial, gara-gara kedatangan Sonya, Aleeta jadi tidak bisa mendengar apa yang sedang dokter itu katakan.

“Memangnya mereka siapa?! Apa pentingnya untukmu?!”

“Mereka keluarga dari wanita yang menolongku tadi, Ma.”

Sonya memelotot. “Dasar bodoh! Kalau begitu, seharusnya kamu jangan temui mereka. Biarkan saja mereka, kita pergi sekarang.”

Aleeta menggeleng. “Nggak, Ma. Aku harus minta maaf.”

Aleeta sedikit bingung ketika melihat pria yang menangis tadi sudah tidak ada di tempatnya. Di sana hanya tersisa wanita paruh baya tadi, dan pria yang satunya. Mereka tampak bersedih.

“Permisi.”

Wanita paruh baya dan pria yang memiliki wajah datar itu segera menoleh.

“Ya?” Meski sedang bersedih, wanita paruh baya itu tetap berusaha bersikap ramah kepada Aleeta.

“S-saya ... Saya, Aleeta. Wanita yang hampir mengalami kecelakaan tadi,” ujarnya dengan jantung berdegup kencang. Entah kenapa tiba-tiba Aleeta merasa takut, terlebih saat pria berwajah datar di depannya langsung berubah menatapnya tajam. “S-saya ingin—“

“Apa yang kamu lakukan di sini?”

Aleeta terkejut ketika mendengar suara dingin yang begitu menusuk telinganya tersebut. Ia segera menoleh dan mendapati pria berjas hitam tadi berjalan keluar dari ruang operasi.

“S-saya—“

“Pembunuh!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Awal Dari Sebuah Kebencian

    “Tenanglah, Nicholas. Semuanya pasti akan baik-baik saja.” Karina—Ibu Nicholas berusaha menenangkan putranya.Karina tiba di rumah sakit satu jam setelah kecelakaan itu terjadi.“Bagaimana aku bisa tenang, Ma. Di sana ...” Nicholas tak sanggup melanjutkan perkataan.Karina mengangguk, paham dengan apa yang Nicholas rasakan. Ia hanya terus memeluk sembari mengusap lengan putranya sampai tiba-tiba pintu ruang operasi itu terbuka. Nicholas segera berdiri, menghapus air matanya dan menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi.“Dokter, bagaimana keadaannya, Dok? Bagaimana keadaan calon istri saya?” Tanya Nicholas tak sabaran.Dokter Moses langsung menatap Nicholas dengan tatapan yang tak bisa Nicholas artikan sama sekali. Tidak. Nicholas hanya tidak sanggup menerima jika apa yang akan di katakan oleh Dokter Moses adalah hal yang paling tidak ingin ia dengar sekarang. “Maafkan kami, Tuan Nicholas ...” Nicholas hanya bisa menggeleng saat dokter mengatakan hal tersebut. “Kami

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Masalah Sonya

    Hari ini sudah genap tiga bulan sejak kecelakaan itu terjadi. Kecelakaan yang membuat seorang wanita yang tidak tahu apa-apa harus rela kehilangan nyawa demi Aleeta. Jujur, jika boleh mengakui sampai detik ini Aleeta juga masih merasa begitu bersalah. Wanita itu begitu baik, seharusnya dia tidak perlu menolongnya. Biarkan saja dirinya yang mati dalam kecelakaan itu. Aleeta mendesah, bagaimanapun juga ia tidak bisa memutar waktu. Memangnya ia siapa? Mungkin saja semua itu memang sudah menjadi takdir dari Tuhan.Tapi keluarga wanita itu ....Aleeta menggeleng. Ia tidak ingin mengingat tentang keluarga wanita itu. Terutama pada pria yang dengan terang-terangan mengatainya seorang pembunuh. Aleeta kembali menggeleng. Aleeta takut. Meski Ibu Nicholas maupun pria satunya yang tidak Aleeta ketahui namanya itu tidak ikut menuduhnya sebagai pembunuh. Tapi tetap saja, Aleeta merasa ketakutan saat mengingat tatapan mematikan yang penuh kebencian dari kedua bola mata Nicholas.Nicholas Axel Fre

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Bertemu Kembali

    “Maafkan aku, Aleeta. Aku tidak bisa membantumu.”Seketika bahu Aleeta merosot lesu saat mendengar jawaban dari Thomas—Bos di Cafe tempat ia bekerja. Di jam makan siangnya ini, Aleeta menyempatkan diri untuk menemui Thomas di ruangan kerja pria itu. Ia sudah mengatakan alasannya kepada Thomas untuk apa ia sampai harus meminjam uang, tapi ternyata Thomas tidak bisa membantu Aleeta.“Kamu pasti berpikir kalau aku ini pelit,” imbuh Thomas.“Nggak, Thom. Sungguh aku nggak berpikiran seperti itu,” sahut Aleeta sembari menggeleng.Thomas hanya bisa terkekeh kecil. “Berpikiran seperti itu juga tidak masalah, Aleeta. Orang-orang pasti berpikir kalau Cafeku ini ramai, dan untung yang aku dapatkan pasti juga lumayan. Tapi kenyataannya tidak seperti itu.”Aleeta hanya terdiam menatap pria yang selama beberapa tahun ini menjadi Bosnya.“Aku punya banyak sekali tanggungan yang harus aku bayar setiap bulannya. Termasuk tempat ini, tempat tinggalku. Gaji kalian. Dan percayalah, aku rela menghemat ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Meminta Pertolongan Pada Nicholas

    Nicholas menghentikan mobil tepat saat mobil yang ada di depannya berhenti. Hari ini ia ada janji dengan salah satu rekan bisnis dari perusahaannya. Rekan bisnisnya tersebut mengundang Nicholas datang ke sebuah klub untuk merayakan kerja sama yang sedang di jalani perusahaan mereka. Kali ini Nicholas datang bersama Julian—sepupunya, karena Lukas sedang tidak bisa menemaninya. Saat Nicholas melangkah keluar mobil, tiba-tiba ponselnya berbunyi.“Ma ....”“Kamu sudah pulang ke apartemen?”“Belum, Ma. Aku sedang menghadiri acara yang di buat oleh salah satu rekan bisnisku di perusahaan.”“Ya sudah. Jangan pulang terlalu malam. Dan ingat, jangan sampai pulang dalam keadaan mabuk, Nicholas.”“Iya, Ma.”Nicholas tersenyum tipis saat panggilan dengan Ibunya—Karina terputus. Perlu di akui, sejak kematian Sesilia, hidup Nicholas memang mengalami banyak sekali perubahan.Ia jadi lebih sering pergi ke sebua

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Pertolongan Itu Tidak Gratis

    “Lepaskan wanita itu.”Baik kedua pria yang sedang menyeret Aleeta maupun wanita glamor tadi seketika langsung berhenti melangkah. Mereka menatap Nicholas yang saat ini sudah berdiri di belakang mereka. Tatapannya dingin dan siap untuk membunuh. “Ada apa, tampan? Kenapa tiba-tiba kamu ingin aku melepaskan anak manis ini? Bukankah tadi kamu bilang tidak ingin menolongnya?” Cibir wanita glamor tersebut.“Aku bilang lepaskan!” Nicholas menarik lengan Aleeta secara kasar hingga berhasil terlepas dari genggaman salah satu bodyguard tersebut.“Heh, apa-apaan kamu?! Anak itu milikku. Kembalikan dia padaku!” Teriak wanita glamor itu.Nicholas bisa melihat Aleeta menggeleng dengan tangan yang gemetar. Dan lagi-lagi perasaan itu kembali mengacaukan pikiran Nicholas. Terlebih saat melihat Aleeta meneteskan air matanya lagi. Sial.Selama ini Nicholas memang tidak suka melihat seorang wanita menangis. Nicholas hanya m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Harus Melayani Nicholas

    “Temani aku tidur malam ini. Dan berikan servis yang sesuai dengan uang yang sudah aku keluarkan untukmu.”Jantung Aleeta nyaris berhenti berdetak ketika mendengar hal itu. Persyaratan macam apa itu? Ini sama halnya Aleeta keluar dari kandang buaya, lalu kembali terjebak ke dalam kandang harimau.“Maksudmu, aku harus tidur denganmu sebagai syarat dari pertolonganmu tadi, begitu?!” Aleeta menatap Nicholas dengan tatapan marah.“Ya. Bukankah kamu sendiri yang bilang, kalau kamu bersedia melakukan apapun jika aku mau menolongmu? Seharusnya kamu berterima kasih padaku sekarang.”Aleeta menggeleng. Ia memang mengatakan hal itu tadi, tapi itu bukan berarti ia harus tidur bersama dengan Nicholas. “Ini nggak benar,” ujar Aleeta pelan. “Aku memang bersedia melakukan apapun jika kamu mau menolongku. Tapi bukan seperti ini. Aku akan keluar dari sini sekarang.”Aleeta membalikkan tubuh. Ia berniat membuka pintu tapi pintu itu ti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Kehilangan Seluruh Harga Diri

    “Buka pakaianmu.” Aleeta memandang Nicholas dengan tatapan kosong. Jujur ia merasa begitu takut. Tatapan Nicholas sangat tidak bersahabat, dan Aleeta cukup sadar diri bahwa ia tak perlu mengharapkan perlakuan baik dari pria itu. Aleeta tahu, Nicholas sangat ingin menyiksanya. Pria itu pasti ingin meluapkan semua kebencian itu pada dirinya malam ini. “Aku bilang buka pakaianmu!” Nicholas mulai membentak marah. Aleeta terkesiap. Dengan tangan gemetar, ia mulai melepaskan satu persatu kancing kemeja navy yang ia kenakan. Rasanya benar-benar sangat menyakitkan saat ia harus merendahkan dirinya sendiri seperti saat ini. Tidak hanya kemejanya saja, setelah Aleeta berhasil melepas kemeja itu dari tubuhnya, ia masih harus membuka celana jeans-nya sendiri. Kini Aleeta hanya berdiri dengan mengenakan bra dan celana dalam di hadapan Nicholas yang menatapnya intens, menilai dan sinis. Sebisa mungkin Aleeta menahan diri untuk tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Balas Dendam Baru Akan Di Mulai

    Aleeta melipat kedua tangannya, guna menepis udara dingin yang mengenai kulit tangannya. Ia berjalan menyusuri jalanan. Setiap langkahnya terasa begitu menyakitkan. Sungguh sangat menyakitkan. Penampilannya juga terlihat begitu mengenaskan. Rambut acak-acakannya ia biarkan begitu saja menutupi wajahnya. Setelah Nicholas puas memperkosanya sepanjang malam dengan cara yang tidak mampu Aleeta bayangkan, pria itu melempar uang ke wajahnya, lalu mengusir layaknya ia adalah seekor binatang.Apa Aleeta menangis? Tidak. Ia tidak menangis. Sudah tidak ada lagi air mata yang tersisa untuk ia keluarkan. Semuanya telah habis bersama dengan penyiksaan menyakitkan yang ia rasakan sepanjang malam. Aleeta tidak peduli dengan tatapan orang-orang, ia terus berjalan semakin cepat menuju gang kontrakannya berada. Sudah pukul empat pagi, dengan rasa dingin yang terus menusuk tubuhnya dan harga diri yang telah hancur, Aleeta melangkah menahan sakit di antara pahanya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06

Bab terbaru

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Imbalan Untuk Nicholas

    “Apa kamu sudah paham?” Tanya Nicholas.Sudah hampir satu jam lamanya, Nicholas mengajari Aleeta tentang bagaimana cara menggunakan smartphone-nya. Pria itu mengajari dengan sangat sabar dan detail, tidak ada yang terlewat satupun. Hanya saja mungkin karena Aleeta baru pertama kali menggunakan smartphone jadinya wanita itu masih terlihat sedikit bingung.Sementara itu, Aleeta yang duduk di sebelah Nicholas hanya diam, tidak menggubris sedikitpun ucapan pria itu. Aleeta hanya terus mengamati layar ponsel yang di pegang Nicholas itu dengan serius. Lalu tiba-tiba Aleeta menunduk, menjatuhkan kepalanya ke bahu Nicholas.“Aleeta ...,” Nicholas menoleh. “Kamu tidur?” Aleeta menggeleng pelan. “Aku nggak tidur. Tenang saja.”“Aku kira kamu ketiduran,” sahut Nicholas.Aleeta lalu mengangkat kepalanya. Memutar posisi kemudian duduk bersila menghadap Nicholas. Dan karena malam ini ia hanya mengenakan gaun tidur pendek, jadi ia harus menarik selimut agar bisa menutupi bagian kaki dan pahanya yan

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Take and Give

    “Akhirnya kamu pulang juga. Aku sudah menunggumu sejak tadi.” Nicholas yang melihat keberadaan Aleeta langsung cepat-cepat menyembunyikan tangannya di balik punggung. Aleeta tadi belum sempat melihat tangannya, kan? Kalau pun sudah terlanjur melihat semoga saja Aleeta tidak menyadari apa yang saat ini sedang ia bawa. “Nicho, kenapa diam? Bukanya tadi kamu mencariku. Tapi kenapa sekarang hanya diam?” Gerutu Aleeta dengan bibir mengerucut. Nicholas tersenyum. “Kemarilah. Aku punya sesuatu untukmu,” perintahnya pada Aleeta. “Apa?” “Mendekatlah kalau ingin tahu,” ujar Nicholas yang mau tidak mau langsung membuat Aleeta mendekatinya. Nicholas segera merengkuh pinggang Aleeta ketika istrinya itu berdiri di hadapannya. “Nicho, apa yang kamu lakukan? Katanya kamu punya sesuatu untukku. Kenapa jadi memelukku seperti ini?” “Ini ...,” kata Nicholas seraya mengangkat paper bag ponsel yang di bawanya ke hadapan Aleeta. “Aku membelikanmu ponsel.” “P-ponsel?” Aleeta menatap Nichola

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Mencari Keberadaan Pil Kontrasepsi

    “Nona Aleeta, sedang apa Anda di sini?” Aleeta terkejut dan seketika menoleh saat mendengar suara Mary. Ia hanya menggaruk tengkuk, kemudian meringis. Menatap Mary yang berdiri di depan pintu.“Sejak tadi saya mencari-cari, Anda. Ternyata Anda berada di sini,” imbuh Mary.Aleeta langsung berdehem. “Memangnya ada perlu apa kamu mencariku, Mary? Apa Nicho sudah kembali?” Tanyanya.“Tuan belum kembali, Nona. Saya mencari Anda hanya untuk mengatakan kalau sepertinya semur dagingnya sudah matang. Apa saya harus memindahkannya ke wadah, atau di biarkan dulu di atas kompor?”“Ah, itu ... Biarkan di atas kompor saja, Mary. Supaya bumbunya bisa meresap sampai ke dalam dagingnya,” jawab Aleeta. Setelah itu ia kembali sibuk mencari sesuatu di dalam kamar lamanya.Saat Aleeta tengah memasak tadi entah kenapa tiba-tiba ia teringat dengan pil kontrasepsinya. Aleeta baru ingat kalau sejak kembali dari Paris kemarin, ia belum meminu

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Ponsel Untuk Aleeta

    Begitu sampai di rumah, Nicholas segera menyerahkan kunci mobilnya kepada Steven agar pria itu memindahkan mobilnya ke carport. Sementara Nicholas memasuki rumah bersama Aleeta. “Selamat datang, Tuan dan ... Nona.” Mary yang kebetulan sedang membersihkan ruang tamu terlihat kaget. Hari ini untuk pertama kalinya ia melihat Nicholas dan Aleeta pulang secara bersamaan. Meski Mary ingin sekali bertanya kenapa mereka bisa pulang bersama? Atau mungkin, apakah Nicholas tadi yang menjemput Aleeta? Tapi kemudian Mary sadar. Ia tidak punya hak atas pertanyaan itu. Lagipula, Mary sudah sangat senang bisa melihat Tuan dan Nonanya akur seperti itu. Tanpa harus ia ikut campur ke dalam urusan mereka. “Oh iya, Mary. Apa kamu sudah menyiapkan makan malam untuk kami?” Tanya Nicholas. “Belum, Tuan. Saya tidak tahu kalau Anda dan Nona Aleeta pulang lebih awal hari ini. Kalau begitu saya akan segera menyiapkan makan malam terlebih dahulu.”

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Jangan Hiraukan Ancamannya

    “Baiklah kalau begitu,” ujar Nicholas lalu mengeluarkan ponsel.Sonya yang melihat Nicholas mengeluarkan ponselnya pun langsung tersenyum senang. Ia berpikir kalau Nicholas pasti akan mengiriminya uang sekarang. Maka dari itu, Sonya pun juga langsung mengeluarkan ponselnya.“Nomor rekeningku masih sama dengan yang dulu, menantu,” ucap Sonya tanpa malu. Padahal Aleeta yang mendengarnya pun langsung merasa malu. Kenapa ibunya itu selalu mendewakan yang namanya uang? Sejak dulu sampai sekarang yang ibunya pikirkan hanya uang, uang dan uang. Apa tidak ada yang lain?Nicholas menaikkan kedua alisnya. “Apa kamu bilang? Nomor rekening?”Sonya mengangguk. “Ya. Nomor rekeningku masih sama dengan yang dulu.”Nicholas langsung tertawa. “Memangnya siapa yang butuh nomor rekeningmu?”“Bukankah kamu akan mengirimiku uang.” Sonya menatap Nicholas yang masih terus tertawa.“Uang? Ck! Untuk apa aku mengirimu uan

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Datang Di Waktu Yang Tepat

    Sonya mengerjap. Merasa kaget dengan kemunculan seseorang yang tiba-tiba saja berdiri di hadapannya, menahan tangannya dan juga ... Melindungi Aleeta dari jangkauannya.Sonya kemudian memicing, menatap sosok pria yang sudah sangat ia kenal tersebut.“Jangan pernah berani kamu sentuh istriku dengan tangan kotormu.” Pria itu mendesis seraya menyentak tangan Sonya dengan kasar.Sonya langsung mengumpat atas perlakuan kasar tersebut. “Sialan! Beraninya kamu!” Teriaknya kesal.Aleeta menatap ibunya yang tampak marah, lalu beralih menatap seseorang yang berdiri di hadapannya. “Nicho.”Nicholas segera menoleh saat Aleeta menyentuh lengannya. “Kamu nggak apa-apa?” Tanyanya lembut.“Aku nggak apa-apa,” jawab Aleeta seraya menggeleng.Nicholas langsung menangkup wajah Aleeta dengan kedua tangannya. Mengamati setiap inci wajah istrinya dengan lekat. Seolah takut jika ada bagian wajah Aleeta yang telah tersentuh oleh t

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Pertemuan Sonya Dan Aleeta

    Sonya terus mengumpat sepanjang perjalanan. Merasakan perutnya yang begitu begah karena ia sudah langsung harus berjalan setelah makan. Sonya menghentikan langkah saat ia melewati minimarket. “Sepertinya akan lebih baik jika aku duduk di sana terlebih dahulu,” ujar Sonya seraya menatap kursi kosong yang ada di depan minimarket.Namun, saat ia hendak melangkahkan kakinya, tanpa sengaja ekor matanya menangkap sekelebatan bayangan sosok Aleeta di depan sana. Sonya bahkan sampai terdiam. Antara percaya dan tidak percaya dengan bayangan tersebut. Apakah itu benar-benar hanya bayangan atau ... Memang Aleeta yang ia lihat?Sonya lalu meluruskan pandangannya ke arah depan. “Apa itu benar-benar Aleeta?” Gumam Sonya dengan mata menyipit. Namun, beberapa detik kemudian mata yang menyipit itu berubah menjadi memelotot. “Benar. Sepertinya itu memang Aleeta,” ujar Sonya seraya terus menatap Aleeta yang tengah memasukkan minumannya ke dalam

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Pencarian Aleeta Di Mulai Kembali

    “Bagaimana? Kamu sudah menemukannya sekarang?” Sonya memicing pada seorang pria yang baru saja memasuki klub yang biasa ia gunakan sebagai tempat berjudi bersama dengan para geng sosialitanya. Pria berpotongan botak itu hanya tersenyum seraya duduk di sebelah Sonya. “Aku belum—““Apa kamu bilang? Belum?! Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau waktu itu pernah melihat keberadaannya di dekat jalan green hill?!” Sonya semakin menatap marah pada pria botak tersebut.Pria botak bernama Roi itu mendesah. “Santailah sedikit, Sayang. Kamu sudah terlalu banyak marah akhir-akhir ini.”“Bagaimana aku tidak marah? Sia-sia aku mengeluarkan uang untukmu dan juga anak buahmu yang tidak berguna itu!” Ketus Sonya.Sejak Sonya memutuskan untuk mencari keberadaan Aleeta. Sejak saat itu juga Sonya rela mengeluarkan uang untuk membayar orang-orang suruhannya agar ia bisa segera menemukan keberadaan Aleeta di pusat kota ini. Sonya sadar

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Antara Bunga Dan Ponsel

    “Sekarang aku tahu bagaimana wajah orang bodoh yang sesungguhnya.” Seharusnya Nicholas marah oleh kalimat yang Lukas katakan. Tapi kali ini, ia tidak marah sama sekali. Nicholas menutup pintu mobilnya dengan santai, lalu berjalan memasuki kantornya.“Sudah kuduga, kamu benar-benar terlihat seperti orang bodoh,” sambung Lukas.“Apa masalahmu sebenarnya? Kenapa kamu bisa ada di sini sepagi ini?” Nicholas mengangkat wajah dan menatap saudara angkatnya.“Aku menunggumu.” “Wah, selama aku nggak ada di sini ternyata kamu sudah berubah menjadi orang yang perhatian, ya,” cibir Nicholas seraya tersenyum di buat-buat.Lukas mendengus. “Kamu terlihat semakin bodoh saat tersenyum seperti itu.”Nicholas langsung terkekeh. “Terima kasih atas pujiannya, Luke.”Mereka lalu masuk ke dalam lift. Dan keluar ketika lift sudah terbuka di lantai tujuan mereka, yaitu ruangan Nicholas.“Apa kamu nggak meras

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status