Home / Rumah Tangga / Penjara Dendam Suami Konglomerat / Meminta Pertolongan Pada Nicholas

Share

Meminta Pertolongan Pada Nicholas

Author: SweetWater
last update Last Updated: 2025-01-01 13:10:00

Nicholas menghentikan mobil tepat saat mobil yang ada di depannya berhenti. Hari ini ia ada janji dengan salah satu rekan bisnis dari perusahaannya. Rekan bisnisnya tersebut mengundang Nicholas datang ke sebuah klub untuk merayakan kerja sama yang sedang di jalani perusahaan mereka. Kali ini Nicholas datang bersama Julian—sepupunya, karena Lukas sedang tidak bisa menemaninya.

Saat Nicholas melangkah keluar mobil, tiba-tiba ponselnya berbunyi.

“Ma ....”

“Kamu sudah pulang ke apartemen?”

“Belum, Ma. Aku sedang menghadiri acara yang di buat oleh salah satu rekan bisnisku di perusahaan.”

“Ya sudah. Jangan pulang terlalu malam. Dan ingat, jangan sampai pulang dalam keadaan mabuk, Nicholas.”

“Iya, Ma.”

Nicholas tersenyum tipis saat panggilan dengan Ibunya—Karina terputus. Perlu di akui, sejak kematian Sesilia, hidup Nicholas memang mengalami banyak sekali perubahan.

Ia jadi lebih sering pergi ke sebuah klub malam, mabuk-mabukan dan menghabiskan sisa malamnya di tempat itu sampai ia tak sadarkan diri. Ia seperti kembali lagi menjadi Nicholas yang dulu.

Beruntung sekali Nicholas masih memiliki Karina. Ibunya itu yang selama ini selalu ada di sampingnya, memberinya dukungan, dan menyemangatinya untuk kembali menjalani hari dengan normal.

Dan hal itu berhasil. Hampir dua bulan ini Nicholas sudah tidak pernah lagi pergi ke klub, maupun mabuk hingga ia tak sadarkan diri. Ia hanya akan pergi ke klub sesekali bersama dengan Lukas. Atau saat di undang oleh rekan bisnisnya seperti yang ia lakukan hari ini.

Nicholas lalu melangkah masuk ke dalam klub bersama Julian.

“Aku dengar mereka sengaja menyewa para gadis untuk perayaan kali ini, Nich,” ujar Julian. Pria itu merupakan sepupu Nicholas dari keluarga Ibunya. Julian yang bertugas menggantikan Lukas, jika Lukas sedang tidak bisa menghadiri acara bersama Nicholas.

“Bukankah biasanya juga seperti itu?” Ucap Nicholas acuh.

“Kali ini berbeda, Nich. Ayolah, kamu pasti tahu apa yang aku maksud.”

“Terserah apapun itu, yang jelas aku nggak akan tertarik sama sekali. Dimana ruangannya?”

“Belok ke kanan.” Julian menarik tangan Nicholas. “Ayolah, Nich. Sudah cukup kamu tenggelam dalam keterpurukkan yang kamu alami beberapa bulan belakangan ini. Sekarang saatnya untuk bersenang-senang. Aku akan memesankan satu yang spesial, khusus untuk dirimu.”

Nicholas terkekeh.

Meski bayang-bayang kecelakaan yang menewaskan calon istrinya masih begitu jelas. Tapi Nicholas akui, apa yang di katakan Julian itu memang benar. Sudah cukup Nicholas tenggelam dalam keterpurukan. Mungkin ini saatnya Nicholas untuk bersenang-senang.

“Aku percayakan semuanya padamu,” balas Nicholas kemudian.

“Baiklah kalau begitu. Kita bersenang-senang malam ini!” Julian berseru semangat.

Nicholas hanya bisa terkekeh sembari mengikuti langkah Julian.

“Sial ....” Nicholas terkejut saat tiba-tiba ada seseorang yang menabrak dirinya.

Apa orang itu tidak punya mata sampai harus menabraknya segala?

“Kamu baik-baik saja?” Tanya Julian.

Nicholas mengangguk sembari menatap orang yang saat ini sedang terjatuh di hadapannya.

Rupanya dia adalah seorang wanita. Ck! Apa wanita itu sengaja menabraknya tadi? Tapi setelah Nicholas mengamati sekilas tubuh wanita yang sedang menunduk sembari menepuk-nepuk tangannya itu, Nicholas jadi berpikiran kalau sepertinya wanita itu cukup lumayan. Apa harus ia meminta Julian agar membawakan wanita itu saja sebagai teman bersenang-senangnya malam ini?

Perlahan wanita itu mendongak dan bersiap untuk berdiri. Dan betapa terkejutnya Nicholas saat mengetahui bahwa wanita yang ada di hadapannya itu adalah wanita yang selama ini sangat ia benci. Wanita pembunuh Sesilia dan juga calon anaknya.

“Nicholas.”

Kebencian itu kembali mencuat ketika wanita itu menyebut nama Nicholas. Berani sekali mulut pembunuh itu menyebut namanya. Kedua tangan Nicholas terkepal erat. Sebisa mungkin Nicholas mengendalikan diri untuk tidak mencekik leher wanita yang ada di hadapannya.

“Heh, mau kemana kamu?! Kembali!”

Sementara itu Aleeta kembali panik saat suara wanita dan kedua pria yang mengejarnya tadi terdengar kian mendekat. Ia harus segera pergi.

“Mau pergi kemana kamu anak sialan!” Wanita glamor tadi berhasil menangkap tangan Aleeta.

“Lepaskan aku!” Teriak Aleeta.

“Tidak semudah itu, anak manis. Cepat bawa dia kembali.” Wanita glamor itu menyuruh dua bodyguardnya untuk kembali menyeret Aleeta.

Tidak.

Aleeta tidak boleh kembali ke ruangan itu. Wanita licik itu pasti benar-benar akan menjualnya ke pria tua yang buncit tadi.

“Jangan sentuh aku! Lepas!” Aleeta berhasil memberontak dan tanpa berpikir panjang langsung berlari mendekati Nicholas. “Tolong aku,” pintanya pada Nicholas.

Nicholas hanya bisa berdecih saat mendengar permintaan tolong dari Aleeta. Memangnya dia siapa? Apa pembunuh sepertinya pantas untuk ia beri pertolongan?

“Kembali ke sini!” Wanita glamor itu berusaha menarik Aleeta, tapi Aleeta berhasil menghindarinya.

“Aku mohon tolong aku. Selamatkan aku dari mereka.” Aleeta kembali memohon kepada Nicholas, yang sampai saat ini masih belum memberikan respon apa-apa.

“Nicholas, sepertinya kita harus menolong—“

“Nggak perlu. Itu bukan urusan kita,” sahut Nicholas. Ia berniat untuk kembali melangkah dan mengabaikan permintaan tolong dari Aleeta.

“Aku mohon. Tolong aku.” Aleeta kembali memohon kali ini sembari menggenggam tangan Nicholas.

“Lepaskan tangan kotormu dari tubuhku!” Desis Nicholas tajam.

Aleeta menggeleng. “Kamu harus menolongku. Aku nggak tahu harus meminta pertolongan kepada siapa lagi. Kamu, maksudku kalian, aku mohon tolong aku.”

“Cepat bawa anak sialan itu ke sini!”

“Siap, Bos.”

Kedua bodyguard itu hendak mendekati Aleeta, tapi Aleeta segera menghindar. Ia berlindung ke belakang tubuh tegap Nicholas.

“Menyingkir sekarang juga atau aku akan berbuat kasar padamu,” desis Nicholas.

“Tolong ....” Aleeta berujar lirih dan penuh pasrah.

Nicholas menggeram kesal. Mana mungkin ia sudi menolong wanita pembunuh itu? Rasa bencinya sudah terlanjur mendarah daging. Nicholas terlanjur dendam dengan wanita yang telah membuat Sesilia dan calon anaknya itu meninggal. Sampai kapanpun Nicholas tidak akan pernah bisa melupakannya. Tidak dengan kenangan itu.

“Nicholas, kita harus menolongnya. Sepertinya wanita tua itu berniat jahat pada wanita ini,” ujar Julian.

“Itu bukan urusan kita,” sahut Nicholas, lalu beralih menatap Aleeta. “Sekarang juga menjauhlah dari tubuhku, sialan!” Bentaknya pada Aleeta.

Aleeta hanya bisa diam. Kilat kebencian itu masih tercetak begitu jelas di kedua mata Nicholas. Meski kejadian itu sudah berlalu tiga bulan lamanya, tapi tatapan penuh kebencian dari Nicholas itu nyatanya masih tetap sama. Tidak ada yang berubah sedikitpun. Bahkan Aleeta rasa kebencian itu justru semakin bertambah dari sebelumnya.

“Ayo ikut kami!” Salah satu bodyguard itu berhasil menarik tangan Aleeta.

“Nggak sudi! Lepaskan aku!” Teriak Aleeta, berusaha untuk memberontak.

“Heh, diam jangan berteriak kalau tidak ingin aku melukaimu!”

“Aku nggak peduli! Lepaskan aku!” Aleeta masih berusaha untuk memberontak.

Aleeta tidak tahu harus berbuat apa lagi. Dalam keadaan seperti ini apakah Sonya masih bisa memikirkannya? Semua ini adalah kesalahan Ibunya. Tapi kenapa Aleeta yang harus menanggung ini semua?

“Nicholas, apa kamu nggak merasa kasihan pada wanita itu?” Julian menatap Nicholas dengan heran.

“Untuk apa aku merasa kasihan dengan seorang pembunuh.”

“Pembunuh? Maksudmu?”

“Wanita itu yang menyebabkan Sesilia meninggal dalam kecelakaan tiga bulan yang lalu. Seharusnya dia yang mati. Tapi lihat, dia masih hidup. Dan aku nggak akan peduli apapun yang terjadi dengan wanita pembunuh itu,” jelas Nicholas.

“Astaga, Nicholas.” Julian mengusap wajahnya kasar. “Itu kecelakaan. Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?”

Julian menatap Aleeta yang sampai saat ini masih berusaha melawan, ketika kedua pria tadi hendak menyeretnya. Terlihat sangat menyedihkan. Itu yang ada di pikiran Julian.

“Ayo kita pergi,” ujar Nicholas kemudian.

Julian melongo. “Nich? Kamu benar-benar nggak ingin menolong wanita itu? Kalau kamu nggak ingin menolongnya maka aku sendiri yang akan menolong wanita itu.”

“Apa yang ingin kamu lakukan?” Nicholas menahan bahu Julian.

“Aku ingin menolongnya!” Teriak Julian. “Lihat dia, Nich. Dia benar-benar membutuhkan pertolongan.”

Nicholas hanya diam sembari mengamati Aleeta. Wanita itu memang terlihat membutuhkan pertolongan. Wanita itu pasti sangat ketakutan tapi Nicholas tak melihat satupun air mata yang keluar dari kedua mata wanita itu. Bukankah seharusnya dia menangis jika dia benar-benar ketakutan dan membutuhkan pertolongan sekarang?

“Kalau kamu nggak ingin menolong wanita itu. Maka lepaskan tanganmu dari bakuku, Nich. Aku yang akan menolongnya.” Julian kembali membuka suaranya.

Sial.

Apa yang harus di lakukan Nicholas? Jujur, ia benar-benar tidak peduli dengan apa yang di alami Aleeta. Nicholas tidak peduli meski wanita tua dan kedua pria itu akan menyakiti Aleeta sekalipun. Sampai matipun Nicholas tidak akan pernah sudi peduli dengan wanita itu. Nicholas membencinya. Sangat amat membencinya.

“Aku mohon, tolong aku,” lirih Aleeta sembari menatap Nicholas.

Nicholas mengerjap saat menyadari setetes air mata itu jatuh membasahi wajah Aleeta. Tidak. Nicholas menggeleng. Apa yang baru saja ia rasakan? Kenapa perasaannya tiba-tiba berubah begitu saja saat melihat air mata wanita itu. Bukankah wanita itu tadinya baik-baik saja? Kenapa dia tiba-tiba mengeluarkan air mata seperti itu?

“Aku mohon ....” Aleeta menatap penuh belas kasihan ke arah Nicholas dan juga Julian.

Sial! Nicholas mengumpat dalam hati saat perasaan itu tiba-tiba datang lagi.

“Lepaskan tanganmu, Nich! Aku ingin menolongnya!” Teriak Julian.

Nicholas tidak bergeming. Cengkeraman pada bahu Julian terasa semakin kuat. Dan napasnya tiba-tiba saja berubah kian memburu.

“Berengsek!” Nicholas berteriak sembari memukul dinding yang ada di sampingnya.

Entah apa yang ada di pikirannya, setelah melampiaskan amarahnya dengan dinding tersebut, Nicholas langsung melangkah mengejar pria yang tengah menyeret Aleeta masuk ke sebuah ruangan.

“Lepaskan wanita itu.”

Related chapters

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Pertolongan Itu Tidak Gratis

    “Lepaskan wanita itu.”Baik kedua pria yang sedang menyeret Aleeta maupun wanita glamor tadi seketika langsung berhenti melangkah. Mereka menatap Nicholas yang saat ini sudah berdiri di belakang mereka. Tatapannya dingin dan siap untuk membunuh. “Ada apa, tampan? Kenapa tiba-tiba kamu ingin aku melepaskan anak manis ini? Bukankah tadi kamu bilang tidak ingin menolongnya?” Cibir wanita glamor tersebut.“Aku bilang lepaskan!” Nicholas menarik lengan Aleeta secara kasar hingga berhasil terlepas dari genggaman salah satu bodyguard tersebut.“Heh, apa-apaan kamu?! Anak itu milikku. Kembalikan dia padaku!” Teriak wanita glamor itu.Nicholas bisa melihat Aleeta menggeleng dengan tangan yang gemetar. Dan lagi-lagi perasaan itu kembali mengacaukan pikiran Nicholas. Terlebih saat melihat Aleeta meneteskan air matanya lagi. Sial.Selama ini Nicholas memang tidak suka melihat seorang wanita menangis. Nicholas hanya m

    Last Updated : 2025-01-02
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Harus Melayani Nicholas

    “Temani aku tidur malam ini. Dan berikan servis yang sesuai dengan uang yang sudah aku keluarkan untukmu.”Jantung Aleeta nyaris berhenti berdetak ketika mendengar hal itu. Persyaratan macam apa itu? Ini sama halnya Aleeta keluar dari kandang buaya, lalu kembali terjebak ke dalam kandang harimau.“Maksudmu, aku harus tidur denganmu sebagai syarat dari pertolonganmu tadi, begitu?!” Aleeta menatap Nicholas dengan tatapan marah.“Ya. Bukankah kamu sendiri yang bilang, kalau kamu bersedia melakukan apapun jika aku mau menolongmu? Seharusnya kamu berterima kasih padaku sekarang.”Aleeta menggeleng. Ia memang mengatakan hal itu tadi, tapi itu bukan berarti ia harus tidur bersama dengan Nicholas. “Ini nggak benar,” ujar Aleeta pelan. “Aku memang bersedia melakukan apapun jika kamu mau menolongku. Tapi bukan seperti ini. Aku akan keluar dari sini sekarang.”Aleeta membalikkan tubuh. Ia berniat membuka pintu tapi pintu itu ti

    Last Updated : 2025-01-03
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Kehilangan Seluruh Harga Diri

    “Buka pakaianmu.” Aleeta memandang Nicholas dengan tatapan kosong. Jujur ia merasa begitu takut. Tatapan Nicholas sangat tidak bersahabat, dan Aleeta cukup sadar diri bahwa ia tak perlu mengharapkan perlakuan baik dari pria itu. Aleeta tahu, Nicholas sangat ingin menyiksanya. Pria itu pasti ingin meluapkan semua kebencian itu pada dirinya malam ini. “Aku bilang buka pakaianmu!” Nicholas mulai membentak marah. Aleeta terkesiap. Dengan tangan gemetar, ia mulai melepaskan satu persatu kancing kemeja navy yang ia kenakan. Rasanya benar-benar sangat menyakitkan saat ia harus merendahkan dirinya sendiri seperti saat ini. Tidak hanya kemejanya saja, setelah Aleeta berhasil melepas kemeja itu dari tubuhnya, ia masih harus membuka celana jeans-nya sendiri. Kini Aleeta hanya berdiri dengan mengenakan bra dan celana dalam di hadapan Nicholas yang menatapnya intens, menilai dan sinis. Sebisa mungkin Aleeta menahan diri untuk tidak

    Last Updated : 2025-01-04
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Balas Dendam Baru Akan Di Mulai

    Aleeta melipat kedua tangannya, guna menepis udara dingin yang mengenai kulit tangannya. Ia berjalan menyusuri jalanan. Setiap langkahnya terasa begitu menyakitkan. Sungguh sangat menyakitkan. Penampilannya juga terlihat begitu mengenaskan. Rambut acak-acakannya ia biarkan begitu saja menutupi wajahnya. Setelah Nicholas puas memperkosanya sepanjang malam dengan cara yang tidak mampu Aleeta bayangkan, pria itu melempar uang ke wajahnya, lalu mengusir layaknya ia adalah seekor binatang.Apa Aleeta menangis? Tidak. Ia tidak menangis. Sudah tidak ada lagi air mata yang tersisa untuk ia keluarkan. Semuanya telah habis bersama dengan penyiksaan menyakitkan yang ia rasakan sepanjang malam. Aleeta tidak peduli dengan tatapan orang-orang, ia terus berjalan semakin cepat menuju gang kontrakannya berada. Sudah pukul empat pagi, dengan rasa dingin yang terus menusuk tubuhnya dan harga diri yang telah hancur, Aleeta melangkah menahan sakit di antara pahanya.

    Last Updated : 2025-01-06
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Berusaha Terlihat Baik-baik Saja

    Aleeta mengerang ketika merasakan sakit yang menyerang kepalanya. Selesai membersihkan diri tadi Aleeta langsung berbaring di tempat tidur. Ia berharap bisa memejamkan mata barang sebentar saja. Ia merasa begitu lelah. Tapi kenyataannya Aleeta tidak bisa memejamkan kedua matanya. Ia tetap terjaga di keheningan dalam kamarnya.Aleeta memutuskan untuk bangun ketika melihat jam menunjuk di angka tujuh pagi. Setiap langkah yang ia lakukan, rasa nyeri kembali menghujam di antara kedua pahanya. Ketika ia hendak melangkah keluar kamar tiba-tiba saja sakit kepala itu kembali menghantamnya. Aleeta berpegangan di ganggang pintu kamarnya. Seluruh tubuhnya terasa begitu panas, seperti orang yang sedang mengalami demam.Jika boleh memilih, tentu saja dengan senang hati Aleeta akan lebih memilih untuk kembali berbaring di atas ranjang agar sakit yang ia rasakan bisa segera mereda. Tapi kenyataan hidup kembali membuatnya tersadar. Ia tidak boleh manja. Ia harus pergi bekerja,

    Last Updated : 2025-01-07
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Obat Perangsang

    “Aleeta, hari ini kamu bertugas melayani tamu di ruang VIP.”Eric bersedekap menatap Aleeta yang baru saja keluar dari ruang ganti.“Apakah itu perintah dari Miko? Kenapa Miko nggak menyuruhku secara langsung saja?” Aleeta menatap Eric dengan kening berkerut.“Miko sedang tidak ada di tempat ini. Di sedang keluar. Sudahlah, lakukan saja. Hari ini kita sedang kekurangan pelayan di ruang VIP,” ujar Eric selaku orang kepercayaan Miko. Jujur saja selama bekerja di Orion, Aleeta tidak begitu akrab dengan yang namanya Eric. Selama ini Aleeta hanya melakukan tugas yang di perintahkan Miko saja, dan baru kali ini Aleeta mendapat tugas dari Eric.“Baiklah,” jawab Aleeta. Demi menghormati posisi Eric yang jelas lebih tinggi dari pada posisi Aleeta di tempat kerjanya tersebut, ia pun melakukannya.Ia lalu berjalan menaiki rangkaian anak tangga dan menuju meja bar yang ada di lantai VIP. “Aleeta, antar ini ke meja ya

    Last Updated : 2025-01-08
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Membutuhkan Sentuhan

    “Aku nggak pernah merasa, kalau aku pernah berubah menjadi malaikat.” Lukas memicing ke arah Nicholas. Tidak percaya dengan apa yang di ucapkan saudaranya tersebut. Lukas menatapnya tajam, sedangkan Nicholas langsung membalas tatapannya dengan tak kalah tajam. Lagipula, untuk apa Nicholas peduli kepada Aleeta? Meski ke empat pria yang ada di sana memperkosa wanita itu, Nicholas tidak akan peduli. Mungkin hal itu akan membuat Aleeta menderita dan Nicholas menyukainya. Apapun yang bisa membuat Aleeta menderita, Nicholas akan menyukainya. “Kamu punya saudara perempuan. Adikmu, Nich. Apa kamu hanya akan diam saja saat melihat adikmu di perlakukan seperti itu?!” Berengsek! Ucapan Lukas berhasil mengingatkannya pada adik perempuannya. Nicholas beranjak dari tempat duduk dan berjalan dengan langkah marah. Memangnya kenapa ia harus peduli? Bahkan, kalau Aleeta di bunuh di hadapannya pun, Nicholas

    Last Updated : 2025-01-09
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Terbuai Dalam Hasrat Kenikmatan

    “Aku membutuhkanmu sekarang. Aku mohon.” Nicholas segera menindih tubuh Aleeta lalu mengecup bibirnya. Aleeta yang sudah berada di bawah pengaruh obat pun membalasnya. Bahkan lebih menuntut di banding Nicholas yang hanya memancing saja. Lenguhan Aleeta terdengar saat Nicholas meremas dadanya yang begitu padat. Nicholas segera menyentak kemeja putih Aleeta hingga semua kancingnya terbuka. Pria itu menurunkan bra Aleeta ke bawah, lalu segera melahap puncak yang telah mengeras tersebut. Aleeta memejamkan mata, merintih. Kedua tangannya terkulai lemah di atas kepalanya dan Nicholas menyadari itu. Ia lalu melepas cengkeraman tangannya pada pergelangan tangan Aleeta. Kemudian melepaskan seluruh pakaian Aleeta. Dan juga pakaiannya. Nicholas tidak menyangka kalau dirinya akan sebuas ini. Tetapi hasratnya terasa menggebu melihat Aleeta yang kini terbaring dengan tubuh merona tanpa penghalang apapun. Nicholas terus merutuk dan me

    Last Updated : 2025-01-10

Latest chapter

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Nikmatilah Peranmu

    “Tuan Nicholas ini ada beberapa berkas yang harus Anda tanda tangani.” Ella—sekretaris Nicholas masuk ke dalam ruangan pria itu sembari membawa beberapa berkas di tangannya. Ella mengernyit ketika Nicholas tak kunjung merespons pembicaraannya. Atasannya itu terlihat sedang melamunkan sesuatu.“Tuan ... Tuan Nicholas ....”“Ya.” Pria itu mengerjap dan langsung menatap Ella. Sementara yang di tatap segera menunduk karena takut kalau ia telah membuat kesalahan.“Maaf, Tuan. Saya hanya ingin meminta tanda tangan—““Mana yang harus aku tanda tangani?” Tanya Nicholas cepat.“Ini, Tuan.” Ella segera mendekat dan memberikan beberapa berkas yang harus Nicholas tanda tangani. Tidak butuh waktu lama, semua berkas itu sudah berhasil tertanda tangani oleh Nicholas.“Ada lagi?”Ella menggeleng. “Tidak ada, Tuan.”Nicholas mengangguk. “Baiklah.” Pria itu hendak melanjutkan kegiatannya. Namun, tiba-tiba ia teringat sesuatu. “Ella, tunggu,” ujarnya ketika melihat Ella hendak keluar dari ruangannya.“

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Kedatangan Tamu Spesial

    Apa yang kamu rasakan ketika kematian datang menjemputmu? Apakah kamu merasa kesakitan? Apakah kamu merasa takut? Apakah kamu takut jika kamu akan sendiri dalam kegelapan dan kedinginan?Bagi Aleeta semua itu bukanlah apa-apa. Ia sudah hampir pernah mati beberapa kali sebelumnya, meski semuanya selalu gagal. Dan rasanya sama saja. Tidak ada rasa apa-apa. Bahkan ketika ia membuka matanya, ia juga tidak merasakan apa-apa.“Kamu sudah sadar.”Sebuah suara yang terdengar cukup familier terdengar. Meski tubuh Aleeta masih terasa lemah, tapi ia berusaha untuk menoleh. Ia menemukan pria yang selalu bersama Nicholas, berdiri di samping ranjangnya. “Kamu haus?”Aleeta mengangguk, pria itu mendekat, membantunya untuk minum. Aleeta ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan itu, tapi suaranya yang terdengar hanya gumaman yang tidak jelas.“Nggak perlu bicara. Dokter akan segera datang.”Aleeta hanya diam

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Dendammu Sebuah Kesalahan

    Perbincangan Nicholas dengan Papanya kemarin benar-benar berhasil membuat pikiran Nicholas menjadi kacau. Di satu sisi, Nicholas benar-benar tidak ingin peduli dengan keadaan Aleeta. Namun, di sisi lain ia juga merasa begitu takut.Nicholas masih ingat betul dengan ketakutannya ketika melihat Aleeta yang tak berdaya di depan matanya. Saat tubuh wanita itu berlumuran darah, dan terkulai lemah tidak sadarkan diri. Nicholas benar-benar takut saat itu. Nicholas takut jika ia harus melihat kematian lagi di depan matanya.Pada hari ini, entah mendapat dorongan dari mana, kaki Nicholas melangkah masuk ke dalam rumah sakit dimana Aleeta sedang di rawat. Ia bukanya ingin peduli dengan keadaan Aleeta. Tidak. Ia hanya ingin memastikan bahwa apa yang di katakan Papanya itu tidaklah benar. Tidak ada penyesalan yang harus Nicholas rasakan.“Sebenarnya apa yang kamu inginkan dari semua ini?” Nicholas dan Lukas berdiri menatap ranjang rumah sakit, dimana Aleeta terbaring lemah dan tidak sadarkan di

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Aleeta Kritis

    “Nicholas, apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Karina begitu melihat putranya yang tengah duduk di depan ruang operasi.Tadi Nicholas terpaksa memberitahu kabar tentang kecelakaan Aleeta, karena Emily terus saja menghubunginya. Alhasil, saat ini Mama, Papa dan adiknya menyusul ke rumah sakit untuk mengetahui keadaan Aleeta.“Aku nggak tahu, Ma,” jawab Nicholas pelan.Karina menggeleng. “Jangan bilang kalau kejadian ini kamu yang sengaja melakukannya.”Nicholas segera mendongak, menatap ibunya yang sedang menatap marah padanya. “Demi Tuhan, aku nggak melakukan apapun, Ma.”“Jangan berbohong, Nicholas!” Karina menjerit seraya memegangi dadanya. “Ma, tenanglah.” Emily segera mendudukkan ibunya di kursi tunggu. Sementara Karina mulai menangis.“Mama tahu kamu membenci Aleeta, Nicholas. Sejak awal Mama sudah bilang, supaya kamu jangan menikahinya. Karena pernikahanmu pasti hanya akan membuat Aleeta terluka,” uj

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Berharap Menjadi Lembar Terakhir

    “A-apa yang kamu lakukan di sini?” Aleeta segera beranjak dari tempat duduknya. “Nicholas.”Tubuh Aleeta seketika terasa begitu kaku. Bagaimana bisa Nicholas sampai di tempat ini? Bagaimana bisa pria itu begitu nekat mencarinya hingga ke Cafe Thomas? Aleeta lalu melirik ke arah Mira dan Johan. Mereka berdua tampak begitu kaget dan juga bingung dengan kehadiran Nicholas.“Nicho—““Tutup mulutmu dan ikut aku sekarang!” Nicholas segera mendekati Aleeta, hendak menyeret lengan wanita itu.“Nggak. Aku masih harus bekerja, Nicho.” Aleeta berhasil menghindar.Nicholas tersenyum sinis. “Jadi kamu benar-benar berani melawan perintahku, ya?”“Aku nggak melawanmu,” balas Aleeta cepat. Sementara Mira dan Johan masih diam mematung di tempat mereka.Semua yang terjadi saat ini sangatlah di luar dugaan. Siapa yang tidak mengenal Nicholas Axel Frederick? Mira dan Johan pun juga tahu kalau keluarga pria itu adalah orang ter

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Mama Menyuruh Untuk Berkunjung Ke Rumah

    “Emily? Tumben sekali kamu datang ke sini?” Nicholas mengernyit ke arah Emily yang baru saja datang ke kantornya. Selama ini, adiknya itu jarang sekali berkunjung jika tidak ada urusan yang penting. Karena Emily sendiripun juga memiliki pekerjaan, sebagai pemilik butik ternama di pusat kota. “Hm.” Wanita berwajah datar itu hanya bergumam seraya mendudukkan dirinya di sofa yang ada di dalam ruangan kerja kakaknya. Menyilangkan kaki, seraya mengamati kuku jarinya yang lentik. Nicholas mendengus. “Kalau nggak ada hal yang penting lebih baik kamu pulang saja. Aku punya banyak—“ “Bagaimana keadaan istrimu, Kak?” Emily menyela cepat. Nicholas menaikkan sebelah alisnya. “Untuk apa kamu menanyakan hal itu?” “Memangnya kenapa? Nggak ada salahnya kan kalau aku ingin tahu keadaan Kakak iparku,” sahut Emily seraya merebahkan punggung di sandaran sofa. “Keadaannya bukanlah urusanmu,” u

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Menghubungi Johan

    Keesokan harinya ketika Nicholas ingin sarapan. Ia melihat Aleeta yang sedang berdiri di bawah rangkaian anak tangga. Nicholas mengernyit. Apa yang di lakukan wanita itu? Apa dia sedang menunggunya?“Kembalikan ponselku.”Nicholas hanya melirik dengan sebelah alis terangkat ketika Aleeta mengatakan hal tersebut.“Kamu nggak dengar, ya. Aku bilang kembalikan ponselku. Aku tahu kamu yang membawa ponselku, kan?” Aleeta mengejar Nicholas yang tidak menanggapi ucapannya. Pria itu justru memilih untuk tetap berjalan ke arah ruang makan.“Nicho kembalikan—““Jangan panggil aku seperti itu!” Ketus Nicholas.Pria itu berhenti secara tiba-tiba hingga membuat Aleeta yang berjalan di belakangnya hampir saja menabraknya. Aleeta langsung bernapas lega karena gerak refleksnya bisa berfungsi cepat kali ini.“Baiklah, Tuan Nicholas. Tolong sekarang juga kembalikan ponselku. Aku tahu kamu yang membawanya,” ujar Aleeta dengan

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Aku Ingin Pergi!

    “Mira, hari ini aku pinjam bajumu terlebih dahulu, ya. Besok janji akan aku kembalikan.” Kata Aleeta ketika ia keluar dari ruang ganti bersama Mira.Pagi tadi Aleeta sempat meminjam ponsel Thomas untuk menghubungi Mira supaya wanita itu membawakan pakaian ganti untuknya. Aleeta tahu jika ukuran bajunya dan Mira hampir sama. Jadi ia memutuskan untuk meminjam saja kepada Mira, daripada ia harus keluar ke jalanan dengan menggunakan pakaian rumah sakit lagi. “Santai saja, Aleeta. Aku masih punya banyak baju di rumah,” bisik Mira seraya terkekeh, dan Aleeta pun juga ikut terkekeh.“Hei, kalian. Cepatlah! Aku ingin segera pulang,” keluh Johan ketika melihat Mira dan Aleeta yang tengah berjalan ke arahnya.“Ck! Sabar kenapa, sih? Aku heran deh, Jo. Jangan-jangan alasan kenapa nggak ada wanita yang ingin jadi kekasihmu itu karena kamu orangnya nggak sabaran,” cibir Mira.Johan mendengus. “Jangan sok tahu!”“Sudah. Jangan ber

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Enggan Bercerita

    Aleeta berjalan keluar dari kamar inap itu seraya mengancing jaket hingga ke leher. Ia lalu menaikkan tudung jaket hingga menutupi kepalanya. Dengan bertelanjang kaki, ia melangkah tergesa dengan kepala tertunduk. Menyusuri koridor rumah sakit untuk mencari jalan keluar. Wanita itu mendesah ketika sudah berhasil keluar dari gedung rumah sakit. Rupanya hari masih sangat pagi. Ia segera berlari menyusuri jalan raya tanpa alas kaki. Aleeta mengenali jalanan ini. Jalan yang searah dengan rumah Nicholas. Aleeta ingat karena kemarin ia lewat jalan ini ketika Nicholas membawanya pulang. Gawat.Jika rumah sakit ini dekat dengan rumah Nicholas, maka pria itu bisa saja menemukannya di sini. Aleeta menggeleng, lalu semakin berlari cepat, tidak berhenti meski hanya sekedar untuk menoleh. Aleeta harus pergi menjauh dari tempat ini.Ia meringis ketika kakinya beberapa kali menginjak kerikil kecil yang ada di pinggir jalan. Aleeta memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket. Ia terdiam saat mer

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status