Home / Rumah Tangga / Penjara Dendam Suami Konglomerat / Meminta Pertolongan Pada Nicholas

Share

Meminta Pertolongan Pada Nicholas

Author: SweetWater
last update Huling Na-update: 2025-01-01 13:10:00

Nicholas menghentikan mobil tepat saat mobil yang ada di depannya berhenti. Hari ini ia ada janji dengan salah satu rekan bisnis dari perusahaannya. Rekan bisnisnya tersebut mengundang Nicholas datang ke sebuah klub untuk merayakan kerja sama yang sedang di jalani perusahaan mereka. Kali ini Nicholas datang bersama Julian—sepupunya, karena Lukas sedang tidak bisa menemaninya.

Saat Nicholas melangkah keluar mobil, tiba-tiba ponselnya berbunyi.

“Ma ....”

“Kamu sudah pulang ke apartemen?”

“Belum, Ma. Aku sedang menghadiri acara yang di buat oleh salah satu rekan bisnisku di perusahaan.”

“Ya sudah. Jangan pulang terlalu malam. Dan ingat, jangan sampai pulang dalam keadaan mabuk, Nicholas.”

“Iya, Ma.”

Nicholas tersenyum tipis saat panggilan dengan Ibunya—Karina terputus. Perlu di akui, sejak kematian Sesilia, hidup Nicholas memang mengalami banyak sekali perubahan.

Ia jadi lebih sering pergi ke sebuah klub malam, mabuk-mabukan dan menghabiskan sisa malamnya di tempat itu sampai ia tak sadarkan diri. Ia seperti kembali lagi menjadi Nicholas yang dulu.

Beruntung sekali Nicholas masih memiliki Karina. Ibunya itu yang selama ini selalu ada di sampingnya, memberinya dukungan, dan menyemangatinya untuk kembali menjalani hari dengan normal.

Dan hal itu berhasil. Hampir dua bulan ini Nicholas sudah tidak pernah lagi pergi ke klub, maupun mabuk hingga ia tak sadarkan diri. Ia hanya akan pergi ke klub sesekali bersama dengan Lukas. Atau saat di undang oleh rekan bisnisnya seperti yang ia lakukan hari ini.

Nicholas lalu melangkah masuk ke dalam klub bersama Julian.

“Aku dengar mereka sengaja menyewa para gadis untuk perayaan kali ini, Nich,” ujar Julian. Pria itu merupakan sepupu Nicholas dari keluarga Ibunya. Julian yang bertugas menggantikan Lukas, jika Lukas sedang tidak bisa menghadiri acara bersama Nicholas.

“Bukankah biasanya juga seperti itu?” Ucap Nicholas acuh.

“Kali ini berbeda, Nich. Ayolah, kamu pasti tahu apa yang aku maksud.”

“Terserah apapun itu, yang jelas aku nggak akan tertarik sama sekali. Dimana ruangannya?”

“Belok ke kanan.” Julian menarik tangan Nicholas. “Ayolah, Nich. Sudah cukup kamu tenggelam dalam keterpurukkan yang kamu alami beberapa bulan belakangan ini. Sekarang saatnya untuk bersenang-senang. Aku akan memesankan satu yang spesial, khusus untuk dirimu.”

Nicholas terkekeh.

Meski bayang-bayang kecelakaan yang menewaskan calon istrinya masih begitu jelas. Tapi Nicholas akui, apa yang di katakan Julian itu memang benar. Sudah cukup Nicholas tenggelam dalam keterpurukan. Mungkin ini saatnya Nicholas untuk bersenang-senang.

“Aku percayakan semuanya padamu,” balas Nicholas kemudian.

“Baiklah kalau begitu. Kita bersenang-senang malam ini!” Julian berseru semangat.

Nicholas hanya bisa terkekeh sembari mengikuti langkah Julian.

“Sial ....” Nicholas terkejut saat tiba-tiba ada seseorang yang menabrak dirinya.

Apa orang itu tidak punya mata sampai harus menabraknya segala?

“Kamu baik-baik saja?” Tanya Julian.

Nicholas mengangguk sembari menatap orang yang saat ini sedang terjatuh di hadapannya.

Rupanya dia adalah seorang wanita. Ck! Apa wanita itu sengaja menabraknya tadi? Tapi setelah Nicholas mengamati sekilas tubuh wanita yang sedang menunduk sembari menepuk-nepuk tangannya itu, Nicholas jadi berpikiran kalau sepertinya wanita itu cukup lumayan. Apa harus ia meminta Julian agar membawakan wanita itu saja sebagai teman bersenang-senangnya malam ini?

Perlahan wanita itu mendongak dan bersiap untuk berdiri. Dan betapa terkejutnya Nicholas saat mengetahui bahwa wanita yang ada di hadapannya itu adalah wanita yang selama ini sangat ia benci. Wanita pembunuh Sesilia dan juga calon anaknya.

“Nicholas.”

Kebencian itu kembali mencuat ketika wanita itu menyebut nama Nicholas. Berani sekali mulut pembunuh itu menyebut namanya. Kedua tangan Nicholas terkepal erat. Sebisa mungkin Nicholas mengendalikan diri untuk tidak mencekik leher wanita yang ada di hadapannya.

“Heh, mau kemana kamu?! Kembali!”

Sementara itu Aleeta kembali panik saat suara wanita dan kedua pria yang mengejarnya tadi terdengar kian mendekat. Ia harus segera pergi.

“Mau pergi kemana kamu anak sialan!” Wanita glamor tadi berhasil menangkap tangan Aleeta.

“Lepaskan aku!” Teriak Aleeta.

“Tidak semudah itu, anak manis. Cepat bawa dia kembali.” Wanita glamor itu menyuruh dua bodyguardnya untuk kembali menyeret Aleeta.

Tidak.

Aleeta tidak boleh kembali ke ruangan itu. Wanita licik itu pasti benar-benar akan menjualnya ke pria tua yang buncit tadi.

“Jangan sentuh aku! Lepas!” Aleeta berhasil memberontak dan tanpa berpikir panjang langsung berlari mendekati Nicholas. “Tolong aku,” pintanya pada Nicholas.

Nicholas hanya bisa berdecih saat mendengar permintaan tolong dari Aleeta. Memangnya dia siapa? Apa pembunuh sepertinya pantas untuk ia beri pertolongan?

“Kembali ke sini!” Wanita glamor itu berusaha menarik Aleeta, tapi Aleeta berhasil menghindarinya.

“Aku mohon tolong aku. Selamatkan aku dari mereka.” Aleeta kembali memohon kepada Nicholas, yang sampai saat ini masih belum memberikan respon apa-apa.

“Nicholas, sepertinya kita harus menolong—“

“Nggak perlu. Itu bukan urusan kita,” sahut Nicholas. Ia berniat untuk kembali melangkah dan mengabaikan permintaan tolong dari Aleeta.

“Aku mohon. Tolong aku.” Aleeta kembali memohon kali ini sembari menggenggam tangan Nicholas.

“Lepaskan tangan kotormu dari tubuhku!” Desis Nicholas tajam.

Aleeta menggeleng. “Kamu harus menolongku. Aku nggak tahu harus meminta pertolongan kepada siapa lagi. Kamu, maksudku kalian, aku mohon tolong aku.”

“Cepat bawa anak sialan itu ke sini!”

“Siap, Bos.”

Kedua bodyguard itu hendak mendekati Aleeta, tapi Aleeta segera menghindar. Ia berlindung ke belakang tubuh tegap Nicholas.

“Menyingkir sekarang juga atau aku akan berbuat kasar padamu,” desis Nicholas.

“Tolong ....” Aleeta berujar lirih dan penuh pasrah.

Nicholas menggeram kesal. Mana mungkin ia sudi menolong wanita pembunuh itu? Rasa bencinya sudah terlanjur mendarah daging. Nicholas terlanjur dendam dengan wanita yang telah membuat Sesilia dan calon anaknya itu meninggal. Sampai kapanpun Nicholas tidak akan pernah bisa melupakannya. Tidak dengan kenangan itu.

“Nicholas, kita harus menolongnya. Sepertinya wanita tua itu berniat jahat pada wanita ini,” ujar Julian.

“Itu bukan urusan kita,” sahut Nicholas, lalu beralih menatap Aleeta. “Sekarang juga menjauhlah dari tubuhku, sialan!” Bentaknya pada Aleeta.

Aleeta hanya bisa diam. Kilat kebencian itu masih tercetak begitu jelas di kedua mata Nicholas. Meski kejadian itu sudah berlalu tiga bulan lamanya, tapi tatapan penuh kebencian dari Nicholas itu nyatanya masih tetap sama. Tidak ada yang berubah sedikitpun. Bahkan Aleeta rasa kebencian itu justru semakin bertambah dari sebelumnya.

“Ayo ikut kami!” Salah satu bodyguard itu berhasil menarik tangan Aleeta.

“Nggak sudi! Lepaskan aku!” Teriak Aleeta, berusaha untuk memberontak.

“Heh, diam jangan berteriak kalau tidak ingin aku melukaimu!”

“Aku nggak peduli! Lepaskan aku!” Aleeta masih berusaha untuk memberontak.

Aleeta tidak tahu harus berbuat apa lagi. Dalam keadaan seperti ini apakah Sonya masih bisa memikirkannya? Semua ini adalah kesalahan Ibunya. Tapi kenapa Aleeta yang harus menanggung ini semua?

“Nicholas, apa kamu nggak merasa kasihan pada wanita itu?” Julian menatap Nicholas dengan heran.

“Untuk apa aku merasa kasihan dengan seorang pembunuh.”

“Pembunuh? Maksudmu?”

“Wanita itu yang menyebabkan Sesilia meninggal dalam kecelakaan tiga bulan yang lalu. Seharusnya dia yang mati. Tapi lihat, dia masih hidup. Dan aku nggak akan peduli apapun yang terjadi dengan wanita pembunuh itu,” jelas Nicholas.

“Astaga, Nicholas.” Julian mengusap wajahnya kasar. “Itu kecelakaan. Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?”

Julian menatap Aleeta yang sampai saat ini masih berusaha melawan, ketika kedua pria tadi hendak menyeretnya. Terlihat sangat menyedihkan. Itu yang ada di pikiran Julian.

“Ayo kita pergi,” ujar Nicholas kemudian.

Julian melongo. “Nich? Kamu benar-benar nggak ingin menolong wanita itu? Kalau kamu nggak ingin menolongnya maka aku sendiri yang akan menolong wanita itu.”

“Apa yang ingin kamu lakukan?” Nicholas menahan bahu Julian.

“Aku ingin menolongnya!” Teriak Julian. “Lihat dia, Nich. Dia benar-benar membutuhkan pertolongan.”

Nicholas hanya diam sembari mengamati Aleeta. Wanita itu memang terlihat membutuhkan pertolongan. Wanita itu pasti sangat ketakutan tapi Nicholas tak melihat satupun air mata yang keluar dari kedua mata wanita itu. Bukankah seharusnya dia menangis jika dia benar-benar ketakutan dan membutuhkan pertolongan sekarang?

“Kalau kamu nggak ingin menolong wanita itu. Maka lepaskan tanganmu dari bakuku, Nich. Aku yang akan menolongnya.” Julian kembali membuka suaranya.

Sial.

Apa yang harus di lakukan Nicholas? Jujur, ia benar-benar tidak peduli dengan apa yang di alami Aleeta. Nicholas tidak peduli meski wanita tua dan kedua pria itu akan menyakiti Aleeta sekalipun. Sampai matipun Nicholas tidak akan pernah sudi peduli dengan wanita itu. Nicholas membencinya. Sangat amat membencinya.

“Aku mohon, tolong aku,” lirih Aleeta sembari menatap Nicholas.

Nicholas mengerjap saat menyadari setetes air mata itu jatuh membasahi wajah Aleeta. Tidak. Nicholas menggeleng. Apa yang baru saja ia rasakan? Kenapa perasaannya tiba-tiba berubah begitu saja saat melihat air mata wanita itu. Bukankah wanita itu tadinya baik-baik saja? Kenapa dia tiba-tiba mengeluarkan air mata seperti itu?

“Aku mohon ....” Aleeta menatap penuh belas kasihan ke arah Nicholas dan juga Julian.

Sial! Nicholas mengumpat dalam hati saat perasaan itu tiba-tiba datang lagi.

“Lepaskan tanganmu, Nich! Aku ingin menolongnya!” Teriak Julian.

Nicholas tidak bergeming. Cengkeraman pada bahu Julian terasa semakin kuat. Dan napasnya tiba-tiba saja berubah kian memburu.

“Berengsek!” Nicholas berteriak sembari memukul dinding yang ada di sampingnya.

Entah apa yang ada di pikirannya, setelah melampiaskan amarahnya dengan dinding tersebut, Nicholas langsung melangkah mengejar pria yang tengah menyeret Aleeta masuk ke sebuah ruangan.

“Lepaskan wanita itu.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Pertolongan Itu Tidak Gratis

    “Lepaskan wanita itu.”Baik kedua pria yang sedang menyeret Aleeta maupun wanita glamor tadi seketika langsung berhenti melangkah. Mereka menatap Nicholas yang saat ini sudah berdiri di belakang mereka. Tatapannya dingin dan siap untuk membunuh. “Ada apa, tampan? Kenapa tiba-tiba kamu ingin aku melepaskan anak manis ini? Bukankah tadi kamu bilang tidak ingin menolongnya?” Cibir wanita glamor tersebut.“Aku bilang lepaskan!” Nicholas menarik lengan Aleeta secara kasar hingga berhasil terlepas dari genggaman salah satu bodyguard tersebut.“Heh, apa-apaan kamu?! Anak itu milikku. Kembalikan dia padaku!” Teriak wanita glamor itu.Nicholas bisa melihat Aleeta menggeleng dengan tangan yang gemetar. Dan lagi-lagi perasaan itu kembali mengacaukan pikiran Nicholas. Terlebih saat melihat Aleeta meneteskan air matanya lagi. Sial.Selama ini Nicholas memang tidak suka melihat seorang wanita menangis. Nicholas hanya m

    Huling Na-update : 2025-01-02
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Harus Melayani Nicholas

    “Temani aku tidur malam ini. Dan berikan servis yang sesuai dengan uang yang sudah aku keluarkan untukmu.”Jantung Aleeta nyaris berhenti berdetak ketika mendengar hal itu. Persyaratan macam apa itu? Ini sama halnya Aleeta keluar dari kandang buaya, lalu kembali terjebak ke dalam kandang harimau.“Maksudmu, aku harus tidur denganmu sebagai syarat dari pertolonganmu tadi, begitu?!” Aleeta menatap Nicholas dengan tatapan marah.“Ya. Bukankah kamu sendiri yang bilang, kalau kamu bersedia melakukan apapun jika aku mau menolongmu? Seharusnya kamu berterima kasih padaku sekarang.”Aleeta menggeleng. Ia memang mengatakan hal itu tadi, tapi itu bukan berarti ia harus tidur bersama dengan Nicholas. “Ini nggak benar,” ujar Aleeta pelan. “Aku memang bersedia melakukan apapun jika kamu mau menolongku. Tapi bukan seperti ini. Aku akan keluar dari sini sekarang.”Aleeta membalikkan tubuh. Ia berniat membuka pintu tapi pintu itu ti

    Huling Na-update : 2025-01-03
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Kehilangan Seluruh Harga Diri

    “Buka pakaianmu.” Aleeta memandang Nicholas dengan tatapan kosong. Jujur ia merasa begitu takut. Tatapan Nicholas sangat tidak bersahabat, dan Aleeta cukup sadar diri bahwa ia tak perlu mengharapkan perlakuan baik dari pria itu. Aleeta tahu, Nicholas sangat ingin menyiksanya. Pria itu pasti ingin meluapkan semua kebencian itu pada dirinya malam ini. “Aku bilang buka pakaianmu!” Nicholas mulai membentak marah. Aleeta terkesiap. Dengan tangan gemetar, ia mulai melepaskan satu persatu kancing kemeja navy yang ia kenakan. Rasanya benar-benar sangat menyakitkan saat ia harus merendahkan dirinya sendiri seperti saat ini. Tidak hanya kemejanya saja, setelah Aleeta berhasil melepas kemeja itu dari tubuhnya, ia masih harus membuka celana jeans-nya sendiri. Kini Aleeta hanya berdiri dengan mengenakan bra dan celana dalam di hadapan Nicholas yang menatapnya intens, menilai dan sinis. Sebisa mungkin Aleeta menahan diri untuk tidak

    Huling Na-update : 2025-01-04
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Balas Dendam Baru Akan Di Mulai

    Aleeta melipat kedua tangannya, guna menepis udara dingin yang mengenai kulit tangannya. Ia berjalan menyusuri jalanan. Setiap langkahnya terasa begitu menyakitkan. Sungguh sangat menyakitkan. Penampilannya juga terlihat begitu mengenaskan. Rambut acak-acakannya ia biarkan begitu saja menutupi wajahnya. Setelah Nicholas puas memperkosanya sepanjang malam dengan cara yang tidak mampu Aleeta bayangkan, pria itu melempar uang ke wajahnya, lalu mengusir layaknya ia adalah seekor binatang.Apa Aleeta menangis? Tidak. Ia tidak menangis. Sudah tidak ada lagi air mata yang tersisa untuk ia keluarkan. Semuanya telah habis bersama dengan penyiksaan menyakitkan yang ia rasakan sepanjang malam. Aleeta tidak peduli dengan tatapan orang-orang, ia terus berjalan semakin cepat menuju gang kontrakannya berada. Sudah pukul empat pagi, dengan rasa dingin yang terus menusuk tubuhnya dan harga diri yang telah hancur, Aleeta melangkah menahan sakit di antara pahanya.

    Huling Na-update : 2025-01-06
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Berusaha Terlihat Baik-baik Saja

    Aleeta mengerang ketika merasakan sakit yang menyerang kepalanya. Selesai membersihkan diri tadi Aleeta langsung berbaring di tempat tidur. Ia berharap bisa memejamkan mata barang sebentar saja. Ia merasa begitu lelah. Tapi kenyataannya Aleeta tidak bisa memejamkan kedua matanya. Ia tetap terjaga di keheningan dalam kamarnya.Aleeta memutuskan untuk bangun ketika melihat jam menunjuk di angka tujuh pagi. Setiap langkah yang ia lakukan, rasa nyeri kembali menghujam di antara kedua pahanya. Ketika ia hendak melangkah keluar kamar tiba-tiba saja sakit kepala itu kembali menghantamnya. Aleeta berpegangan di ganggang pintu kamarnya. Seluruh tubuhnya terasa begitu panas, seperti orang yang sedang mengalami demam.Jika boleh memilih, tentu saja dengan senang hati Aleeta akan lebih memilih untuk kembali berbaring di atas ranjang agar sakit yang ia rasakan bisa segera mereda. Tapi kenyataan hidup kembali membuatnya tersadar. Ia tidak boleh manja. Ia harus pergi bekerja,

    Huling Na-update : 2025-01-07
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Obat Perangsang

    “Aleeta, hari ini kamu bertugas melayani tamu di ruang VIP.”Eric bersedekap menatap Aleeta yang baru saja keluar dari ruang ganti.“Apakah itu perintah dari Miko? Kenapa Miko nggak menyuruhku secara langsung saja?” Aleeta menatap Eric dengan kening berkerut.“Miko sedang tidak ada di tempat ini. Di sedang keluar. Sudahlah, lakukan saja. Hari ini kita sedang kekurangan pelayan di ruang VIP,” ujar Eric selaku orang kepercayaan Miko. Jujur saja selama bekerja di Orion, Aleeta tidak begitu akrab dengan yang namanya Eric. Selama ini Aleeta hanya melakukan tugas yang di perintahkan Miko saja, dan baru kali ini Aleeta mendapat tugas dari Eric.“Baiklah,” jawab Aleeta. Demi menghormati posisi Eric yang jelas lebih tinggi dari pada posisi Aleeta di tempat kerjanya tersebut, ia pun melakukannya.Ia lalu berjalan menaiki rangkaian anak tangga dan menuju meja bar yang ada di lantai VIP. “Aleeta, antar ini ke meja ya

    Huling Na-update : 2025-01-08
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Membutuhkan Sentuhan

    “Aku nggak pernah merasa, kalau aku pernah berubah menjadi malaikat.” Lukas memicing ke arah Nicholas. Tidak percaya dengan apa yang di ucapkan saudaranya tersebut. Lukas menatapnya tajam, sedangkan Nicholas langsung membalas tatapannya dengan tak kalah tajam. Lagipula, untuk apa Nicholas peduli kepada Aleeta? Meski ke empat pria yang ada di sana memperkosa wanita itu, Nicholas tidak akan peduli. Mungkin hal itu akan membuat Aleeta menderita dan Nicholas menyukainya. Apapun yang bisa membuat Aleeta menderita, Nicholas akan menyukainya. “Kamu punya saudara perempuan. Adikmu, Nich. Apa kamu hanya akan diam saja saat melihat adikmu di perlakukan seperti itu?!” Berengsek! Ucapan Lukas berhasil mengingatkannya pada adik perempuannya. Nicholas beranjak dari tempat duduk dan berjalan dengan langkah marah. Memangnya kenapa ia harus peduli? Bahkan, kalau Aleeta di bunuh di hadapannya pun, Nicholas

    Huling Na-update : 2025-01-09
  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Terbuai Dalam Hasrat Kenikmatan

    “Aku membutuhkanmu sekarang. Aku mohon.” Nicholas segera menindih tubuh Aleeta lalu mengecup bibirnya. Aleeta yang sudah berada di bawah pengaruh obat pun membalasnya. Bahkan lebih menuntut di banding Nicholas yang hanya memancing saja. Lenguhan Aleeta terdengar saat Nicholas meremas dadanya yang begitu padat. Nicholas segera menyentak kemeja putih Aleeta hingga semua kancingnya terbuka. Pria itu menurunkan bra Aleeta ke bawah, lalu segera melahap puncak yang telah mengeras tersebut. Aleeta memejamkan mata, merintih. Kedua tangannya terkulai lemah di atas kepalanya dan Nicholas menyadari itu. Ia lalu melepas cengkeraman tangannya pada pergelangan tangan Aleeta. Kemudian melepaskan seluruh pakaian Aleeta. Dan juga pakaiannya. Nicholas tidak menyangka kalau dirinya akan sebuas ini. Tetapi hasratnya terasa menggebu melihat Aleeta yang kini terbaring dengan tubuh merona tanpa penghalang apapun. Nicholas terus merutuk dan me

    Huling Na-update : 2025-01-10

Pinakabagong kabanata

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Imbalan Untuk Nicholas

    “Apa kamu sudah paham?” Tanya Nicholas.Sudah hampir satu jam lamanya, Nicholas mengajari Aleeta tentang bagaimana cara menggunakan smartphone-nya. Pria itu mengajari dengan sangat sabar dan detail, tidak ada yang terlewat satupun. Hanya saja mungkin karena Aleeta baru pertama kali menggunakan smartphone jadinya wanita itu masih terlihat sedikit bingung.Sementara itu, Aleeta yang duduk di sebelah Nicholas hanya diam, tidak menggubris sedikitpun ucapan pria itu. Aleeta hanya terus mengamati layar ponsel yang di pegang Nicholas itu dengan serius. Lalu tiba-tiba Aleeta menunduk, menjatuhkan kepalanya ke bahu Nicholas.“Aleeta ...,” Nicholas menoleh. “Kamu tidur?” Aleeta menggeleng pelan. “Aku nggak tidur. Tenang saja.”“Aku kira kamu ketiduran,” sahut Nicholas.Aleeta lalu mengangkat kepalanya. Memutar posisi kemudian duduk bersila menghadap Nicholas. Dan karena malam ini ia hanya mengenakan gaun tidur pendek, jadi ia harus menarik selimut agar bisa menutupi bagian kaki dan pahanya yan

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Take and Give

    “Akhirnya kamu pulang juga. Aku sudah menunggumu sejak tadi.” Nicholas yang melihat keberadaan Aleeta langsung cepat-cepat menyembunyikan tangannya di balik punggung. Aleeta tadi belum sempat melihat tangannya, kan? Kalau pun sudah terlanjur melihat semoga saja Aleeta tidak menyadari apa yang saat ini sedang ia bawa. “Nicho, kenapa diam? Bukanya tadi kamu mencariku. Tapi kenapa sekarang hanya diam?” Gerutu Aleeta dengan bibir mengerucut. Nicholas tersenyum. “Kemarilah. Aku punya sesuatu untukmu,” perintahnya pada Aleeta. “Apa?” “Mendekatlah kalau ingin tahu,” ujar Nicholas yang mau tidak mau langsung membuat Aleeta mendekatinya. Nicholas segera merengkuh pinggang Aleeta ketika istrinya itu berdiri di hadapannya. “Nicho, apa yang kamu lakukan? Katanya kamu punya sesuatu untukku. Kenapa jadi memelukku seperti ini?” “Ini ...,” kata Nicholas seraya mengangkat paper bag ponsel yang di bawanya ke hadapan Aleeta. “Aku membelikanmu ponsel.” “P-ponsel?” Aleeta menatap Nichola

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Mencari Keberadaan Pil Kontrasepsi

    “Nona Aleeta, sedang apa Anda di sini?” Aleeta terkejut dan seketika menoleh saat mendengar suara Mary. Ia hanya menggaruk tengkuk, kemudian meringis. Menatap Mary yang berdiri di depan pintu.“Sejak tadi saya mencari-cari, Anda. Ternyata Anda berada di sini,” imbuh Mary.Aleeta langsung berdehem. “Memangnya ada perlu apa kamu mencariku, Mary? Apa Nicho sudah kembali?” Tanyanya.“Tuan belum kembali, Nona. Saya mencari Anda hanya untuk mengatakan kalau sepertinya semur dagingnya sudah matang. Apa saya harus memindahkannya ke wadah, atau di biarkan dulu di atas kompor?”“Ah, itu ... Biarkan di atas kompor saja, Mary. Supaya bumbunya bisa meresap sampai ke dalam dagingnya,” jawab Aleeta. Setelah itu ia kembali sibuk mencari sesuatu di dalam kamar lamanya.Saat Aleeta tengah memasak tadi entah kenapa tiba-tiba ia teringat dengan pil kontrasepsinya. Aleeta baru ingat kalau sejak kembali dari Paris kemarin, ia belum meminu

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Ponsel Untuk Aleeta

    Begitu sampai di rumah, Nicholas segera menyerahkan kunci mobilnya kepada Steven agar pria itu memindahkan mobilnya ke carport. Sementara Nicholas memasuki rumah bersama Aleeta. “Selamat datang, Tuan dan ... Nona.” Mary yang kebetulan sedang membersihkan ruang tamu terlihat kaget. Hari ini untuk pertama kalinya ia melihat Nicholas dan Aleeta pulang secara bersamaan. Meski Mary ingin sekali bertanya kenapa mereka bisa pulang bersama? Atau mungkin, apakah Nicholas tadi yang menjemput Aleeta? Tapi kemudian Mary sadar. Ia tidak punya hak atas pertanyaan itu. Lagipula, Mary sudah sangat senang bisa melihat Tuan dan Nonanya akur seperti itu. Tanpa harus ia ikut campur ke dalam urusan mereka. “Oh iya, Mary. Apa kamu sudah menyiapkan makan malam untuk kami?” Tanya Nicholas. “Belum, Tuan. Saya tidak tahu kalau Anda dan Nona Aleeta pulang lebih awal hari ini. Kalau begitu saya akan segera menyiapkan makan malam terlebih dahulu.”

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Jangan Hiraukan Ancamannya

    “Baiklah kalau begitu,” ujar Nicholas lalu mengeluarkan ponsel.Sonya yang melihat Nicholas mengeluarkan ponselnya pun langsung tersenyum senang. Ia berpikir kalau Nicholas pasti akan mengiriminya uang sekarang. Maka dari itu, Sonya pun juga langsung mengeluarkan ponselnya.“Nomor rekeningku masih sama dengan yang dulu, menantu,” ucap Sonya tanpa malu. Padahal Aleeta yang mendengarnya pun langsung merasa malu. Kenapa ibunya itu selalu mendewakan yang namanya uang? Sejak dulu sampai sekarang yang ibunya pikirkan hanya uang, uang dan uang. Apa tidak ada yang lain?Nicholas menaikkan kedua alisnya. “Apa kamu bilang? Nomor rekening?”Sonya mengangguk. “Ya. Nomor rekeningku masih sama dengan yang dulu.”Nicholas langsung tertawa. “Memangnya siapa yang butuh nomor rekeningmu?”“Bukankah kamu akan mengirimiku uang.” Sonya menatap Nicholas yang masih terus tertawa.“Uang? Ck! Untuk apa aku mengirimu uan

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Datang Di Waktu Yang Tepat

    Sonya mengerjap. Merasa kaget dengan kemunculan seseorang yang tiba-tiba saja berdiri di hadapannya, menahan tangannya dan juga ... Melindungi Aleeta dari jangkauannya.Sonya kemudian memicing, menatap sosok pria yang sudah sangat ia kenal tersebut.“Jangan pernah berani kamu sentuh istriku dengan tangan kotormu.” Pria itu mendesis seraya menyentak tangan Sonya dengan kasar.Sonya langsung mengumpat atas perlakuan kasar tersebut. “Sialan! Beraninya kamu!” Teriaknya kesal.Aleeta menatap ibunya yang tampak marah, lalu beralih menatap seseorang yang berdiri di hadapannya. “Nicho.”Nicholas segera menoleh saat Aleeta menyentuh lengannya. “Kamu nggak apa-apa?” Tanyanya lembut.“Aku nggak apa-apa,” jawab Aleeta seraya menggeleng.Nicholas langsung menangkup wajah Aleeta dengan kedua tangannya. Mengamati setiap inci wajah istrinya dengan lekat. Seolah takut jika ada bagian wajah Aleeta yang telah tersentuh oleh t

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Pertemuan Sonya Dan Aleeta

    Sonya terus mengumpat sepanjang perjalanan. Merasakan perutnya yang begitu begah karena ia sudah langsung harus berjalan setelah makan. Sonya menghentikan langkah saat ia melewati minimarket. “Sepertinya akan lebih baik jika aku duduk di sana terlebih dahulu,” ujar Sonya seraya menatap kursi kosong yang ada di depan minimarket.Namun, saat ia hendak melangkahkan kakinya, tanpa sengaja ekor matanya menangkap sekelebatan bayangan sosok Aleeta di depan sana. Sonya bahkan sampai terdiam. Antara percaya dan tidak percaya dengan bayangan tersebut. Apakah itu benar-benar hanya bayangan atau ... Memang Aleeta yang ia lihat?Sonya lalu meluruskan pandangannya ke arah depan. “Apa itu benar-benar Aleeta?” Gumam Sonya dengan mata menyipit. Namun, beberapa detik kemudian mata yang menyipit itu berubah menjadi memelotot. “Benar. Sepertinya itu memang Aleeta,” ujar Sonya seraya terus menatap Aleeta yang tengah memasukkan minumannya ke dalam

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Pencarian Aleeta Di Mulai Kembali

    “Bagaimana? Kamu sudah menemukannya sekarang?” Sonya memicing pada seorang pria yang baru saja memasuki klub yang biasa ia gunakan sebagai tempat berjudi bersama dengan para geng sosialitanya. Pria berpotongan botak itu hanya tersenyum seraya duduk di sebelah Sonya. “Aku belum—““Apa kamu bilang? Belum?! Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau waktu itu pernah melihat keberadaannya di dekat jalan green hill?!” Sonya semakin menatap marah pada pria botak tersebut.Pria botak bernama Roi itu mendesah. “Santailah sedikit, Sayang. Kamu sudah terlalu banyak marah akhir-akhir ini.”“Bagaimana aku tidak marah? Sia-sia aku mengeluarkan uang untukmu dan juga anak buahmu yang tidak berguna itu!” Ketus Sonya.Sejak Sonya memutuskan untuk mencari keberadaan Aleeta. Sejak saat itu juga Sonya rela mengeluarkan uang untuk membayar orang-orang suruhannya agar ia bisa segera menemukan keberadaan Aleeta di pusat kota ini. Sonya sadar

  • Penjara Dendam Suami Konglomerat   Antara Bunga Dan Ponsel

    “Sekarang aku tahu bagaimana wajah orang bodoh yang sesungguhnya.” Seharusnya Nicholas marah oleh kalimat yang Lukas katakan. Tapi kali ini, ia tidak marah sama sekali. Nicholas menutup pintu mobilnya dengan santai, lalu berjalan memasuki kantornya.“Sudah kuduga, kamu benar-benar terlihat seperti orang bodoh,” sambung Lukas.“Apa masalahmu sebenarnya? Kenapa kamu bisa ada di sini sepagi ini?” Nicholas mengangkat wajah dan menatap saudara angkatnya.“Aku menunggumu.” “Wah, selama aku nggak ada di sini ternyata kamu sudah berubah menjadi orang yang perhatian, ya,” cibir Nicholas seraya tersenyum di buat-buat.Lukas mendengus. “Kamu terlihat semakin bodoh saat tersenyum seperti itu.”Nicholas langsung terkekeh. “Terima kasih atas pujiannya, Luke.”Mereka lalu masuk ke dalam lift. Dan keluar ketika lift sudah terbuka di lantai tujuan mereka, yaitu ruangan Nicholas.“Apa kamu nggak meras

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status