Share

Rencana Pernikahan

Jasmine yang selama ini belum pernah dekat dengan pria manapun selain dengan Arsen sahabat kecilnya, membuat semua orang terkejut ketika ia tiba tiba ia mengatakan ingin menikah.

"Kamu serius? kenapa tiba tiba? apa ada sesuatu?" tanya Arsen bertubi-tubi saat siang itu mereka bertemu di kampus.

"Bukan seperti itu, kami dekat sejak lama, hanya saja memang tak mengumbar hubungan kemana mana. Salah satu alasannya karena usia kami terpaut cukup jauh. Delapan tahun."

Jasmine sengaja berbohong karena ia tak tahu harus memberikan alasan apa pada orang-orang terdekatnya mengenai keputusan pernikahan yang akan segera ia lakukan. Semua kebohongan yang ia buat juga sudah disepakati bersama dengan Juan. Mereka tak mungkin jujur di hadapan orang orang akan apa yang sebenarnya terjadi.

Arsen menyipitkan mata, menelisik lebih dalam ekspresi tak biasa di wajah Jasmine. Bisa dibilang ia tak percaya pada semua ucapan gadis itu, namun belum sempat ia mencaritahu lebih dalam, Jasmine sudah disibukkan dengan ponselnya yang terdengar berdering.

"Arsen, aku harus pergi sekarang, Juan sudah menjemputku."

Sorot mata Jasmine nampak berbinar saat berkata demikian. Membuat Arsen tak tega mengungkapkan apa yang sebenarnya ia rasakan. Rasa yang jelas jelas tak akan membuat Jasmine senang karena ia tak mendukukung keputusan mendadak mengenai pernikahannya.

Kali ini Jasmine begitu bahagia. Ia tak menyangka kalau Juan bisa bersikap sangat manis. Pria itu bahkan tak merasa ragu sama sekali memberi perlakuan mesra meski banyak teman temannya di sana.

Orang lain yang melihat pun setuju kalau sikap Juan sangatlah romantis, sayangnya tak demikian dengan Arsen. Ada rasa aneh yang menyelinap di hatinya. Ia sudah mengenal Jasmine sejak kecil. Hampir setiap hari mereka bertemu karena rumah keduanya berhadap hadapan, dan ia sangat tahu, pria bernama Juan itu bukan selera Jasmine.

Jasmine paling tak suka dengan pria pria dewasa, apalagi kaya raya. Kalaupun menyukai seseorang pasti tak jauh jauh dari teman kampusnya, dan satu hal yang terus terngiang di benak Arsen.

Jasmine pernah mengatakan kalau ia tak suka dengan pria yang sudah kaya raya sebelum kenal dengannya, ia lebih suka kalau bisa mendampingi pria itu dari bawah dan berjuang bersama sama. Dengan begitu, saat mereka sudah mengarungi bahtera rumah tangga nanti, tak akan saling merendahkan satu sama lain, karena mereka berjuang bersama sama.

Itulah yang semakin memantik rasa curiga di hari Arsen. Terlebih visual seorang Juan terlampau sempurna. Kali ini, ia sengaja tak langsung mendekat saat sahabatnya dijemput di kampus di hadapan puluhan pasang mata yang menatap takjub ke arah Juan.

Arsen hanya mengamati interaksi keduanya dari jauh, dan terlihat sekali kalau Jasmine sangat canggung saat Juan menyentuhnya. Pria itu dinilai Arsen terlalu agresif. Membuatnya tak bisa menahan diri dan akhirnya melangkah mendekat sebelum Jasmine dan calon suaminya masuk ke dalam mobil.

"Arsen!!" panggil Jasmine dengan raut wajah riang seperti biasanya. Panggilan pun bersambut dengan senyum hangat dari bibir Arsen.

"Mau kemana?" tanya Arsen saat sudah saling berhadapan dengan Jasmine. Jasmine yang selalu ceria dan cantik di mata Arsen, kali ini terlihat menyimpan banyak rahasia. Senyumnya pun terlihat dipaksakan.

"Aku mau pergi dulu dengan Juan. Oh iya kenalin, calon suami aku, Juan," ucap Jasmine yang membuat dua orang pria di hadapannya saling berjabat tangan dan memperkenalkan nama masing masing.

"Apa Ibu sudah tahu kedekatan kalian?"

Ibu yang Arsen maksud adalah orangtua satu satunya yang Jasmine miliki, dan ternyata pertanyaan itu sukses membuat Juan merasa tak nyaman. Menurutnya sebagai seorang teman, Arsen dinilai terlalu ikut campur.

"Emm ... beberapa hari yang lalu kami makan malam bersama," jawab Jasmine sambil tersenyum.

"Ya sudah, jaga dirimu baik baik ya. Kalau ada sesuatu yang membuatmu kesulitan, segera hubungi aku," ucap Arsen tanpa ragu walaupun sejak tadi Juan tak berhenti menatap ke arahnya.

Hampir saja Jasmine beranjak pergi, namun tangan Arsen menahannya.

"Ada apa?" tanya Jasmine bingung. Terlebih saat pertanyaan itu tak mendapatkan jawaban, malah justru pelukan yang ia dapatkan.

Meski terkejut, Jasmine tak menolaknya karena saat ini ia memang membutuhkan pelukan itu. Hatinya sedang resah dan takut. Pernikahan yang hendak dilakukan bukanlah pernikahan yang sudah ia rencanakan sejak lama melainkan pernikahan mendadak karena mereka sudah melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan.

"Jangan ragu untuk mengatakan apapun padaku, karena aku akan selalu ada untukmu," lirih Arsen sembari melepaskan pelukannya.

"Terimakasih, aku ... pergi dulu."

Itulah terakhir kali Jasmine datang ke kampus, karena setelah hari itu ia tak lagi kuliah secara langsung melainkan online. Semua bisa terjadi sudah pasti atas kuasa seorang Juan Anderson. Hingga hari pernikahannya tiba, Jasmine seolah olah menyembunyikan diri dari semua orang.

Ia bahkan sudah menginap di apartemen Juan dengan alasan mempersiapkan pernikahan. Seperti malam ini, setelah mengambil beberapa barang miliknya, Jasmine kembali dijemput oleh Juan.

"Ibu, Ibu jangan khawatir. Juan akan menjaga anak Ibu dan mencintanya dengan sepenuh hati. Besok pagi akan ada orang yang datang kemari menjemput Ibu untuk hadir di pernikahan kami," ucap Juan begitu manis.

Siapapun pasti akan luluh lantak saat mendengarnya. Belum lagi perilakunya yang sangat sopan. Beberapa barang mahal juga sudah ia berikan untuk calon ibu mertuanya.

Seperti yang ia bawa hari ini. Satu set perhiasan mewah dengan harga fantastis, khusus ia persembahkan pada sang ibu mertua yang sehari harinya bekerja sebagai pemilik kedai makanan.

Juan juga mengatakan agar ibunda Jasmine tak perlu bekerja lagi. Ia hanya cukup menikmati masa tua sambil bersantai di rumah karena dirinyalah yang akan menanggung semua biaya hidup sang ibu mertua.

Semua yang Juan lakukan sungguh bagaikan madu. Terlalu manis sampai sampai tak ada yang mampu memberikan penolakan sama sekali, termasuk Jasmine.

Bahkan dengan suka rela, malam ini Jasmine tak mampu menolak apa yang Juan lakukan padanya. Setiap inci kulitnya kembali disentuh tanpa jeda. Mata mereka saling menatap dalam deru nafas yang saling bersahutan.

"Juan ... ahhh ...."

"Good Baby, jangan tahan suaramu. Aku suka itu," ucap Juan di depan wajah Jasmine, sebelum ia kembali menenggelamkan kepalanya di bagian terindah yang wanita itu miliki.

Pernikahan mereka belum terjadi, namun Juan sudah menikmati semua yang ada pada diri Jasmine tanpa penolakan sama sekali. Diantara desahannya ada senyum tipis yang tersungging dari bibir Juan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status