Share

Ungkapan cinta Jasmine

Jasmine masih tak bisa memahami situasi di sekitarnya. Ia benar benar tak mengerti maksud ucapan Juan suaminya. Selama ini sikap Juan sangatlah manis, karenanya Jasmine mengira kalau pria di hadapannya hanya sedang membuat lelucon.

"Sayang, kau ini bicara apa, ayo kita pergi dari sini, rumah ini menyeramkan."

Dengan senyum yang masih terukir di bibirnya, Jasmine menarik tangan Juan untuk pergi dari sana, namun pria itu justru kembali menarik tangannya dengan sentakan yang cukup keras.

"Akhhhh!!" pekik Jasmine yang hampir saja terjatuh karena ulah Juan.

"Aku tidak main main Jasmine, di sinilah tempatmu, jadi nikmati hari harimu di rumah seram ini, mengerti?!"

Jasmine menatap wajah Juan dengan perasaan bingung.

"Juan, apa maksudmu? aku istrimu, bagaimana mungkin kau membiarkanku tinggal di tempat ini, atau ... kita akan tinggal bersama disini? jika memang begitu aku tidak akan keberatan."

Seketika gelak tawa terdengar dari bibir Juan.

"Jasmine ... Jasmine, mana mungkin aku tinggal di tempat seperti ini, ini adalah tempat yang pantas untuk wanita sepertimu!!"

"Tunggu ... wanita sepertiku? apa maksudmu?!"

Jasmine mulai tak terima atas ucapan dan pandangan mata yang Juan arahkan untuknya.

"Kau ... adalah jalang kecil yang materialistis. Tidakkah kau berpikir, bagaimana mungkin pria sepertiku mau denganmu?!"

Ucapan Juan kali ini benar benar melukai hati Jasmine. Walau dirinya bukanlah orang kaya raya, ini adalah pertama kali ia mendapatkan penghinaan seperti itu. Selama ini circle pertemanannya juga cukup bagus, bahkan bisa dibilang, orang orang banyak yang senang terhadapnya.

Bukan tanpa alasan, selain cantik dan berprestasi, Jasmine juga seseorang yang berjiwa sosial tinggi. Ia berteman dengan siapapun tanpa membanggakan pencapaiannya. Humble dan pekerja keras, itulah yang kerap teman temannya lihat darinya.

"Katakan dengan benar apa maksudmu Juan Anderson?"

Suara Jasmine kali ini terdengar bergetar. Sorot mata penuh keceriaan itu seketika meredup dan berkaca kaca. Pria yang akhir akhir ini sukses merebut hatinya, kini berbicara buruk padanya.

"Hmm ... masih belum paham juga ya?" ujar Juan masih dengan senyum miring di bibirnya dengan kaki yang melangkah mengitari Jasmine ia pun berkata.

"Aku tidak mencintaimu .... "

Bagai tersambar petir, bisikan lembut dari bibir Juan kali ini benar benar membuat lelehan bening terjun bebas dari sudut mata Jasmine.

"Setelah semua yang kita lakukan?" lirih Jasmine.

"Memangnya kita melakukan apa?" sahut Juan tanpa peduli.

"Mungkin bagimu itu bukan apa-apa, tapi tak demikian bagiku. Jika memang kau tak benar benar menginkanku, kenapa kau menikahiku? harusnya kau tinggalkan saja aku setelah malam itu terjadi?"

"Itu urusanku!!" jawab Juan sambil hendak melangkah pergi.

Kali ini Jasminlah yang menahan tangannya.

"Juan, kumohon jangan seperti ini. Jangan meninggalkanku di sini, aku takut. Biarkan aku kembali pada ibuku, aku bisa pergi sendiri. Berikan ponselku, aku akan menghubungi seseorang untuk menjemputku."

Tepat saat Jasmine berhenti bicara, Juan langsung mencengkeram kuat dagunya.

"Kau mau menghubungi pria bernama Arsen itu hah?! jangan mimpi!! ingat Jasmine, statusmu adalah istriku, jadi jangan coba coba pergi dari sini, tetaplah berada di tempat ini, aku akan kembali jika aku membutuhkanmu."

Setelah berkata demikian, Juan menyentakkan cengkeramannya dengan kasar, namun Jasmine tak menyerah. Ia terus memohon agar Juan tak meninggalkannya.

"Tolong jangan seperti ini Juan, aku benar benar takut. Aku mencintaimu, kenapa kau tega memperlakukanku seperti ini .... "

Suara tangisan pilu dari bibir Jasmine sama sekali tak menggoyahkan hati Juan.

Pria bertubuh tegap itu tetap beranjak pergi. Teriakan dan gedoran di pintu tetap tak ia hiraukan.

"Juan, tolong jangan tinggalkan aku di sini!!"

Jasmine masih saja menangis dan meminta tolong hingga tubuhnya lemas dan ambruk ke lantai. Sorot matanya memburam karena air mata terus menggenang di sana.

Ia sungguh tak menyangka, kebahagiaan yang ia rasakan ternyata hanya semu. Kini hidupnya benar benar hancur. Mendapati kalau Juan tak benar benar mencintainya membuat hati Jasmine begitu sakit.

"Ibuuu ... tolong Jasmine," ucapnya di sela sela isakan yang tersisa. Entah sudah berapa lama ia berada dalam posisi seperti itu hingga tenggorokannya benar benar kering. Perutnya juga mulai terasa lapar tapi tak ada apapun di sana.

Saat mencoba berdiri, kepalanya juga terasa pusing, membuatnya melangkah menuju sofa usang berdebu yang ada di tengah ruangan, namun saat menarik penutup sofa, segerombolan tikus keluar dari sana, membuat Jasmine menjerit ketakutan.

Bau kotoran binatang itu juga membuatnya mual . Ia segera berlari ke salah satu sudut ruangan untuk memuntahkan isi dari dalam perutnya. Tubuhnya sekarang benar benar lemas.

Tak ada lagi hal yang ia lakukan selain duduk di lantai yang berdebu di dekat jendela sambil menatap ke langit. Matanya selalu mengembun setiap kali mengingat hari pertemuannya dengan Juan.

Ia tak tahu kenapa semesta mempertemukannya dengan pria itu. Satu satunya orang yang ia harapkan kehadirannya saat ini hanyalah sang ibu.

"Ibu ... Jasmine rindu .... "

Hari sudah mulai beranjak gelap dan Jasmine masih tetap berada di sana sampai akhirnya ia ketiduran. Matanya baru kembali terbuka saat mendengar suara benda terjatuh.

Jasmine mengangkat kepalanya perlahan, melihat ke sekeliling yang sudah gelap dan hanya diterangi sinar bulan dari luar jendela. Suara nyamuk yang berdenging membuat Jasmine semakin kebingungan karena beberapa dari mereka juga mulai menggigit.

"Siapapun toloooong!!"

Bersamaan dengan itu, ada suara mobil berhenti di halaman. Memercikan sedikit harapan di hati Jasmine. Ia sungguh berharap kalau pintu hati Juan terketuk sehingga pria itu mau mengeluarkannya dari sana, namun ternyata harapan tinggallah harapan.

Bukan Juan yang berdiri di hadapannya saat ini, melainkan dua orang pria asing berwajah bengis dengan perawakan gempal menyeramkan.

"Siapa kalian?!" teriak Jasmine saat lampu di dalam ruangan tempatnya berada sudah dinyalakan dan ia bisa melihat seringai di wajah kedua pria itu.

"Kami adalah orang yang Tuan Juan tugaskan untuk mengantarkan makanan pada tawanannya, tapi ternyata tawanannya sangatlah cantik," ucap salah seorang diantara mereka.

"Sepertinya sayang kalau ada wanita cantik dibiarkan seperti ini," sahut yang satunya lagi, membuat Jasmine sangat ketakutan.

"Mau apa kalian?!" teriaknya dengan suara bergetar saat kedua pria itu melangkah semakin dekat.

Ia hendak berlari, namun pria pria di hadapannya sudah lebih dulu menangkapnya, membuat Jasmine meronta sekuat tenaga sambil menjerit histeris.

Tubuhnya dilempar ke lantai cukup keras, beruntung ia masih bisa menahan kepalanya agar tak ikut terbentur, namun punggungnya benar-benar sakit. Membuat tenaganya jauh berkurang.

"Siapapun tolooong ... " teriaknya dengan suara parau. Suara Jasmine semakin melemah seiring tamparan keras yang ia terima di kedua pipinya. Pandangan matanya mulai berkunang-kunang sampai akhirnya ia tak ingat lagi akan apa yang sudah terjadi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status